Renungan Harian HKBP | 15 September 2023

Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Semoga kita di dalam keadaan sehat dan bersukacita. Saat ini, marilah kita menyambut firman Tuhan sebagai perenungan untuk kita pada hari Jumat, 15 September 2023 ini dengan penuh sukacita. Untuk itu, marilah kita terlebih dahulu bersatu di dalam doa

Doa Pembuka: Ya Tuhan Allah Bapa kami, kami mengaku bahwa Engkaulah sumber keselamatan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Kami bersyukur atas berkat dan sukacita di dalam keselamatan yang Tuhan berikan. Hari yang Tuhan berikan ini, kami sambut dengan Firman Tuhan yang akan kami dengarkan, kiranya menjadi kekuatan dan penghiburan kepada umatMu agar senantiasa menyerahkan kehidupan kami bergantung pada Tuhan. Ya Allah, kami berdoa kepadaMu di dalam nama AnakMu Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Saudara/i, ayat renungan kita pada hari ini tertulis pada Roma 2: 29, demikianlah bunyinya: “Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.”

Identitas merupakan hal yang penting dalam sejarah hidup manusia, bahkan acapkali menjadi tolak ukur seseorang untuk memperlakukan seorang lainnya. Maka dari itu istilah diskriminasi sangat melekat dalam kehidupan sosial dan itu sudah ada bahkan dalam sejarah orang percaya. Orang Israel bangsa Yahudi sebagai bangsa yang tercatat sebagai umat pilihan Allah melalui Abraham, Ishak dan Yakub. Pemilihan Allah pada bangsa itu ditandai dengan adanya sunat, tanda lahiriah ini kemudian dijadikan oleh orang Yahudi untuk mengklaim bahwa hanya dengan sunat seseorang layak menjadi umat Allah. Akan tetapi setelah kehadiran Yesus Kristus yang menggenapi hukum taurat dan membuka jalan keselamatan bagi seluruh ciptaan maka semua bangsa kini memiliki hak yang sama di hadapan Allah. Dan hal inilah yang ingin ditegaskan oleh Rasul Paulus kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang non-Yahudi pada masa itu. Bahwa sunat bukan hanya sebagai sunat secara lahiriah (Pemotongan fisik) tetapi jauh lebih dalam adalah sunat yang Tuhan inginkan adalah sunat di dalam hati, yang berarti kepemilikan Allah akan umatnya di materaikan dengan pembaharuan secara rohani bukan sekedar simbol yang terlihat oleh mata namun jauh lebih penting yakni pertobatan yang siap taat kepada kehendak Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui nats ini kita melihat bahwa bagi Allah apa yang ada dalam hati seseorang jauh lebih penting daripada apa yang terlihat secara perubahan lahiriah namun tetap hidup di dalam dosa. Maka dari itu firman Tuhan juga berulang kali menegaskan kepada orang percaya bahwa bukan tindakan manusia secara lahiriah yang mendatangkan keselamatan bagi dirinya melainkan pertobatan di dalam hati yang percaya kepada Tuhan dan perintahNya itulah yang menjadi jalan keselamatan bagi kita. Maka dengan adanya sunat hati, pembaharuan rohani mengantarkan kita kepada kemuliaan yang abadi yang bersumber dari Tuhan bukan sukacita yang datang dari manusia yang semu dan sementara.

Oleh karena itu Saudara/i yang dikasihi Tuhan, hendaklah kita bertumbuh dan berproses dalam pembaharuan rohani dengan bergiat untuk hidup di dalam perintah-perintah Tuhan bukan lebih mementingkan hal-hal yang terlihat oleh manusia agar kita dilayakkan Tuhan untuk menerima hak sebagai umat pilihan Tuhan yang sejati dan mari menolak adanya diskriminasi bagi orang-orang sekitar dengan turut berperan membuka jalan pembaharuan rohani kepada orang-orang yang belum mengenal Allah. Jangan menganggap bahwa oranglain tidak layak untuk mendapatkan kemuliaan Tuhan karena kita semua adalah orang yang tidak layak tetapi Tuhanlah yang melayakkan kita.

Doa Penutup: Ya Allah Bapa kami di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Terima kasih Tuhan atas firmanMu dalam kehidupan kami. Berikan kami kekuatan yang daripadaMu ya Allah Tuhan kami melalui Roh Kudusmu agar kami berkenan di hadapan Tuhan dan dapat menerima dan melakukan firman Tuhan sebagai sumber pengharapan kami untuk menjalani kehidupan kami. Kami serahkan kehidupan kami kepada Tuhan, kehendakMulah yang terjadi atas kehidupan kami. Amin.

Pdt. Sahat Monang S.P. Sagala, S.Th. (Pendeta Fungsional Departemen Koinonia-Biro SMIRNA HKBP)

Pustaka Digital