Peresmian HKBP Nazaret Sorong, Ephorus HKBP dan Ketua Adat Suku Moi Sorong : Kita dalam Satu Perahu!

Ephorus HKBP Pdt Dr Darwin Lumbantobing menandatangani Prasasti Peresmian HKBP Nazareth, Sorong, Papua Barat

Kita itu berada dalam satu perahu, seperti yang dikatakan Kristus “pergilah, beritakanlah Injil dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”. Kita bersatu membangun Tubuh Kristus di Papua ini. HKBP pun juga harus memberitakan Injil ke semua tempat termasuk di Papua ini termasuk di Tanah Moi, bukan hanya kepada orang Batak tetapi juga kepada penduduk asli disini. Kami Suku Moi itu unik, sesuai dengan nama Moi yang berarti halus/lembut, sehingga budi, tutur kata, budaya, tarian, itu halus (gemulai) berbeda dengan suku lainnya di Papua yang lebih energik. Kemudian jika Suku Batak menghadapi masalah di Tanah Moi, langsung berhubugan dengan Suku Moi jangan dengan suku lain karena Suku Moi-lah pemilik wilayat ini. Hak atas aturan, wilayah, siapapun yang tinggal disini harus mematuhi adat setempat, demikian HKBP juga tentu menghargai budaya setempat. Kami juga berharap agar Ajaran dan Ibadah HKBP itu bisa juga diterjemahkan ke Bahasa Moi agar bisa juga kami mengerti yang mungkin sesuai dan dapat dipakai, kata Ketua Adat Suku Moi Sorong Sipai Abner Bisolu yang didampingi Biro Perlindungan Suku Moi Papua ketika menghadiri Ibadah Mangompoi Gereja HKBP Nazaret Sorong – Papua Barat.

HKBP Nazareth Sorong diresmikan Ompu i Ephorus HKBP Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing dalam Ibadah Minggu 11 Agustus 2019, disaksikan seluruh jemaat dan para undangan istimewa. HKBP Nazaret Sorong merupakan salah satu gereja yang berdomisi di Provinsi Papua Barat yang dipimpin Pdt. Risen Parhusip, S.Th dengan jumlah jemaat 110 KK. Gereja ini terdaftar dalam koordinasi pelayanan HKBP Distrik XVII Indonesia Bagian Timur yang dipimpin Praeses Pdt. Pahala Sitorus, M.Th.

Senada dengan harapan Ketua Adat Suku Moi Sorong, Ephorus HKBP juga berpesan agar seluruh jemaat HKBP dimana pun berada termasuk di Tanah Papua agar bermasyarakat dengan baik, bersahabat, dan memberikan yang terbaik bagi daerah, negara, dan warga sekitar, sebagaiman visi HKBP menjadi berkat bagi dunia.

Pemuda HKBP Nazareth Sorong menyambut kedatangan rombongan prosesi ibadah

Dalam kunjungan pastoral ini, Ephorus HKBP dijadwalkan memimpin Pangompoion Gereja HKBP Nazareth Sorong, memberikan bimbingan pastoral kepada jemaat dan para sintua, serta kunjungan pastoral ke Persiapan Jemaat HKBP Galilea Raja Ampat. Ephorus HKBP bersama Ompu Boru M. Br. Siahaan didampingi Sekhus Pdt. Alter P. Siahaan juga Ny. Pdt. Manarias Sinaga, dan Ny. Pdt. Heince Simanjuntak ini tiba hari Sabtu (10/08/19) Pkl. 04.30 Wib di Bandara Domine Eduard Osok, langsung bertolak mengunjungi gereja dan bertemu dengan Praeses Distrik XVII IBT, Pendeta dan para Sintua.

Ephorus HKBP Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing dalam khotbahnya berdasarkan Firman Matius 8: 23 – 27 mengatakan ketika Yesus bersama – sama dengan muridNya berlayar, datang Ombak besar beserta angin kencang yang hampir menenggelamkan kapal tersebut. Sementara Murid melihat Yesus yang sedang tertidur, kemudian mereka membangunkan Yesus karena ketakutannya. Lalu Yesus menegur mereka karena mereka dalam keadaan risau sekalipun mereka bersama dengan Yesus. Kemudian Yesus menghardik/memerintahkan ombak itu supaya berhenti dan anginpun juga berhenti.

Gereja juga demikian, itu sebabnya gereja kita secara Oikoumene mempunyai lambang Perahu yang sedang berlayar dan ada Salib. Jadi perahu itu seperti gereja. kita sedang berlayar dari satu labuhan menuju labuhan yang lain, dan kita masih di tengah jalan, belum sampai kepada tujuan. Oleh karenanya, kita harus bersatu sesama umat pengikut Kristus, dan bersatu yakin percaya kepada Yesus Kristus, kita harus hidup bersamanya. Gereja sedang berlayar dan belum sampai kepada tujuan kita, karena Kristus belum datang kedua kalinya. Dalam pelayaran itulah, dalam perjalanan itulah kita harus saling mendukung dan bersatu serta saling menopang. Di dalam perahu yang satu, di dalam gereja yang satu, di dalam rumah yang satu, kata Ephorus HKBP.


Semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah satu rumah. Mungkin seperti kita ada gereja HKBP, dan ada gereja – gereja lainnya, dipahami berbeda ruang tetapi dalam satu rumah. Kita perlu saling mendukung dalam melanjutkan pelayaran, supaya kita bersama – sama sampai kepada labuhan akhir yaitu kehidupan kekal.

Memang kita semua orang Kristen pernah mengalami ada tantangan di dalam kehidupan bergereja dan bermasyarakat. Ada tantangan yang bisa saja membuat kita tidak lagi murni sebagai pengikut Kristus. Ada yang disebut dengan Kristen Kebiasaan, ada Kristen Tradisi, dan ada Kristen yang benar/murni, kata Ephorus.

Kristen kebiasaan, karena dia Kristen yah dipahami dia Kristen. Bila ditanyakan kenapa engkau Kristen, yah karena orangtuaku Kristen. ada sebuah buku yang dituliskan Lothar Schreiner yang berkesimpulan “Telah Kudengar Dari Ayahku”. Jadi ada yang menjadi Kristen hanya karena orangtuanya, ompungnya, dll. Sebenarnya jawaban itu tidak benar, seharusnya setiap orang Percaya harus mau dan siap mengaku sebagaimana seorang Perempuan Samaria yang memberitakan tentang Yesus. Dia mengatakan dia telah bertemu dengan Yesus Kristus. Banyak orang yang sudah bertemu dengan Yesus, bukan lagi karena pemberitaan perempuan itu, tetapi karena kami sudah berjumpa dengan Yesus.

Ada yang disebut dengan Kristen Tradisi. Seperti Umpama Batak, hanya mengikuti saja. Kenapa engkau pergi ke gereja? Karena tidak mau tinggal sendirinya di kampung itu. Kalau sudah jumpa hari Natal, jangan – janganpesta gereja hanya sebagai tradisi. Ada yang sudah terbiasa kalau ada Kelender HKBP sudah dianggap sebagai ruas HKBP. Apakah benar kalau memiliki Kelender HKBP sebagai tanda jemaat HKBP? Apakah sudah ketentuan sebagai kehidupan orang percaya? Itu belum tentu.

Dan ada yang disebut dengan Kristen Murni. Senang dan duka, kita setia kepada Yesus Kristus. Yesus berkata: Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya? Ternyata Yesus ada diantara mereka dan mereka justru mengalami ketakutan. Secara manusia masuk akal kalau mereka ketakutan karena ombak dan angin keras. Demikian orang kristen berada di tengah – tengah gelombang kehidupan yang sangat berpotensi untuk menghanyutkan kita bersama. Tetapi di dalam Tuhan, kita pasti aman dan sentosa. Tentu banyak hal, baik peristiwa alam, kehidupan bergereja, bermasyarakat, bernegara, bisa membuat kita kuatir, membahayakan kehidupan kita, tetapi Firman Tuhan berkata, ketika mereka datang dan meminta kepada Yesus, kemudian Yesus pun berbicara dan ombak itu berhenti.


Ephorus menambahkan, kejadian alam banyak terjadi di negara kita ini, misalnya yang baru – baru terjadi di Palu. Warga berbicara, bukit/gunung itu bergerak, bergeser, dan berpindah tempat, langsung kita mengingat Firman yang berkata “ai munsat pe dolok, jala humuntal pe angka robean, alai anggo asisingku na so tupa munsat sian ho...”. Yes. 54: 10. Firman itu fakta bagi orang Percaya, bukan sebagai kiasan, ilusi, ilustrasi, tetapi nyata di dalam kehidupan kita. Bila pun terjadi demikian, dan banyak hal, hanya satu yang bisa menyelamatkan kita, yaitu bersama dengan Tuhan.

Bagi orang yang memanggil nama Tuhan, akan diselamatkan, sebagaimana yang disaksikan Rasul Paulus di Roma 10: 13. Oleh karena itu, marilah kita bersukacita, bila hari ini, kita merayakan Pangompoion Gereja HKBP Nazaret Sorong. Kita bisa memanggil nama Tuhan kapan saja dan dimana saja. Tetapi Tuhan mengkehendaki ada tempat perjumpaan Tuhan dengan kita manusia di dunia ini. Bersyukurlah kepada Tuhan, karena Tuhan membuka hati kita untuk bersama – sama membangun gereja ini. Tidak semua orang terpanggil dan memiliki kesempatan untuk membangun gereja, hanya bergantung kehendak Tuhan saja. Sebagaimana Firman berkata, Raja Daud berkeinginan membangun Bait Suci, dia memiliki kuasa, tenaga, materi, pekerja, dan apapun dimilikinya, tetapi Tuhan tidak mengkehendaki Daud untuk membangun Bait Suci itu tetapi Tuhan berkehendak kepada Raja Salomo, anaknya Daud. Lalu Bait Suci itu berdiri megah pada masa Raja Salomo. Oleh karena itu, bersyukurlah kepada Tuhan, karena Tuhan menguatkan kita dan memberkati kita semua untuk membangun gereja ini. Ini adalah bukti konkret bahwa kita adalah orang – orang pilihan untuk membangun gereja menjadi tempat kudus yang dikuduskan Tuhan.

Usai ibadah, acara dilanjut dengan tarian remaja/pemuda perpaduan tortor Batak dengan konteks Papua Barat, lalu penyematan ulos kepada para tokoh – undangan kehormatan, para simpatisan, dan jemaat. Acara tersebut berjalan dengan baik dan sukacita yang terpancar dari semangat dan antusias dari seluruh jemaat dan undangan yang hadir.  


Ketua Suku Batak Sorong Raya Dr. Tagor Manurung juga mengapresiasi semangat dan perjuangan jemaat dengan pelayan dalam membangun gereja ini. Kita juga harus bersosialiasi dan bermasyarakat, bersahabat kepada semua orang khususnya warga asli daerah ini. Sudah berurat berakar sebenarnya Orang Batak bergereja di gereja – gereja yang ada disini, tetapi ketika HKBP berdiri, kecintaan Batak tumbuh berkembang dengan konteks perantauan yang berbeda. Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk HKBP. Demi eksistensi HKBP, kita harus bersama dan bertindak bersama. Kita harus bersatu padu, jangan menjadi pendendam, mari kita satukan hati, visi, misi, agar HKBP menjadi tersohor. Sebagai Ketua Suku Batak di Sorong ini, secara penuh saya mendukung HKBP. Di daerah ini, lebih kuat adat di banding yang lain, oleh karenanya HKBP juga besar harapan untuk membawa berkat di Sorong Raya ini, tuturnya.

Untuk pertama kalinya dimana seorang Bapak menjadi liturgist dan anaknya yang berkhotbah, karena bapaknya yang menjadi Sintua pertama di Nazaret Sorong ini, ketika aku meminta izin kepada Pendeta Ressort Rawamangun Pdt. Dr. Binsar Nainggolan saat itu untuk mengizinkan bapak membantu pelayanan disini, kata Pdt. Very Siregar. Selain itu Pdt. Daniel Tampubolon juga turut hadir sebagai undangan khusus karena turut sebagai penggagas pelayanan di Sorong ketika masih berstatuskan melayani di Manado.

Turut hadir : Ketua Kerukunan Masyarakat Batak Kota Sorong Dr. Tagor Manurung, Ketua Kerukunan Masyarakat Batak Kabupaten Sorong Bapak Simamora, Ketua Kerukunan Masyarakat Batak Raja Ampat Bapak St. Sigiro, Ketua Kerukunan Masyarakat Batak Sorong Selatan Nainggolan, Ketua Kerukunan Masyarakat Batak Manokwari Bapak Nainggolan, Pdt. Pansur Sijabat (Pendeta HKBP Ressort Makassar), dan mewakili Pemerintah Daerah.


L. Simanjuntak sebagai Panitia Taon Parasinirohaon menyampaikan terimakasih kepada seluruh undangan yang hadir baik dari Unsur Pemerintahan, Ketua – ketua Adat dan Suku yang ada di Papua Barat, Bpk Anggiat Simanjuntak, Undangan dari Jayapura, Undangan dari Manokwari, dan secara khusus kunjungan Ompu i Ephorus HKBP dalam meresmikan gereja ini sekaligus memberikan bimbingan kepada seluruh jemaat di Papua Barat ini. Lebih jelas lagi, Ketua Pembangunan L. Sibuea (Op. Henok) menjelaskan kalau pembangunan Gereja HKBP Nazareth Sorong ini sekitar 8 tahun lamanya. Pembangunan ini dimulai sejak masa Pdt. Very Siregar dan Ketua Pembangunan G. Simatupang, dilanjut pada masa Pdt. Risen Parhusip dan kami yang dihunjuk meneruskan sebagai ketua pembangunan di periode yang baru. Sejak awal hingga penyelesaian pembangunan ini berjumlah Rp. 2.850.000.000,- yang didukung jemaat dan para donateur lainnya, termasuk harapan acara hari ini dapat menutupi kekurangan dana sekitar 250 Juta.  

Harapan dan kerinduan jemaat akan HKBP juga diutarakan utusan jemaat Bapak H. Situmorang perihal pengajaran bahasa Batak sangat penting secara khusus dimulai sejak masa usia muda bagi Sekolah Minggu dan Remaja – Pemuda misalnya dengan penerbitan Buku – buku pengajaran dengan berbahasa Batak yang halus dan bagus. Para Pejabat orang Batak pun yang ada di perantauan ini dulunya itu dibina dan diajari oleh gereja HKBP dengan budaya Batak, kata utusan jemaat.


Dulunya orang Batak yang merintis merantau ke Papua berawal tahun 60-an, para PNS yang ditempatkan ke Papua, berlanjut gelombang kedua sekitar tahun 70-an, kemudian tahun 80-an, memperlihatkan perjuangan hidup orang Batak yang hidup di perantauan. Bermodalkan keberanian dan semangat hidup dulunya menjadi bekal utama untuk bergaul dan bermasyarakat. Minimnya kemampuan berbahasa Indonesia pun, tak menyurutkan merintis hidup, berangkat dari Sumatera ke Jakarta, dilanjut dengan naik Kereta Api menuju Surabaya, kemudian naik Kapal Barang menuju Papua, kata seorang jemaat marga Simatupang.

Sekarang di Sorong ini sudah banyak kemajuan baik dari Fasilitas tentunya, dengan perhatian dari Pemerintah dengan maraknya pembangunan, demikian kesatuan suku – suku yang ada di Sorong. Dalam kehidupan bergereja, tentu sejak awal masih mengikuti ibadah di gereja – gereja lokal. Namun memang karena kerinduan Batak untuk menggunakan bahasa daerah, kerinduan akan budaya Batak, dan kerinduan dengan pelayanan ibadah HKBP, maka ada interaksi untuk mendirikan gereja HKBP. Dulunya itu dirintis sejak Pdt. Daniel Tampubolon yang kala itu berstatuskan melayani di Manado datang ke Papua, lalu dilanjut dengan Pdt. Very Siregar yang langsung berdomisili di Sorong, dan sekarang Pdt. Risen Parhusip. Sebelumnya juga, seorang panitia menjelaskan sekitar tahun 90-an pernah ada seorang Pendeta HKBP Marga Lumbanraja sudah ada upaya merintis menjadi cikal bakal perkumpulan tetapi belum berkembang karena ada hambatan – hambatan.  Demikian perhatian para Praeses yang berperan aktif khususnya Pdt. Midian KH. Sirait, dilanjut Praeses Pdt. Tumpak Siahaan, dan sekarang Praeses Pdt. Pahala Sitorus.

Acara yang berlangsung hingga malam hari ini meluapkan sukacita jemaat daerah wilayah Indonesia bagian paling timur ini. Berlandaskan antusias dan semangat yang luar biasa ini, sembari perayaan juga diadakan penggalangan dana yang terkumpul sekitar 338 Juta, melebihi perkiraan panitia pembangunan. Kerinduan jemaat akan kampung halaman terpenuhi dengan pemberian ulos kepada setiap yang berkeinginan menerima ulos, langsung diberikan oleh Ompu i Ephorus sekaligus mengabadikan momentum bersejarah ini. Mayoritas jemaat yang menerima ulos menyempatkan waktunya untuk memberikan kesan dan kesaksian kehidupannya bergereja di Tanah Papua, yang dulunya masih disebut Irian Jaya ini.

Tak tanggung – tanggung, bukan hanya persahabatan dan persaudaraan sesama komunitas Batak saja yang tampak, tetapi juga persaudaraan dengan masyarakat asli setempat khususnya Suku Moi. Sembari memberikan kata sambutan, Ketua Adat Moi Sipai Abner Bisolu bersama rombongan menampilkan tarian khas Suku Moi, yang spontanitas seluruh jemaat dan pelayan juga ikut serta menarikan tarian khas daerah Suku Moi sembari diiringi musik. (KE)