Pembinaan Calon Pelayan yang akan Menerima Tahbisan di HKBP Siborongborong

SIBORONGBORONG, www.hkbp.or.id - Pimpinan HKBP hadir secara langsung memberikan pembinaan kepada 51 calon pelayan, pada Sabtu (30/6), yang akan menerima tahbisan di HKBP Sabungan Siborongborong Distrik XVI Humbang Habinsaran. Beragam jenis bimbingan diberikan kepada calon pelayan untuk membekali mereka kelak menjadi pelayan memiliki komitmen di dalam pelayanannya.

Ephorus Pdt Dr Darwin Lumbantobing membuka pembinaan ini dengan menekankan kesinambungan antarpelayan tahbisan di HKBP dalam melayani Tuhan di jemaat. Karenanya, ada enam tahbisan di HKBP, yaitu pendeta, guru huria, bibelvrouw, diakones, sintua dan evangelis, supaya pelayanan di jemaat dapat dijangkau di ragamnya jenis pelayanan bagi jemaat, baik pelayanan kategorial maupun pelayanan lainnya.

 

[caption id="attachment_7976" align="alignnone" width="640"] Pimpinan HKBP, Ephorus Pdt Darwin Lumbantobing (ketiga dari kiri), Sekretaris Jenderal Pdt David Sibuea (kedua dari kiri), Kepala Departemen Koinonia Pdt Martongo Sitinjak (ketiga dari kanan), Kepala Departemen Marturia Pdt Anna Pangaribuan (kedua dari kanan), Kepala Departemen Diakonia Pdt Debora Sinaga (kiri) memberikan pembinaan kepada 51 calon pelayan, didampingi Kepala Biro Pembinaan Pdt Darwin Sihombing (kanan)[/caption]

“Setiap pelayanan sebenarnya dapat dilakukan oleh pendeta. Namun, dalam ukuran tenaga, jangkauan dan lainnya memang memerlukan rekan sepelayanan. Bukan soal kepemimpinan, tapi jelas karena ragamnya pelayanan di jemaat,” ujar Ephorus.

Tidak ada pelayanan tahbisan di HKBP secara fungsinya yang tumpang tindih. Semua jelas dan sesuai tahbisan masing-masing telah diaturkan. Soal koordinasi dan kepemimpinan, itu ada sendiri diaturkan juga. “Tumpang tindih hanya akan terjadi ketika semua pelayan tahbisan hanya melakukan pelayanannya di hari Minggu. Pelayanan gereja tidak hanya ada di hari Minggu, tapi mulai dari hari Senin sampai dengan Minggu. Tapi, kini banyak yang berlomba dari tahbisan di luar pendeta berkhotbah di hari Minggu,” tambahnya.

Ketika ini terjadi, biasanya ada pembandingan dari warga jemaat atas muatan khotbah di antara para pelayan. Terkadang ada juga di antara para pelayan yang tersanjung, merespons pujian tersebut. Merasa lebih dari pelayan lain yang dibandingkan kepadanya. “Kita harus menjadi satu tim untuk melayani di tengah-tengah jemaat,” pungkasnya.

Selain itu, Ephorus juga membekali para calon pelayan tentang Tuhan yang memenuhkan pelayan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. Hal ini dikatakannya sambil mendasarkannya pada Kitab Efesus 4: 12. “Bukan merusak atau membuat goyah iman jemaat,” tuturnya.

Sekretaris Jenderal Pdt David Sibuea MTh DMin mengharapkan kepada para calon pelayan untuk dapat menguasai buku penatalayanan HKBP supaya dapat menjalankan tugas pelayanan, terlebih yang berkenaan dengan administrasi gereja. Sekjen juga berharap para calon pelayan memahami aturan peraturan HKBP dan perangkat HKBP lainnya.

Pdt David Sibuea menekankan persembahan jemaat ke pusat. “Kita pelayan diberangkatkan dan diutus Tuhan melalui Kantor Pusat HKBP. Jujurlah dalam pemberian persembahan ke kantor pusat sebab begitu banyak operasional pelayanan kantor pusat di tengah pelayanan jemaat,” ujarnya.

Begitu juga dengan Dana Pensiun HKBP. Sebagian pelayan HKBP tidak membayarkan dana pensiunnya, padahal itu sesudah dibayarkan oleh jemaat yang dilayaninya. Hingga kini, tunggakan dana penisun ada 7 Milyar. Banyak yang tidak memikirkan kalau ini berdampak kepada masa depan keluarga mereka ketika pelayan itu pensiun atau meninggal dunia. “Ada yang mengadu setelah suaminya meninggal. Seolah-olah HKBP tidak bertanggung jawab atas keluarga pelayan. Padahal kita sudah punya Dana Pensiun HKBP,” tuturnya.

Kepala Departemen Koinonia Pdt Dr Martongo Sitinjak meminta kepada calon pelayan secara berkelompok sesuai tahbisannya untuk menyebutkan poda tohonan mereka masing-masing. “Yang mengawasi kita untuk melaksanakan poda tohonan itu adalah Tuhan. Kita bertanggung jawab kepada Tuhan,” ucapnya.

Pdt Martongo menekankan setiap pelayan dipilih oleh Tuhan untuk memperlengkapi jemaat, bukan sebaliknya. “Jangan memperalat jemaat untuk melengkapi kebutuhan dan mengatasi permasalahanmu apa pun itu. Yakinlah kita selalu dipelihara oleh Tuhan melalui caraNya,” jelasnya.

Ia juga menerangkan keaktifan warga jemaat di gereja hanya mencapai 30 persen. “Kemana 70 persen lagi?” tanyanya. Itu tugas para pelayan untuk melayani mereka yang belum terjangkau.

Di samping itu, Pdt Martongo juga meminta kepada para pelayan untuk dapat menguasai sistem pengelolaan data base sebab kebutuhan pelayanan di tengah jemaat, di era digital ini, meningkat.

Pdt Martongo secara khusus meminta kepada setiap pelayan tahbisan untuk melayani kategorial Sekolah Minggu. Anak-anak sekolah minggu harus mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pengajaran sekolah minggu, yaitu Katekhismus Martin Luther. Setiap ibadah Minggu anak sekolah minggu harus dilayani dengan menggunakan jubah tahbisan masing-masing.

Kepala Departemen Marturia Pdt Dr Anna Pangaribuan mengajak para calon pelayan tahbisan untuk merenungkan masa-masa praktek yang telah dilalui oleh mereka selama tiga tahun. “Banyak yang dapat dipelajari selama itu. Learning by doing. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Kita juga butuh peningkatan-peningkatan di dalam pelayanan,” ujarnya.

“Ketika saudara telah menerima tahbisan, saudara akan menghadapi suatu kenyataan dunia pelayanan. Bukan lagi sebagai calon pelayan. Tanggung jawab pelayanan harus kita jalankan. Kita tidak perlu melayani atas penilaian orang lain, tapi kita melayani Tuhan,” tuturnya.

Ia juga menghimbau kepada para calon pelayan untuk memerhatikan zending HKBP dengan cara memberikan tempat dalam ucapan syukur mereka kepada zending HKBP. “HKBP ada karena pelayanan zending,” tambahnya. Pelayanan membutuhkan komitmen karenanya, ia berharap kepada calon pelayan yang akan menerima surat tugas pelayanan ke daerah zending sudah siap untuk melayani di sana.

Kepala Departemen Diakonia Pdt Debora Sinaga MTh mengatakan, sebagai seorang pelayan harus siap ditempatkan di mana saja sebab pelayan hadir bukan untuk dilayani, melainkan melayani. Ia menerangkan, seorang pelayan harus peka terhadap apa yang terjadi di tengah pelayanannya.

Ia menyontohkan keadaan di bona pasogit. Kini sebagian permasalahan ketika diperjualbelikan tanah milik keluarga dan sertifikasi tanah gereja dipersulit. Jemaat kita ada juga yang menjual tanahnya kepada para pemilik modal. Sementara itu, gereja juga banyak yang dituntut tentang hak kepemilikan tanahnya, yang padahal itu adalah pemberian oleh orang tua terdahulu mereka. Mungkin saja mereka sudah lupa terhadap sejarah pemberian tanah gereja tersebut.

Selain itu, ia juga berharap dapat mengembalikan fungsi pargodungan gereja supaya menjadi pusat pelayanan kesehatan dan pendidikan. Sudah banyak sekarang gereja yang memiliki klinik dan itu baik bagi pertumbuhan dan perkembangan pelayanan gereja.

Pdt Debora mempromosikan usaha Departemen Diakonia HKBP yang membuat Ring Back Tone Peduli Kasih Diakonia dengan cara mengetikkan YMRBE di ponsel yang menggunakan kartu Telkomsel dan mengirimkannya ke 1212. Sekretaris Khusus Kepala Departemen Diakonia Pdt Erwin Hutauruk menyontohkan nada deringnya di depan para calon pelayan.

Ada 10 calon pendeta, 14 calon guru huria, 17 calon bibelvrouw dan 10 calon diakones yang akan menerima tahbisan pada Minggu (1/7) di HKBP Sabungan Siborongborong. Turut hadir Praeses Distrik Humbang Habinsaran Pdt Kancon Nababan STh, Pendeta HKBP Ressort Sabungan Siborongborong Pdt Barita H Pasaribu STh, Diakones Ruslina Br Hutapea, dan Calon Pdt Obet Sihotang.  Biro Informasi / DM