Pembinaan Parhalado HKBP se-Ressort Parsingkaman



“Apabila dalam perkunjungan kepada warga jemaat yang sedang sakit, kehadiran kita harus memberikan motivasi, membawa kedamaian, dan membawa doa. Bukan malah membawa sakit atau menjadi semakin parah keadaannya,” kata Pdt Dr Victor Tinambunan MST kepada peserta Pembinaan

Parhalado di HKBP Parsingkaman, Dusung Parsingkaman, Desa Pagaran Lambung I, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara pada Selasa (21/5/2019). Hadir 73 peserta dari tiga ressort, yaitu tuan/nyonya rumah HKBP se-Ressort Parsingkaman dan HKBP Simasom Ressort Pansurnapitu Distrik II Silindung serta HKBP Ressort Bonandolok Distrik IX Sibolga Tapteng Nias.


Pendeta yang saat ini menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Teologi HKBP ini membawa sesi dengan topik Spiritualitas Parhalado dan Pelayanan di Tengah Berbagai Tantangan Zaman.  Dalam paparannya, ia mengatakan, seluruh pelayan HKBP dalam uraian tugasnya, sebagaimana terdapat di dalam Agenda HKBP, mempunyai tugas menggembalakan. Lebih fokus lagi, uraian tugas sintua jelas sekali, marmahani (menggembalakan) inilah tugas utama seorang sintua.

Seorang sintua (penatua) tidak menggembalakan dari dirinya sendiri, melainkan oleh penyertaan dan anugerah Kristus sendiri. Ia mendasarkan hal ini dari Kitab 1 Timotius 1: 12 yang menyatakan, Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku. Karenanya, melalui kekuatan yang diberikan Tuhan kepada seorang penatua, ia dimampukan memahami keadaan gembalaannya dan mengasihinya sebagai sesama seperjalanan di hadapan Tuhan, bukan malah menjadi bos atau hakim.

“Warga jemaat yang sering mengalami pergumulan atau persoalan kehidupan, yang membuat mereka bingung, putus harapan, bahkan meninggalkan Tuhan. Kehadiran penatua sangat dibutuhkan,” jelasnya. Peran dan tugas pelayanan penatua begitu jelas. Keberadaan penatua di tengah jemaat menjadi penyemangat harapan kepada Tuhan.

“Kita harus hidup di tengah-tengah umat, mendengarkan dengan sungguh-sungguh untuk mengetahui persoalan hidupnya dan kita pun harus tinggal di dalam Tuhan untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi umat,” tambahnya.

Selain kepada tugas penggembalaan, Pdt Victor Tinambunan juga menekankan salah satu pelayanan gereja yang sering dilakukan oleh pelayan gereja adalah khotbah. Berbicara soal khotbah, hal pertama yang diangkat oleh pendeta yang pernah melayani di HKBP Sihorbo-Barus ini ialah persiapan khotbah. Bukan soal berapa banyak persiapan buku yang diutamakan, tapi persiapan diri.

Ia mengutip kalimat Ephorus Pdt Dr Justin Sihombing untuk menganjurkan agar mulai Sabtu, para pengkhotbah jangan lagi terlalu banyak berbicara. Baginya, anjuran yang bijaksana ini dimaksudkan agar pengkhotbah lebih banyak merenungkan firman Tuhan.

Ia juga mengatakan, apabila persiapan khotbah sambil merokok, lebih baik dihindari. “Pantas juga dicatat, bahwa khotbah yang dipersiapkan dengan ‘tenaga asap’ sulit dibayangkan bisa meresap!” tuturnya yang disambut gelak tawa peserta.

Setelah persiapan diri, ia beranjak kepada perilaku pengkhotbah seharusnya menjadi penjelasan khotbah itu sendiri. Ia menjelaskan ini dari pernyataan Ephorus Pdt Warneck yang menyatakan dalam bahasa Batak: Naeng songon gambaran ni Kristus hita dipanotnoti portibi on. Ia so i magopo do nasa parjamitaonta. Parangenta i do hatorangan ni jamitanta. I do mambahen siat hatanta.

Menutup sesinya, ia membagikan empat esensi khotbah. Pertama, benar. Maksudnya, sungguh-sungguh berakar pada firman Tuhan, bukan ceramah dan bukan pendapat pribadi, tetapi benar-benar apa kata firman Tuhan. Kedua, baik. Sesuai dengan keadaan, sukacita, dukacita, tahun liturgi gerejawi. Juga mempertimbangkan situasi penerima khotbah seperti usia, latar belakang pendidikan. Ketiga, jelas. Kriteria jelas dimaksudkan pada intonasi suara yang baik, ekspresi wajah, gerak-gerik dan sebagainya. Termasuk di dalamnya supaya khotbah itu mengalir atau sistematis dari awal sampai akhir. Keempat, membangun iman, yaitu membangkitkan semangat melanjutkan yang baik, menggerakkan untuk mengubah kehidupan.


Seusai mendapatkan pembekalan spritualitas dan tugas pelayanan penatua, peserta dibekali lagi dengan etos kerja yang dibawakan Sintua Prof Albiner Siagian. Para peserta tidak hanya memahami etos kerja profesional, tapi juga secara Kristiani dan sudut pandang budaya Batak. Pada etos kerja profesional, seseorang diharapkan memahami kerja adalah rahmat, amanah, panggilan, aktualisasi, ibadah, seni, kehormatan dan pelayanan.

Pada etos kerja kristiani, mangula di bagasan pasupasu jala marasiniroha, tona dohot tanggung jawab, panjouon dohot tujuan na badia, aktualisasi dohot visi rea (agung), pamujion dohot pengabdian na polin, seni, bisuk dohot kreativitas. Sementara itu, pada budaya Batak ada empat yang menjadi dasar orang Batak bekerja. Pertama, pemiliki neraca yang seimbang, yaitu adil seadil-adilnya. Kedua, pemilik bajak yang belah tali, yaitu lurus sejak dari dalam. Ketiga, penjaga padi tanpa bandring, yaitu rugi mengusir burung pemakan padi dengan batu yang dilemparkan pake bandring karena padi yang runtuh akan jauh lebih banyak daripada yang dimakan burung. Keempar, penggembala tanpa pecut, yaitu boleh menghabiskan separuh batang bambu ramping untuk memecut kerbau, tapi menjadi sia-sia untuk menjinakkannya.

Kegiatan ini diawali dan ditutup dengan ibadah yang dilayani oleh Pendeta HKBP Ressort Parsingkaman Pdt Ricordias Silaban STh dan Pendeta HKBP Ressort Bonandolok Pdt Sikkat Bancin STh.


Dalam keterangan Pdt Ricordias Silaban kepada redaksi, dikatakan, pembinaan parhalado ini cukup unik karena diikuti juga oleh ressort lain dari distrik yang berbeda. Mereka mendapatkan informasi pembinaan parhalado ini dari media sosial dan mereka begitu tertarik terhadap pembinaan ini.

“Pembinaan majelis jemaat (parhalado) yang terjadi saat ini cukup unik. Mengapa? Karena pesertanya tiga ressort, tapi dari distrik yang berbeda. Tuan rumah atau penyelenggara ialah HKBP se-Ressort Parsingkaman Distrik II Silindung, sementara peserta lainnya berasal dari HKBP Bonandolok Distrik IX Sibolga-Tapteng-Nias, dan HKBP Simasom Ressort Pansurnapitu Distrik II Silindung,” kata Pdt Ricordias Silaban STh.

Kegiatan ini berjalan dalam terang tema: Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar (1 Timotius 5: 17) dan subtema: Melalui kegiatan ini, Penatua HKBP se-Ressort Parsingkaman semakin menghidupi tahbisannya dan semangat melayani disertai rasa takut akan Tuhan.

Kedua narasumber mendapatkan penghargaan dari panitia berupa penyematan ulos sebagai tanda kasih dari HKBP Parsingkaman. Gereja ini merasa tersanjung atas kedatangan dua narasumber yang rela memberikan hatinya untuk melayani dan membagikan ilmu pengetahuannya di gereja pedesaan. Akhir acara ditutup dengan makan dan foto bersama. Biro Informasi - DM








Pustaka Digital