Natal Hatopan HKBP: Panggilan Melawan Bencana Ekologis dan Menjaga Hutan Indonesia

Dokumentasi Foto

Pematang Siantar (19/12) – Keluarga besar Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) merayakan Natal Hatopan Tahun 2025 di Aula Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematang Siantar. Perayaan ini menjadi momen bagi seluruh elemen gereja—mulai dari pimpinan, staf Kantor Pusat, hingga sivitas akademika—untuk memperkuat persekutuan sekaligus menegaskan komitmen nyata terhadap krisis lingkungan yang tengah melanda berbagai wilayah di Indonesia.

Ibadah yang berlangsung khidmat tersebut dilayani oleh Ketua Rapat Pendeta HKBP, Pdt. Dr. Hulman Sinaga. Mengambil dasar firman Tuhan dari 2 Korintus 6:2 dengan tema “Allah Hadir untuk Menyelamatkan dan Menolong”, beliau menekankan bahwa keselamatan dari Allah menuntut respons aktif dari manusia. Pdt. Hulman mengingatkan bahwa sebagai umat yang telah menerima kasih karunia, jemaat memiliki tanggung jawab sebagai mitra Allah di dunia. “Natal adalah pengingat bahwa hari ini adalah hari penyelamatan. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk segera bertindak melakukan kebaikan tanpa menunda-nunda,” tegasnya dalam khotbah yang juga menyoroti urgensi kepedulian ekologis sebagai bentuk ibadah yang holistik.

Sejalan dengan pesan tersebut, Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, MST, dalam bimbingan pastoralnya mengajak seluruh jemaat untuk mendalami kembali esensi perayaan kelahiran Kristus. Merujuk pada catatan sejarah dalam buku “Bohal ni Parhalado”, Ephorus menguraikan tiga makna awal Natal yang harus dihidupi: pertama, Natal sebagai peristiwa liturgis atau perjumpaan umat dengan Tuhan; kedua, sebagai sarana penggembalaan di mana gereja hadir merangkul jemaat; dan ketiga, Natal membawa sukacita serta damai yang transformatif.

“Agar makna Natal benar-benar dihidupi di masa kini dan masa depan, kita harus peka terhadap situasi saudara-saudara kita yang sedang mengalami pergumulan berat. Kita saat ini berada dalam situasi bencana ekologis yang sangat memprihatinkan, khususnya di wilayah Bonapasogit dan tiga provinsi di Sumatera,” ujar Ephorus. Beliau menegaskan bahwa solidaritas adalah kata kunci utama dalam sub-tema Natal tahun ini.

Sebagai wujud nyata dari semangat solidaritas tersebut, HKBP telah membentuk Satgas Peduli Kasih HKBP yang secara khusus menangani bantuan pascabencana. Satgas ini berada di bawah tanggung jawab Sekretaris Jenderal HKBP, Pdt. Rikson M. Hutahaean, M.Th, dan Kepala Departemen Diakonia, Pdt. Eldarton Simbolon, D.Min, dengan Pdt. Rein Justin Gultom sebagai Ketua Satgas. Ephorus menyampaikan rasa syukur atas antusiasme jemaat di tingkat Huria, Resort, hingga Distrik, yang telah mengumpulkan donasi kemanusiaan hingga mencapai hampir Rp 10 Miliar.

Namun, Ephorus juga menegaskan bahwa bencana yang terjadi merupakan “bencana ekologis” akibat ulah manusia, seperti penggundulan hutan dan eksploitasi alam yang tidak terkendali. Beliau memberikan kritik tajam atas fenomena di Indonesia yang justru mengubah hutan menjadi gurun, berbanding terbalik dengan upaya global yang sedang menghijaukan gurun, seperti yang dilakukan Cina dan Arab Saudi.

Sebagai langkah strategis ke depan, Ephorus menginstruksikan seluruh unit pelayanan dan lembaga pendidikan HKBP untuk menjadi pelopor pelestarian lingkungan. Beliau secara khusus meminta UHN Medan dan Pematang Siantar, serta seluruh perguruan teologi HKBP untuk bertransformasi menjadi “Kampus Hijau”. Harapannya, dari kampus-kampus ini lahir kajian ilmiah-teologis yang mampu mencerahkan masyarakat dalam merawat alam ciptaan Tuhan secara berkelanjutan.

Perayaan Natal Hatopan ini diakhiri dengan komitmen bersama bahwa HKBP akan terus menjadi saluran pertolongan Allah. Melalui kolaborasi antara struktur gereja, institusi pendidikan, dan kedermawanan jemaat, HKBP berupaya memastikan bahwa terang Kristus benar-benar membawa pemulihan, baik bagi jiwa manusia maupun bagi bumi yang kita tinggali.

Scroll to Top