Renungan Harian HKBP | 15 September 2024
EPISTEL
Syalom amang, inang dan jemaat terkasih. Sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan pada hari ini, marilah kita terlebih dahulu berdoa.
Doa Pembuka: Kita berdoa!Ya Allah yang Maha Baik, terima kasih untuk berkat penyertaan Tuhan bagi kami hari ini. Sebelum memulai hari ini, kami mau mendengarkan Firman Tuhan dan melakukannya setiap hari. Pimpin dan tolonglah kami untuk dapat menjadi pelaku Firman-Mu ya Tuhan, di dalam nama-Mu yang besar kami telah berdoa dan bersyukur. Amin.
Firman Tuhan bagi kita hari ini tertulis dalam Lukas 9:22-27, demikian Firman Tuhan:
Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikut Dia
(22) Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." (23) Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
(24) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.
(25) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?
(26) Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.
(27) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah."
Dalam suatu masa ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya pernah membaca sebuah buku tulisan Francis Chan berjudul Crazy Love. Pada suatu bagian dalam buku itu terdapat bagian yang menceritakan tentang cara manusia umumnya berdoa ketika hendak melakukan perjalanan. Kebanyakan dari kita pasti akan berdoa “Ya Tuhan, sertai kami dalam perjalanan hingga kami dapat tiba di tujuan dengan tanpa kekurangan suatu apapun”. Jika kita menyampaikan doa sedemikian, tentu tidak ada hal salah yang akan muncul dalam benak kita, namun tanpa kita sadari kita mengucapkan doa yang mengutamakan nyawa kita terlebih dahulu.
Francis Chan dalam buku itu menjelaskan bahwa sebenarnya kita dapat saja mengucapkan doa yang lebih baik dari doa-doa yang kita ucapkan, yaitu dengan mengucapkan dan mengimani bahwa yang terutama bagi kita adalah bersama-sama dengan Dia, dengan Tuhan kita. Kita dapat berdoa dan mengucapkan, “Ya Tuhan, tolong sertailah perjalanan kami, apapun resikonya biarlah kami tetap ada bersama-sama dengan Engkau.”
Formula doa yang sedemikian mungkin terasa sangat sederhana meski maknanya sangatlah dalam. Apabila kita membiasakan mengucapkan dan mengimani doa-doa kita dengan cara yang demikian, kita akan terbiasa menjadi orang yang tidak mengutamakan nyawa kita di tempat pertama, tetapi kebersamaan kita dengan Allah, keberserahan kita kepada Dia sebagai pemilik hidup kita
Secara umum manusia sangat takut kehilangan nyawanya, semua orang akan menghalalkan segala cara untuk mempertahankan nyawanya. Karena itu apa yang disampaikan oleh Chan dalam bukunya sangatlah penting untuk diingat dan dilakukan oleh semua orang percaya. Demikian juga teks renungan harian kita pada hari ini yang mengingatkankan kita untuk tidak menjadi orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri, tetapi kehendak dan perkenanan Allah. Kita tentu patut sekali untuk mensyukuri anugerah kehidupan dari Allah di dunia ini, namun kita tetap harus menyadari bahwa hal-hal yang ditawarkan dunia terhadap kita tidak akan dapat memberi kita kehidupan kekal seperti yang akan diberikan Allah pada kita kelak.
Salah satu hal paling berat yang harus dilakukan oleh manusia sebagai ciptaan Allah adalah tugas untuk menyangkal dirinya dan memikul salib. Bagian ini selalu sulit untuk dilakukan sebab dunia menjajakan banyak sekali hal dan cara untuk membuat kita meninggalkan Dia. Karena itu Tuhan bahkan mengatakan kita dapat kehilangan kehidupan kekal kita apabila kita tergoda dengan kehidupan dunia.
Amang, inang dan saudara terkasih, pada hari ini marilah kita belajar untuk tidak berfokus kepada diri kita sendiri, belajar dari hal-hal kecil hingga kita dapat benar-benar hidup hanya untuk Dia dan menempatkan Allah sebagai yang utama dalam hidup kita. Dunia mungkin dapat menawarkan hal-hal menyenangkan, tetapi Tuhan satu-satunya yang dapat memberikan kehidupan. Semoga Allah memampukan kita untuk melakukannya. Ami
Doa Penutup: Kita berdoa!Ya Allah Bapa kami yang bertahta tinggi di kerajaan Surga, kami mengucap syukur atas kebaikan Tuhan setiap hari dalam diri kami. Ampuni kami ya Tuhan apabila dalam hari-hari kami, kami belum dapat hidup seperti Engkau telah hidup. Hari ini kami telah belajar melalui Firman-Mu, kami mau menjadi anak-anakMu yang hidup karena-Mu dan hidup hanya bagi-Mu Tuhan. Ajar kami dan mampukan kami ya Allah untuk menjadi orang-orang yang berkenan di hadapan-Mu. Di dalam Kristus, kami berdoa dan bersyukur. Amin.
EVANGELIUM
Amang, inang dan saudara terkasih, sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan pada hari ini, marilah kita terlebih dahulu bersatu di dalam doa, kita berdoa!
Doa Pembuka: Bapa terima kasih untuk kehidupan yang masih Engkau anugerahkan bagi kami. Hari ini, esok dan dalam seluruh hidup kami, kami mau menjalaninya bersama dengan Engkau. Ajari dan mampukan kami ya Tuhan untuk menjadi pelaku Firman-Mu, di dalam Kristus Yesus kami berdoa dan bersyukur kepada-Mu, amin.
Jemaat terkasih, teks evangelium bagi kita pada hari ini tertulis dalam Mazmur 116:1-9, saya akan bacakan bagi kita semua.
(1) Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. (2) Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya. (3) Tali-tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan dan kedukaan. (4) Tetapi aku menyerukan nama TUHAN: "Ya TUHAN, luputkanlah kiranya aku!" (5) TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang. (6) TUHAN memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya aku. (7) Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu. (8) Ya, Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, dan mataku dari pada air mata, dan kakiku dari pada tersandung. (9) Aku boleh berjalan di hadapan TUHAN, di negeri orang-orang hidup.
Ketika seseorang sedang merasa sangat sesak dan dipenuhi tekanan, hal yang mendorongnya menuju jalan buntu adalah ketiadaan seseorang yang bersedia untuk mendengarkannya. Daud dalam suatu masa dalam hidupnya bermazmur mengenai pengalaman rohaninya pada waktu ia berada dalam kesesakan. Kita tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang dialami Daud sehingga ia menuliskan Mazmur 116 seperti yang kita dengarkan pada hari ini. Hal yang dapat kita asumsikan adalah jelas bahwa Daud sangat bersyukur atas pertolongan Allah dalam hidupnya. Allah mendengarkan, Ia menyendengkan telinga-Nya kepada Daud. Allah mendengarkan suara dan permohonan Daud, Ia meluputkan kesesakan dan ‘maut’ yang melingkupi Daud.
Amang, inang dan saudara sekalian, dalam suatu keadaan yang sangat menyesakkan, hal berat yang acapkali mengikutinya adalah keputusasaan. Sepertihalnya Daud, tiap-tiap dari kita tentu pernah merasa sesak dalam menghadapi berbagai pergumulan hidup. Ketika keadaan itu menghampiri, banyak di antara kita yang justru tidak menjatuhkan pilihan pertama kepada Allah, Tuhan kita. Banyak orang lebih memilih untuk menceritakan permasalahan hidupnya kepada orang lain dan tidak jarang dari pada mereka tidak dapat memberi hati dan telinga untuk mendengarkan masalah hidup kita. Respon yang tidak sesuai ini sering kali menjadi pemicu dari munculnya rasa keputusasaan dalam diri kita.
Keberadaan sosok pendengar sering kali terlihat kecil namun sesungguhnya berdampak besar. Sayangnya, dalam kehidupan kita sebagai manusia kita sering kali abai dan merasa tidak perlu untuk menjadi pendengar orang lain, padahal kita dapat menjadi menjadi alat di tangan Allah untuk memberikan penguatan kepada sesama kita. Meski demikian kita tetap harus mengingat bahwa manusia hanyalah alat milik Allah, karenanya prinsip utama kita pertama-tama adalah datang berseru kepada-Nya.
Teks Mazmur 116 yang kita dengar hari ini sesungguhnya memperingatkan kita bahwa satu-satunya Pihak yang akan selalu ada di sisi kita, selalu siap untuk menjadi sandaran kita, yang selalu dapat mendengarkan dan menguatkan kita adalah Allah saja. Tidak ada kekuatan yang sebesar milik Allah kita, dan tidak ada kesetiaan yang lebih nyata daripada rasa setia Allah kepada kita. Sebagaimana Allah meluputkan kesesakan Daud dan menggantinya dengan ketenangan, Allah juga akan melakukan hal yang sama kepada kita hari ini dan selama hidup kita. Amin.
Doa Penutup: Kita berdoa! Bapa terima kasih atas kesetiaan-Mu, kebaikan-Mu, dan kerendahan hati-Mu yang selalu bersedia untuk menjadi pendengar kami, batu pertahanan kami, dan perisai kami. Engkau tahu ya Tuhan bahwa kami adalah umat yang lemah, karenanya kami mau belajar untuk selalu datang dan mengandalkan Tuhan di dalam hidup kami. Ampuni kami ya Tuhan apabila kami belum dapat melakukannya di hari-hari yang lalu, kini biarlah Engkau sajalah yang menjadi pelipur lara kami, penuntun hidup kami, pembebas kami dalam kesesakan. Di dalam nama-Mu yang besar, kami telah berdoa dan berseru kepada-Mu. Amin.
Pdt. CIntya Crisna Pardede, M.Th - Melayani di Biro TIK HKBP