Renungan Harian Marturia HKBP, Selasa 25 November 2025

Doa Pembuka: Terpujilah Engkau Tuhan yang senantiasa memberkati kami pribadi lepas pribadi dalam setiap aktivitas kehidupan kami. Kami akan memulai segala kegiatan kami pada pagi hari ini engkau yang memberkati kami, terlebih firmanMu yang akan menjadi pedoman bagi kehidupan kami, berkati hati dan pikiran kami supaya kami dipenuhkan oleh hanya karna FirmanMu. Di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus kami berdoa kepadaMu. Amin.

Firman Tuhan yang menjadi pedoman dalam menjalani hari ini di hari Selasa 25 November 2025 tertulis di Ratapan 1:20 “ Ya, TUHAN, lihatlah, betapa besar ketakutanku, betapa gelisah jiwaku; hatiku terbolak-balik di dalam dadaku, karena sudah melampaui batas aku memberontak; di luar keturunanku dibinasakan oleh pedang, di dalam rumah oleh penyakit sampar.Demikianlah firman Tuhan.

Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih dalam nama Tuhan.

Latar Belakang Teks: Kitab Ratapan adalah kumpulan puisi duka yang ditulis setelah Yerusalem dihancurkan oleh Babel pada 586 SM. Penghancuran itu bukan sekadar bencana politik, tetapi tragedi rohani bangsa yang sudah lama memperingatkan tetapi tidak bertobat.

Beberapa latar belakang utama:

  1. Yerusalem Hancur Total yakni: Kota dibakar, Bait Allah diruntuhkan, banyak orang tewas, sebagian dibuang ke Babel, jalanan dipenuhi kelaparan, penyakit, dan kehancuran moral.
  2. Kesengsaraan Batin Bangsa

Dalam Ratapan 1:20, penulis (tradisi mengaitkannya dengan Yeremia) menunjukkan betapa besar penderitaan batin bangsa: Ketakutan yang besar, kegelisahan jiwa, hati yang terbalik-balik, penuh panik dan trauma. Teks ini menggambarkan pergumulan psikis yang sangat nyata—bahkan bagi orang percaya pada zaman itu.

  1. Akar masalah: pemberontakan terhadap Tuhan

Bangsa Israel mengakui kesalahan mereka: “karena sudah melampaui batas aku memberontak.” Ini menggambarkan bahwa penderitaan yang dialami bukan hanya karena musuh yang kuat, tetapi karena relasi dengan Tuhan telah rusak.

  1. Kondisi Luar dan Dalam yang Sama-Sama Mengerikan
  • Di luar: pedang — ancaman perang, kekerasan, ketidakamanan.
  • Di dalam: penyakit sampar — kematian, kelaparan, wabah.

Tidak ada tempat aman: di luar bahaya, di dalam pun penuh maut.

 

Renungan:
1. Tuhan Tidak Buta Terhadap Ketakutan Kita

Ayat ini dimulai dengan jeritan: “Ya TUHAN, lihatlah…” Ini adalah doa dari seseorang yang tidak punya lagi kekuatan, tidak punya solusi, dan tidak punya tempat perlindungan. Poin renungan:

  • Ketakutan kita tidak tersembunyi dari Tuhan.
  • Bahkan ketakutan yang besar, gelisah yang berkepanjangan, dan hati yang berantakan tetap dapat disampaikan kepada-Nya.
  • Tuhan tidak mengharuskan kita kuat sebelum datang kepada-Nya—justru Ia hadir dalam kerapuhan kita.

Ibadah sejati bukan hanya pujian ketika semua baik, tetapi jeritan ketika hidup terasa gelap.

  1. Tuhan Mengerti Kekacauan Batin Kita

“Hatiku terbolak-balik di dalam dadaku” menggambarkan kondisi mental yang sangat terguncang: Kecemasan, Panik, Rasa putus asa, Tekanan jiwa, Trauma berkepanjangan. Mazmur mengenal bahasa ini. Ratapan mengenal bahasa ini. Artinya, iman tidak meniadakan perasaan manusia. Tuhan tidak hanya peduli pada tubuh dan ekonomi kita, tetapi juga pada kesehatan psikis dan emosional. Saat hati terbalik-balik karena tekanan hidup, Tuhan hadir sebagai sandaran.

  1. Penderitaan Sebagai Cermin Pertobatan

Yerusalem berkata: “Aku telah melampaui batas memberontak.” Ini bukan menyalahkan Tuhan atau keadaan, tetapi sebuah pengakuan jujur: ada dosa yang diabaikan terlalu lama, ada kesombongan yang dibiarkan, ada relasi dengan Tuhan yang retak, dan ada kebiasaan buruk yang merusak. Pengakuan ini menunjukkan bahwa penderitaan bisa membuat manusia kembali menyadari siapa dirinya dan siapa Tuhannya. Pertobatan yang jujur membuka jalan bagi pemulihan yang sejati.

 

  1. Kadang Tidak Ada Tempat Aman—Tetapi Tuhan Tetap Ada

“Di luar pedang… di dalam rumah penyakit sampar.” Ini melambangkan keadaan manusia di dunia:

  • Masalah dari luar: tekanan pekerjaan, konflik, kesulitan ekonomi, orang-orang yang menyakiti.
  • Masalah dari dalam: kecemasan, kelelahan, luka batin, dosa yang menggerogoti.

Ada masa ketika manusia berkata: “Aku tidak aman di mana pun.” Namun justru di tempat paling tidak aman itu, iman diuji dan dikuatkan. Tuhan tidak selalu menjauhkan masalah, tetapi Ia selalu menegakkan penyertaan-Nya.

  1. Iman yang Menjerit Tetap Lebih Baik daripada Diam Tanpa Harapan

Di dalam penderitaan yang sangat gelap, ayat ini menunjukkan satu hal yang indah: Yerusalem masih memanggil nama Tuhan. Walau takut, gelisah, dan remuk, mereka masih berkata: “Ya Tuhan, lihatlah.” Ini iman yang dewasa: bukan iman tanpa air mata, tetapi iman yang tetap bertahan dalam air mata.

Ratapan 1:20 mengajarkan bahwa Tuhan tidak jauh dari manusia yang sedang hancur. Ia melihat ketakutan kita, memahami kegelisahan kita, dan menuntun kita kembali kepada-Nya melalui pertobatan dan penyertaan yang setia. Di luar mungkin ada pedang, di dalam mungkin ada penyakit, tetapi di atas semuanya ada Tuhan yang mendengar jeritan kita.

Doa Penutup: Terima kasih Tuhan untuk FirmanMu yang memberikan pemahaman dan kekuatan untuk memenangkan hari ini di dalam kemuliaan namaMu. Berkatilah setiap pekerjaan kami, lindungi dan jaga setiap orang tua kami, keluarga kami, jemaatmu, anak-anak kami dalam menjalani kehidupannya dan pendidikannya. Kami serahkan hidup kami hari ini, esok dan untuk selamanya kedalam tangan pengasihanMu. Di dalam Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

Pdt. Pangihutan Hasibuan, S.Th- Staf di Biro Remaja Naposobulung HKBP

 

Scroll to Top