Kerja Sama YEL & HKBP: Launching Buku Ekologi Kristiani

Rabu 29 November 2023, Seminarium Sipoholon.

Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) bekerja sama dengan HKBP melalui Ketua BALITBANG, Pdt. Dr. Jhon Kristo Naibaho dalam penulisan buku bertema Pendidikan Lingkungan. Buku berjudul "Tuhan Menciptakan Semuanya Itu Baik Adanya" dilaunching  hari ini, Rabu 29 November 2023 di lantai dua Gedung NCC HKBP.



Acara ini dihadiri oleh Kepala Departemen Marturia, Pdt. Daniel Harahap, M. Th, perwakilan Dewan Pembina YEL, Bapak Kusnadi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Taput, Ketua Sekolah Tinggi Bibelvrouw, Pdt. Dr. Benny Sinaga, Ketua Sekolah Tinggi Guru Huria HKBP, Pdt. Marnaek Simanungkalit, mahasiswa Sekolah Tinggi Guru Huria, dan para tamu lainnya. 


Dalam sambutannya, Bapak Kusnadi sampaikan harapan dari kerja sama ini agar dapat membawa kebaikan bagi lingkungan dan membangkitkan semangat pelestarian dalam menyelamatkan lingkungan.


Kepala Divisi Institut YEL, Bapak Julius Siregar, menjelaskan mengenai alasan adanya kerja sama dengan HKBP, yakni pelaksanaan salah satu program di Tapanuli untuk menjaga hutan Tapanuli tetap lestari. Sasaran semangat memelihara lingkungan juga hendak digalakkan kepada generasi muda, agar mampu memaknai lingkungan sebagai warisan kekayaan alam.


Kadep Marturia, Pdt. Daniel Harahap, M. Th dalam sambutannya menyampaikan bahwa memelihara alam adalah utang yang harus dilunasi. Salah satu amanat agung pekabaran injil adalah beritakan injil kepada segala makhluk (lih. Markus 16:15). Utang itu sudah dibayar, setelah berusia 162 tahun, akhirnya HKBP merayakan Minggu Ekologi di tahun ini, tepatnya pada 24 September lalu. Tak hanya itu, ada dua hal yang harus dilakukan gereja melalui kerja sama dengan pihak lain, yakni: (1) menghayati bumi sebagai rumah Tuhan. Tuhan ada di bumi bersama-sama dengan kita. Bumi adalah "altar", maka tak ada celah bagi manusia untuk merusaknya. Bumi adalah tempat kudus, maka mari kita jaga; (2) bagaimana mengampanyekan kebersihan sebagai bagian dari adat. Orang yang menjaga kebersihan dan menanam pohon adalah orang yang beradat. Menjadikan ekologi sebagai ibadah, kesaksian, dan bukan sekedar retorika. Ini harus dijadikan gerakan masif yang dimulai dari diri sendiri, terstruktur, dan konsisten.


Pdt. Dr. Jhon Kristo Naibaho dalam pemaparan bukunya mengatakan bahwa diskusi ekologi di masa kini masih sangat elitis, maka dengan adanya buku ini diharapkan agar generasi muda dapat turut andil memperbaiki bumi dibarengi dengan paradigma ekologis yang baik. Paradigma ekologis harus dibangun secara tepat karena cara pandang seseorang terhadap sesuatu menentukan sikap dan tindakannya ke depan. Kesadaran akan pentingnya memperbaiki kerusakan alam sangat baik dibentuk dengan menjadikan diri sebagai Kristen "Hijau", yang bergaya hidup ramah alam, menjadikan diri inspirasi bagi orang lain, serta berkolaborasi dengan banyak pihak untuk bergotong royong membenahi kerusakan lingkungan.


Beliau menambahkan, bahwa gereja harus mentransformasi diri dalam tugas tanggung jawab kerusakan alam, baik dari segi paradigma Pemimpin yang ekologis, liturgi, bangunan (arsitektur), kemitraan dengan jemaat di berbagai daerah, serta merangkul anak-anak, remaja, dan pemuda sebagai agen prioritas ekologi. HKBP sudah mendiskusikan isu ekologis dalam konfesinya dan dalam keputusan-keputusan rapat, namun diskusi ini belum mendarat kepada jemaat. Melalui buku ini, diharapkan gagasan ekologis kristiani dapat menyentuh banyak orang, terutama kalangan muda sehingga dapat tercapailah cita-cita bersama yakni membenahi kerusakan alam dan menjadikannya lebih lestari.











Pustaka Digital