Bersama Pemuda Lintas Agama untuk Ending AIDS 2030

Target dunia untuk Ending AIDS 2030 ialah Three Zero, yaitu nol infeksi baru HIV, nol kematian karena AIDS dan nol stigmadiskriminasi terhadap ODHA. Waktu untuk mencapai target itu, tersisa delapan tahun lagi. Hal ini tidak akan tercapai apabila hanya sebagian pihak saja yang terlibat di dalam upaya Ending AIDS 2030 ini.


HKBP AIDS Ministry (HAM) yang berdiri pada tahun 2003 hingga Maret 2022, telah menemukan sebanyak 1028 kasus terinfeksi HIV. Orang-orang yang terinfeksi tidak hanya berasal dari jemaat HKBP saja, melainkan dari berbagai denominasi gereja lain, dan agama lain seperti muslim, parmalim, dan lain sebagainya. Oleh karena itu HKBP AIDS Ministry menyelenggarakan Pelatihan Voluntir HIV AIDS Pemuda Lintas Agama kepada 29 pemuda yang berasal dari berbagai denominasi gereja dan agama. Berikut, gereja dan aliran kepercayaan yang mengutus pemuda untuk mengikuti Pelatihan Voluntir HIV AIDS Pemuda Lintas Agama:

1. Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

2. Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI)

3. Banua Niha Kriso Protestan (BNKP)

4. Katolik, KEUSKUPAN AGUNG MEDAN

5. Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS)

6. Gereja Methodist Indonesia (GMI)

7. Gereja Bethel Indonesia (GBI) Medan Plaza

8. Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA)

9. Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD)

10. Huria Kristen Indonesia (HKI)

11. Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA)

12. Aliran Kepercayaan Parmalim

Pelatihan berlangsung sejak tanggal 9-11 Agustus 2020, di Wisma Tabor HKBP, Parapat, Sumatera Utara. Kegiatan diawali dengan ibadah reflektif dan dilanjutkan dengan kata sambutan oleh sekretaris eksekutif HKBP AIDS Ministry, Diakones Berlina Sibagariang. Dalam kata sambutannya, beliau mengucapkan terima kasih kepada pemimpin gereja yang sudah mengutus pemuda mereka untuk belajar menjadi voluntir dalam upaya pencegahan dan pengendalian HIV AIDS di gereja mereka. Beliau juga menyampaikan harapannya agar, melalui kegiatan ini terbangun kesadaran bersama di seluruh gereja untuk melaksanakan pelayanan pencegahan dan pengendalian HIV AIDS.


Selama tiga hari peserta dibekali dengan informasi yang terkait HIV AIDS dan keterampilan yang mendorong mereka untuk ikut aktif mendorong gereja dan komunitas keagamaan mereka untuk ikut dalam pencegahan HIV AIDS. Dinas Kesehatan Kabupaten Toba, menyampaikan informasi “Situasi HIV saat ini dan HIV AIDS dasar, yang menjelaskan bahwa angka infeksi HIV terus meningkat, dan banyak menginfeksi kelompok muda. Sesi kedua dilanjutkan dengan mitos, fakta seputar HIV AIDS oleh Nadia Manurung, pada sesi ini dijelaskan bagaimana bahaya dari mitos mengenai HIV AIDS yang menyebar di masyarakat, menghambat upaya pencegahan dan pengendalian HIV AIDS ini dan apa yang harus dilakukan untuk menghentikan mitos dan menyebarkan fakta.


Topik pencegahan HIV saat ini, diberikan oleh Diak. Berlina Sibagariang, beliau menjelaskan, upaya-upaya pencegahan HIV AIDS, dengan metode ABCDE, A) untuk absen melakukan hubungan seks, B) untuk bersikap saling setia, C) untuk menggunakan kondom bagi mereka yang aktif melakukan hubungan seksual tidak aman, D) tidak menggunakan narkoba, dan E) edukasi.

Di hari kedua dr. Kristina Sitorus (dokter VCT di RS HKBP Balige), menjelaskan Voluntary Counseling and Testing (VCT), yang membantu teman-teman ODHIV untuk mengetahui statusnya dan mendapatkan terapi ARV. VCT tidak dapat bekerja sendiri, namun harus bekerjasama dengan Pelayanan, dukungan dan pengobatan (PDP), untuk membantu ODHA menerima dirinya dan rutin mengkonsumsi ARV. PDP di rumah sakit HKBP Balige ialah HKBP AIDS Ministry.

Pentingnya mempelajari pendidikan seks, sebagai keterampilan hidup yang dibutuhkan remaja agar bertanggung jawab atas tubuhnya, mencegah mereka dari kehamilan sejak dini, kekerasan seksual, infeksi penyakit menular seksual. Sesi ini disampaikan dengan topik Kesehatan Reproduksi dan Pendidikan seks oleh Diak. Pentina Nababan. CDiak. Nadia Manurung, dengan informasi Sex Orientation, Gender Identity and Expression, and Sex Characteristic, SOGIESC, yang bertujuan untuk memperkenalkan ragam, orientasi seks, indentitas gender, ekspresi gender dan karakteristik gender. Dengan demikian, stigma terhadap individu yang memiliki keragaman ini, menurun dan tentu ini berpengaruh baik terhadap upaya pencegahan dan pengendalian HIV AIDS.

Diak. Adha Pratiwi Sianturi, menyampaikan metode edukasi HIV AIDS, tujuannya agar voluntir mampu merancang dan menyampaikan edukasi HIV AIDS sesuai dengan konteks dan kebutuhan umat masing-masing. Semakin baik informasi disampaikan, semakin terbangun kesadaran untuk pencegahan HIV AIDS. Di malam hari, seluruh peserta saling berkenalan dan membangun keakraban, dengan menyiapkan makan malam dan menari bersama di malam keakraban.


Pada hari ketiga, dilanjutkan dengan sesi menghapus stigma ODHIV adalah sesama, oleh Diak Adha Pratiwi Sianturi dan Apul Siburian (Anggota Kelompok Dukungan Sebaya ODHIV) dampingan HAM wilayah Humbang Hasundutan. Apul memberikan testimonynya sebagai orang yang hidup dengan HIV, bagaimana awalnya ia terinfeksi, ia juga menceritakan bagaimana ia bertahan hidup dan sekarang menjadi edukator bagi masyarakat.

Usai sesi itu, voluntir dibagi menjadi dua kelompok dan melakukan latihan memberi edukasi HIV AIDS dasar kepada siswa SMA HKBP Parapat didampingi oleh narasumber. Masing-masing voluntir berbagi tugas dan mereka mendapatkan pengalaman pertama yang berharga sebagai voluntir. Masing-masing utusan juga menyampaikan rencana tindak lanjut yang akan mereka laksanakan di gereja mereka.

Oleh karenanya pada akhir kegiatan, mereka menyampaikan ucapan terima kasih karena melalui kegiatan ini, mereka menyadari bahwa pencegahan dan pengendalian HIV AIDS sangat penting dilakukan dan mereka belajar banyak dari apa yang telah dilakukan oleh HKBP AIDS Ministry. Mereka berharap agar kegiatan ini berkelanjutan, dan kerjasama antar gereja dan lintas agama semakin solid untuk Ending AIDS 2030.


Melalui pelatihan voluntir HIV AIDS lintas Agama ini, HKBP AIDS Ministry berharap seluruh gereja berkomitmen dan melakukan pelayanan ini, sehingga angka infeksi HIV baru menurun, angka kematian karena AIDS menurun juga angka stigma diskriminasi terhadap ODHIV semakin menurun.

HKBP menjadi berkat bagi dunia



Pustaka Digital