Doa Pembuka: Kita berdoa! Allah Bapa kami yang bertahta tinggi dalam kerajaan Surga, terima kasih atas berkat yang Tuhan berikan kepada kami, sebentar kami akan mendengarkan firman Tuhan, berkati hati dan pikiran kami. Amin.
Firman Tuhan yang menjadi landasan kita beraktivitas pada hari ini Senin, 27 November 2025 tertulis dari 1 Raja-raja 3 : 9. “Maka berikanlah kepada hambaMu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umatMu yang sangat besar ini?” Demikian firman Tuhan.
Bapak/Ibu,Saudara/i yang kekasih, siapa yang tidak mengenal Raja Salomo, ia adalah raja yang benar-benar mengenal dirinya. Ketika Tuhan menawarkan, “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu,” ia menjawab dengan rendah hati. Permintaan Salomo sederhana namun luar biasa Ia tidak meminta sesuatu untuk dirinya, melainkan hikmat untuk melayani umat Tuhan dengan benar. Di sinilah rahasia hikmat sejati dimulai, bukan dari kepandaian, melainkan dari kerendahan hati untuk mendengar Allah.
Di saat banyak orang meminta kekuasaan, kekayaan, atau umur panjang, Salomo tampil dan justru meminta sesuatu yang berbeda. Hati yang mendengar bukan hanya yang peka terhadap suara manusia, tetapi hati yang mendengar adalah hati yang mengutamakan kehendak Tuhan. Hikmat sejati bukan tentang seberapa banyak kita tahu, melainkan seberapa dalam kita mendengar dan menaati suara Allah. Salomo sadar bahwa tugas memimpin umat bukanlah hal yang kecil. Ia berkata, “Sebab siapakah yang sanggup menghakimi umatMu yang besar ini?” sebuah pengakuan bahwa tanpa Allah, ia bukanlah siapa-siapa dan tidak akan sanggup. Justru dari kesadaran akan ketidakmampuan itulah, Tuhan menurunkan hikmatNya yang besar. Saat ini dunia sangat dipenuhi oleh suara ambisi, suara tuntutan pekerjaan, suara media yang berlebihan yang terkadang dapat membuat kita mudah kehilangan keheningan untuk mendengar suara Tuhan. Padahal, hanya dalam keheningan hati yang rendah, hikmat surgawi bisa berbicara.
Hikmat yang Salomo minta bukan sekadar logika atau kecerdasan, tetapi kepekaan rohani untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat. Di dunia yang sering mengaburkan batas antara benar dan salah, hati yang mendengar Tuhan menjadi landasan jalan kehidupan yang menuntun tetap berjalan di jalan kebenaran. Ketika Hidup dalam Kelimpahan Salomo tahu bahwa kekuasaan tanpa hikmat akan berujung kehancuran. Begitu pula kita di tengah keberhasilan, pekerjaan yang mapan, dan harta yang cukup, kita mudah lupa untuk mendengarkan Tuhan. Hati yang mendengar menuntun kita untuk tidak sombong, melainkan memakai berkat tersebut sebagai sarana melayani dan memberkati. “Lebih baik memperoleh hikmat daripada emas.” (Amsal 16:16) Ketika Hidup dalam Kekurangan dan Penderitaan Salomo meminta hikmat justru karena ia sadar akan kelemahannya. Demikian pula, ketika hidup terasa berat, penuh pergumulan, hikmat Tuhan menjadi terang di tengah kegelapan. Hati yang mendengar membuat kita tetap percaya meski belum melihat dan mengerti. Dalam air mata, kita belajar bahwa Tuhan sedang bekerja membentuk, bukan menghukum. “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan.” (Amsal 9:10)
Hati yang mendengar bukan hanya untuk Raja Salomo, ini adalah kebutuhan setiap orang percaya. Baik itu sebagai pemimpin, orang tua, pekerja, pelajar, atau bahkan pelayan Tuhan. Kita semua menghadapi keputusan setiap hari. Dan keputusan yang benar hanya lahir dari hati yang mendengar.
Bapak/Ibu, Saudara/i yang kekasih Hikmat adalah Jalan Hidup. Hati yang mendengar adalah anugerah luar bisa yang sangat dibutuhkan bagi semua orang. Berkelimpahan maupun kekurangan, memiliki kuasa pun yang lemah, semua elemen masyarakat sangatlah membutuhkan hati yang mendengar Tuhan Allah.
- Bagi yang berhasil saat ini, pergunakanlah hati yang mendengar untuk menjaga agar tidak tinggi hati.
- Bagi yang menderita saat ini, jagalah hatimu yang akan selalu mendengar Tuhan dan memberi kekuatan untuk bertahan bersamaNya.
- Bagi semua orang pada saat ini, hatimu yang mendengar Tuhan akan pasti menuntun sesuai dengan kehendak dan kebenaran Allah.
Kiranya dalam kehidupan kita saat ini – Hati kita selalu mendengar dan melakukan KehendakNya, Tuhan mengasihi kita.
Doa Penutup: Kita berdoa! Bapa yang kami kenal di dalam Yesus terima kasih atas Firman Tuhan pada hari ini yang telah mengajarkan mengingatkan dan memulihkan. Berikanlah kepada kami hati yang mendengar, agar kami dapat mengenal kehendakMu ya Tuhanku, menimbang segala perkara yang ada padaku dengan adil, dan selalu berjalan dalam kebenaranMu disetiap harinya. Teguhkan iman kami untuk selalu memuji memuliakan namaMu, Kuatkan kami untuk terus dapat menyatakan FirmanMu dalam kehidupan kami, sertai setiap pekerjaan kami Ya Tuhan. Didalam Yesus Kristus, kami telah berdoa. Amin.
C.Pdt. Josua Hutabarat, S.Th- LPP III di Biro Ama dan Lansia HKBP



