Renungan Harian Marturia HKBP Senin, 29 Desember 2025

Syalom, bapak/ibu saudara/i dan seluruh jemaat yang terkasih, sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan di hari ini, mari kita siapkan hati dan pikiran kita, kita mengambil saat teduh sejenak, kita bersatu di dalam doa.

  1. Doa Pembuka

Bapa yang baik, bapa yang kami kenal melalui anakMu Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan juruselamat kami, kami bersyukur untuk penyertaan dan kebaikanMu yang mengantarkan kami boleh ada hingga saat ini. Tuhan, sebentar kami ingin menyerahkan diri kami untuk mendengarkan firmanMu yang akan menyapa dan menguatkan kami. Karena itu, kami siapkan hati dan pikiran kami sepenuhnya ya Tuhan, kiranya engkau berkati agar kami dapat dengan sukacita menerima Firman Tuhan. Kami sambut firman Tuhan di dalam sukacita. Amin.

  1. Renungan

Bapak/ibu saudara/i yang terkasih, firman Tuhan yang menyapa kita saat ini tertulis dalam:

Matius 2:11

“Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan, dan mur.”

Bapak/ibu saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus, setiap orang punya cara dan kebiasaan tersendiri ketika ingin menjenguk atau mendatangi seseorang. Ada yang membawa hadiah, kado, pesan atau bahkan kata-kata yang ingin disampaikan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, sejatinya memang memberi itu sudah menjadi bagian dari hidup manusia. Akan tetapi, memberi sering kali dikaitkan dengan kelimpahan, kita memberi jika masih ada sisa, kita berbagi jika tidak terlalu mengganggu kenyamanan kita. Hitungannya jadi untung-rugi. Tidak jarang pemberian menjadi sekedar formalitas dan rutinitas yang tidak melibatkan hati dan iman. Semakin bahaya jika pola ini dipakai ketika ingin mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan.

Bapak/ibu saudara/i yang terkasih, hari ini kita belajar sesuatu yang sangat berharga dari nats ini. Kita melihat pelajaran yang berharga dari orang majus yang datang jauh-jauh untuk sujud menyembah dan mempersembahkan sesuatu yang berharga kepada Yesus yang baru lahir. Dari mereka kita bisa belajar bahwa memberi atau mempersembahkan sesuatu itu bukan sekedar kebiasaan atau kewajiban, melainkan respon penyembahan dari hati yang mengenal dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Meskipun orang-orang majus adalah orang-orang yang terpandang, berpendidikan, dan berpengaruh secara sosial, tinggal di tempat jauh dan dan tidak mengenal Maria, Yusuf, apalagi Yesus secara pribadi, tapi mereka tetap mau dengan rela datang, sujud, menyembah dan memberi yang terbaik sebagai wujud penyembahan mereka.

Bapak/ibu saudara/i yang terkasih, kemudian mari kita lihat satu hal yang menarik. Orang-orang majus itu datang bukan untuk meminta, melainkan untuk menyembah dan memberi. Mereka tidak membawa keluhan, tetapi persembahan. Tentu ini hanya bisa terjadi jika kita mengenal siapa Yesus itu. Kita harus bisa membedakan antara memberi karena kewajiban dan memberi sebagai penyembahan. Persembahan dari orang-orang majus itu dirasa mereka bukan kewajiban apalagi dari keterpaksaan, namun itu lahir dari hati yang terlebih dahulu mau tunduk dan menyembah. Dari sinilah kita diajak untuk menata kembali makna memberi di hadapan Tuhan. Jelas Tuhan tidak ingin persembahan yang didorong keterpaksaan, ketidakikhlasan, dan tidak berangkat dari rasa syukur dan tunduk untuk menyembah.

Bapak/ibu saudara/i yang terkasih, di masa-masa natal ini saya ingin mengajak kita untuk merenungkan satu hal lagi. Natal bukan hanya tentang menerima, tetapi natal juga adalah tentang datang dan memberi atau mempersembahkan. Kita sering datang kepada Tuhan dengan daftar permintaan, tetapi orang majus datang dengan sikap menyembah dan memberi. Terlebih di masa-masa sekarang ini mengingat saudara/i kita yang masih menderita oleh karena bencana, mari kita mempersembahkan yang terbaik dari kita kepada Allah lewat kesediaan kita meringankan sedikit beban mereka yang terdampak. Waktu, pemberian, tenaga, pertolongan, doa yang tulus, bisa menjadi emas, kemenyan dan mur yang kita persembahkan kepada Yesus yang lahir ke tengah dunia ini.

Saudara/i yang terkasih, apa yang sering kita bawa saat datang kepada Tuhan? Apakah hanya kehadiran fisik, atau hati yang tunduk? Tuhan tidak menomorsatukan untuk menunggu apa yang kita miliki, tetapi ia rindu hati yang menyembah dan hidup yang dipersembahkan. Persembahan hari ini bisa berupa ketaatan, kesetiaan, pengampunan, ataupun komitmen untuk hidup seturut kehendakNya. Natal saat ini ingin mengundang kita untuk datang seperti orang majus, mau mendekat, mau untuk sujud menyembah, dan mau untuk memberi persembahan dengan kerendahan hati dan diri yang dipenuhi dengan rasa syukur. Amin.

 

III.       Doa Penutup

            Marilah kita berdoa. Kami bersyukur ya Tuhan Allah kami untuk kesempatan yang begitu berharga yang engkau berikan kepada kami. Saat ini kami boleh dan telah bersekutu bersama untuk mendengarkan firmanMu, mengingatkan kami sebagai orang percaya agar mau datang seperti orang majus yang mau untuk mendekat kepadaMu, mau untuk sujud menyembahMu, dan mau untuk mempersembahkan yang terbaik kepadaMu. Tuhan ajari dan kuatkan kami untuk hidup sesuai dengan kehendakMu. Inilah doa dan permohonan kami, di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

Pdt. Frans M. Sormin

 

 

 

 

Scroll to Top