Ibadah Puncak Penyelenggaraan Eco Pastoral Care


Ratusan anak sekolah minggu HKBP Distrik VII Samosir memenuhi tenda yang berada di depan gereja HKBP Ambarita Ressort Ambarita. Lagu pujian pun dikumandangkan dengan semangat yang dipimpin oleh ibu Bvr. Fitah Sinaga dan beberapa guru sekolah minggu HKBP Ambarita. Pada Minggu ini,(30/6/2019) adalah ibadah puncak EKO PASTORAL CARE (EPC) yang dilaksanakan di Samosir tepatnya di HKBP Ambarita Ressort Amabarita. Ibadah puncak ini adalah satu kesatuan dari rangkaian kegiatan EPC mulai dari ibadah bersama di 6 distrik sekawasan Danau Toba pada tanggal 2 Juni 2019. Tanggal 18 Juni lalu juga dilakukan penaburan bibit ikan sebanyak tujupuluh ribu lebih bibit ikan mujahir dan ikan mas. Pada hari Sabtu dan Minggu (29-30 Juni 2019), kegiatan penanaman bibit serewangi di HKBP Distrik VII Samosir tepatnya di HKBP Ambarita. Sistem penanaman bibit serewangi dilakukan secara berbagi kepada jemaat sebab jemaat dilibatkan untuk mendukung program pemeliharaan alam serta memperoleh ekonomi yang baik. Ibadah ini gabung dengan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) anak sekolah minggu HKBP yang berasal dari HKBP Ebenezer, Tomok, Tolping, Tuktuk, Janji Martahan,Garogam, Ambarita, Onanbaru, Ronggur nihuta, dan Buhit. Ibadah ini dikolaborasi mempunyai tujuan pendidikan penginjilan kepada anak-anak dan sejak anak-anak untuk mengenal alam dan melestarikan serta merawat lingkungan hidup sejak dini.

Di dalam rangkaian ibadah, tepanya pembacaan hukum taurat dilayani oleh sekolah minggu sebanyak 10 orang. Sekolah minggu melafalkan hukum taurat mulai dari yang pertama sampai yang ke sepuluh dalam bahasa Batak Toba. Bukan itu saja, anak sekolah minggu juga melakukan praga penginjilan HKBP sejak dini. Sebanyak 50 anak sekolah minggu melakukan praga di depan yang disaksikan oleh jemaat dan teman-teman sekolah minggu yang lainnya. Praga pengijilan anak sekolah minggu ini dipandu oleh Bvr. Fitah Sinaga dan Pdt. Susi Hutabarat. Di dalam ibadah juga terdengar pujian dari HKBP Ambarita yang mempersembahkan lagu tahun diakonia (ulaon parasinirohaon).


Sebelum menjelaskan khotbah, ibu kadep melangsungkan dialog interaktif dengan jemaat, apalagi kepada sekolah minggu. Pertanyaan ibu kadep: Apakah pada hari ini kita bersukacita? Pemahaman Eko Pastoral Care juga memberikan respon yang hidup bagi anak sekolah minggu. Siapa yang tahu arti eko? Tidak seorangpun anak sekolah minggu yang menjawab. Lalu ibu kadep menjelaskan secara singkat bahwa eko adalah singkatan dari ekologi, ekologi adalah pengetahuan akan alam, lingkungan dan dunia ini. Siapa yang tahu arti pastoral, dari tengah-tengah tempat duduk anak sekolah minggu ada yang mengatakan: itu yang dikatolik itu inang. Tawapun memenuhi tempat ibadah, karena jawaban anak itu. Lalu, ibu kadep mejelaskan pastoral adalah penggembalaan. Penggembalaan adalah tugas pendeta, jika katolik disebut pastor yang mempunyai tugas menggembalakan juga. Kemudian, pertanyaan yang berikutnya: siapa yang tahu arti care? Salah seorang anak, marga manurung menjawab peduli. Ibu kadep menyambut jawaban itu dengan mengajak jemaat memberikan tepuk tangan kepada anak sekolah minggu. Maka, Eko Pastoral Care adalah penggembalaan melalui kepedulian terhadap lingkungan hidup kita, saat ini kita akan menanam pohon serewangi dan pohon untuk kelestarian lingkungan kita dan menambah penghasilan kita masing-masing.

Setelah ibadah selesai, dilanjutkan dengan acara pertunjukkan drama sekolah minggu Onan Baru, HKBP Ronggur ni huta, HKBP Buhit. Secara persiapan latihan dilakukan selama 4 hari berturut-turut ditempat yang tempat yang bergantian. Kerja keras dari guru sekolah minggu dan tim dari kantor pusat mempersiapan kegiatan ini yang dipadu dengan kebaktian raya eko pastoral care. Drama sekolah minggu yang berpaduan dari beberapa gereja menceritakan kisah Yesus selama hidupnya yaitu melakukan mujizat pada orang sakit, orang yang kerasukan setan bahkan membangkitkan orang mati. Perjalanan drama ini berjalan sekitar 30 menit, hingga diakhir dengan penyaliban Yesus dikayu salib. Semua perhatian anak-anak dan orang tua tertuju pada pertunjukan drama yang sedang berlangsung, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 13.15 wib.

Acara dilanjutkan dengan makan siang setelah drama itu selesai dilaksanakan anak sekolah minggu. Seluruh anak-anak makan lebih dahulu kemudian dilanjutkan kepada orang tua untuk makan dengan teknis pembagian yang dilayani oleh penyedia makanan (cetring). Seusai makan bersama, jemaat memperoleh bibit serewangi dari panitia yang disampaikan oleh ibu kadep dan rombongan kepada jemaat secara merata untuk ditanam disekitar lingkungan rumah dan ladang mereka masing-masing. Pesan terakhir dari panitia EPC, enam bulan lagi kami akan kembali melihat tanaman kita masing-masing sebagai kelanjutan program kita dan keseriusan kita akan menjaga lingkungan dan meningkatkan ekonomi rumah tangga. Salam kelestarian lingkungan hidup untuk kita semua, salam pengijilan melalui alam, salam pengjinjilan yang berkelanjutan, salam Marturia, Horas HKBP, HKBP berkat bagi jemaat dan dunia.  (JLS)









Pustaka Digital