LAPORAN UTUSAN HKBP DELEGASI WANITA ASIA REGIONAL ASSEMBLY (AsRA)

Sri Lanka, Negombo, 18 Febuari 2023

Utusan HKBP Delegasi Wanita lkukan rapat Asia Regional Assembly (AsRA) di Negombo, Sri Lanka mulai 18 Februari-23 Februari 2023. Jumlah partisipan sebanyak 17 orang dan 3 orang honourable guest. Dalam rapat, Chair meeting adalah Dr Fransina Yoteni, Oineke Natalina Harefa, dan Rev. Elaine Garace Calalang Salen.


Meeting berjalan baik dan ucapan terimakasih disampaikan kepada WAG (Women Advisory Group) yang membagi informasi dan menyampaikan laporan serta  hal yang menjadi concern dalam periodenya. Dalam diskusi dibagi 3 kelompok besar, dimana setiap delegasi diberi kesempatan utnuk membagi hal-hal yang menjadi tantangan dan permasalahan  di daerahnya.  Secara garis besar persamaan dari permasalahan yang terjadi adalah: kekerasan terhadap wanita, lingkungan hidup terutama bencana alam, perubahan iklim dan hak atas tanah serta suku asli wanita, serta ketidakadilan ekonomi dan sosial.

Rekomendasi yang disampaikan terkait hal ini adalah terkait edukasi, advokasi dan, pemberdayaan wanita, kebijakan gereja yang memberikan kesempatan yang sama untuk gereja menjadikan wanita sebagai pemimpin gereja dan juga intervensi psikologis terkait trauma.

Meeting juga mengharapkan adanya delegasi wanita dari Hongkong dan Sri Lanka sehingga suara mereka juga terdengar. Meeting menyepakati untuk setiap delegasi mempromosikan program UEM untuk mereka yang membutuhkan dan bersedia untuk memberikan keahlian dan potensi dari peserta delegasi ke komunitas melalui gereja masing-masing. Setiap peserta percaya kita hanya bisa mengatasi diskriminasi melalui penyikiran balok di mata kita  "removing the beam in our eyes.”

Meeting juga menghasilkan  kesepakatan untuk program yang akan dibawa ke periode selanjutanya dan pemilihan untuk kandidat wanita untuk diajukan ke UEM general assembly.

LAPORAN DAN DISKUSI

1.      Laporan dari ARB (Asia Regional Board)

Laporan disampaikan oleh pimpinan sidang raya Ephorus HKBP Rev. Dr. Robinson Butarbutar yang menyatakan terima kasih kepada tuan rumah yang dengan terbuka menerima delegasi Asia meski dalam masa krisis ekonomi dan politik. Disampaikan juga kedatangan delegasi Asia bukan hanya untuk meeting regional tetapi juga pernyataan dan ekspresi solidaritas ke saudara di Sri Lanka.

Pimpinan sidang raya juga menyatakan kesedihan dari regional asia yang kehilangan anggota ARB dari Hongkong dan UEM Moderator Rev W.T.P Simamarta. Selama periode 2019-2023 juga disampaikan kita semua mengalami dampak Covid 19 bahkan sampai sekarang anggota gereja UEM juga masih merasakan selain bencana  alam yang banyak terjadi Asia juga menguatkan dampak yang dialami.

A.    Thema 2022-2028: The beam in our eye discrimination in church and diakonia:

Why do you see the mote in your fellow person’s eye, but do not notice the beam your own eye? (Mat 7:3)

B.     Increasing Ownership

Anggota gereja UEM di Asia berkomitmen untuk menambahkan kontribusi di United Action UEM meski tidak berjalan seperti yang diharapkan karena masa pandemi, dimana banyak gereja tidak menjalankan ibadah minggu.  Tetapi kontribusi lain yang menunjukan ownership dan solidaritas sesama gereja anggota UEM di Asia terlihat juga seperti kunjungan solidaritas ke GKI-TP dan GKP Mentawai serta sharing biaya untuk ARB meeting serta hibah tanah dari GKE ke UEM sebesar 2 ha.

B.     Advocacy

1. Capacity building  training ke 15 gereja tentang advocating human right violation serta kunjungan ke sekolah dan kongregasi utnuk meningkatkan kapasitas serta forum di Batam khususnya untuk memberdayakan buruh dan keluarga.


2.2. Memperkuat solidartis  diantara  Anggota  UEM : solidaritas di Kalimantan, Papua

Ø  Memperkuat jejaring untuk lobbying dan advokasi untuk mengembangkan kapasitas bargaining position khususnya di kebijakan organisasi dan negara. Program yang sudah dilakukan adalah satu dalam misi di Batam; forum diakonia Sumatera Utara; Forum disability Siantar Simalungun yang lintas agama.

Ø  Memperkuat gereja dalam usaha melawan kekerasan terhadap wanita.

Ø  Kunjungan ke Anggota UEM, khususnya untuk mengidentifikasi hak untuk hidup dari HIV, disability, hak tanah, kebebasan beragama. Kunjungan-kunjungan ini ditujukan untuk melihat bagaimana projek-projek yang disupport oleh UEM

Ø  Klinik Legal

C.     Development

Ø  Program South - South volunteer kurang berjalan karena masa pandemi dan publikasi

Ø  Program ke insititusi dan kongregasi: GKPM, Tanjung Morawa untuk training hygiene dan sanitasi serta stress dan trauma healing; Salatiga; HKI, Lembaga HIV dan AIDS; GKE; BNKP; clinical pastoral education; memperkuat transparansi dan akuntabiltas; workshop tentang GLEP and digital learning; English Course, Youth Leadership training dan Transformasi Resilience Training

D.    Diaconia, program program didasarkan pada kita semua, manusia adalah gambaran dari Tuhan karena itu semua dari akar rumput berjuang melawan HIV dan AIDS; pedulli terhadap yatim piatu dan janda. Program juga bergerak ke memperbaiki lingkungan hidup dan holistic approach dari kesehatan mental dan fisik .

E.  Evangelism, melaporkan 2 fokus evangelis yang memperkuat capacity building sebagai peace maker. Dialog dilakukan lintas iman di Jerman dan Padang Sidempuan juga dilakukan workshop lintas iman di Malang untuk generasi muda.  Penerbitan 2 buku lagu Asian yaitu Suno – Zo Aya (Praise the Lord -Nias) dan Tara Hatalla (Praise the Lord- Dayak Ngaju language)

F.   Patnership, tujuan program adalah membantu untuk mempertahankan dan memperkuat partnership yang sudah ada dan membangun partnership yang baru.  Juga dilakukan  partnership award; Solidarity visit to Mentawai dan conference thematic yaitu Subtle racism in Partnership relation dan challenges and opportunities for international and equal partnership .  Dari conference tersebut terjadi saling keterbukaan serta pemahaman mengenai unity dan diversity sebagai bagian dari GLEP dalam aktivitas partnership.

G. United Action: diperlukan untuk meningkatkan kontribusi dari UEM, target belum berubah tetapi dengan achievement yang meningkat terhadap target. Untuk itu diperlukan atensi lebih khusus terhadap pencapaian dari gereja-gereja dan perlunya koordinator untuk united action untuk mendukung capacity building yang berjalan; mencari kemungkinan fund raising dan engagement baru.

H.  Project: ada tendensi jumlah aplikasi untuk projek meningkat, tetapi projek-projek lebih bersifat short-term.  Dilaporkan juga gereja mana yang menerima terbanyak dan paling sedikit dari hasil projek.

4.      Laporan WPA

Tantangan dan permasalahan yang umumnya terjadi adalah pada kekerasan pada perempuan dalam wujud kekerasan dalam rumah tangga tidak saja secara fisik tetapi juga mental; menggugurkan kandungan, ketidakadilan dalam pekerjaan, politik, dan kesempatan menjadi leader.  Dalam hal ini direkomendasikan untuk advokasi dan capacity building dari perempuan, selain itu juga belajar untuk mengelola konflik, diberikan intervensi yang psiko sosial untuk trauma healing serta kebijakan-kebijakan gereja untuk kepemimpinan wanita. Tantangan lain adalah dalam krisis lingkungan terutama bencana alam dan perubahan iklim serta hak akan tanah yang diambil dari penduduk asli.  Direkomendasikan untuk membuat aksi woman solidarity, memperkuat capacity building dengan kemampuan memproduksi makanan sendiri, juga advokasi dan pemberdayaan terhadap penduduk asli wanita.  Tantangan yang lain adalah dalam ketidakadilan sosial dan ekonomi terhadap pekerja wanita, pekerja migrant, serta human trafficking. Untuk hal ini direkomendasikan adanya edukasi dan meningkatkan kesadaran dalam bebagai macam bentuk human trafficking.

5.      Laporan YPA

Program dan komitmen dari kepengurusan sebelumnya tetap dilanjutkan karena memang masih relevan dengan kondisi sekarang tetapi dibuat lebih nyata dan konkrit. Proposal yang diajukan ke general assembly adalah terkait dengan network yang menghubungkan pemuda dari setiap gereja dan tanggung jawabnya untuk mengimplementasikan  program diakonia, advokasi, pemberdayaan, dan partnership


6.      Laporan Pimpinan Gereja

Minutes of meetings di-share oleh Bishop Melzar D Labuntog:

C.     Tahun 2023 di Indonesia adalah tahun Pemilu, sehingga diantisipasi suhu politik akan memanas. Tantangan untuk gereja di Indonesia adalah menguatkan kemampuan dari jemaat dalam politik dan demokrasi melalui seminar, edukasi yang relevant atau pun training sehingga pengambilan keputusannya adalah tepat.

D.    Bersama UEM program, gereja Anggota UEM menjadi pionir di program lintas agama, diakonia, advocacy, community development, evangelism, green energy dan organic farming.

E.     HKBP membagikan program sudah berhasil menghapus utang dari dana pensiun dan sukses untuk sentralisasi sehingga kesatuan dari gereja-gereja di HKBP makin kuat dan bisa memberi dampak langsung ke gereja yang membutuhkan.

F.      GKPPD membagi rencana untuk mengubah nama gereja dan logo

G.    GKPM akan menjadi tuan rumah untuk annual assembly of communion dari gereja di Indonesia pada Januari 2024

H.    GKJTU akan melakukan pemilihan pimpinan di Maret 2023

I.        Pimpinan gereja akan mencari solusi untuk mencapai target united action dan meningkatkan iuran anggota, mengingat pentingnya memperkuat sense of ownership di UEM

J.       Perlu mengintensifikasikan partnership bilateral dan trilateral, thematic ataupun institusional

7.      Sharing UEM Management Team

Disampaikan oleh John Wesley Kabango

25 tahun blessing terutama UEM management team bisa:

A.    MT standing order untuk memberdayakan regional offices; regular monthly meetings, mengelola UEM operation dan tanggung jawab legalnya serta menjalin kerja sama baik dengan organisasi misi lain baik di Jerman, Eropa atau benua

B.     Memastikan Anggota UEM ada join program, UEM Project, donasi, pertukaran co worker-oikumene; Laporan tentang regional Africa dan masa pandemi serta pengaruhnya juga financial support untuk program beasiswa baik jumlah dan bidang yang diambil, fund raising yang diperlukan sehubungan dengan iuran yang perlu ditingkatkan,  imbalance dalam project antar regional, cara menyampaikan proposal dan united action di Afrika juga disampaikan dalam sharing dari UEM team management.  


WORKING COMMITTEE

A.     Group Committee Evangelism; chair Jon Kabango

Pertemuan adalah sesuatu yang penting dan prinsip dalam pertumbuhan iman, situasi pandemi khususnya untuk anak muda mengurangi kehadiran mereka ke gereka secara offline. Diskusi di komite evangelism mengarah pada bagaimana gereja untuk membangkitkan kembali jemaatnya agar datang ke gereja dan bagaimana membuat pujian dan penyembahan lebih membangkitkan di gereja?

Berdasarkan rekomendasi AsRA 2019 untuk menyiapkan pengkhotbah yang baik yang dapat membangkitkan dan menyentuh jiwa jemaat yang tersendat karena Covid maka working committee evangelism merekomendasi kembali agar rekomendasi di 2019 diimplementasikan. AsRA 2023 juga mengusulkan untuk membina network dengan generasi muda melalui meeting online dan offline.

Menjawab church leader meeting tentang situasi memanas karena politk dimasa pemilu dimana agama sering kali dijadikan alat untuk mencapi tujuan dari partai tertentu maka AsRa working committee evangelism mendorong agar setiap jemaat berparitsipasi dalam pemilu, melakukan doa secara teratur di gereja agar ada kedamaian dalam periode pemilu, melatih leader di gereja untuk menjawab dengan bijak agar kesadaran jemaat bepolitik tumbuh serta memiliki liturgi yang diimplemanetasikan sekali sembulan sebelum pemilu.

Komite Evangelism juga merekomendasikan gereja untuk mengorganisir serta mensupport implementasi dari diadakan pertandingan lagu dengan tema anti diskriminasi dan inclusivity, mempublish buku lagu tsb dan melakukan concert utnuk menarik dana dalam kepentingan united action.

Diskusi juga mengarahakan adanya envagelism contact person (ECP)  yang membantu pekerjaan evangelism di setiap  gereja Anggota UEM, dalam ini rekomendasi yang disampaikan working committee adalah mengintegrasikan program ECP dalam program gereja.

B.      Group Committee Advocacy: Facilitator : Jochen Motte

Dari perspektif UEM, advocacy work adalah mendorong gereja baik kolektif atau individual berjuang untuk keadilan, kedamaian dan kesatuan sebagai makhluk ciptaan. Advokasi melibatkan 3 phase yaitu:

Ø  Awareness, melibatkan edukasi, skill dan pemberdayaan lainnya

Ø  Organizing, melibatkan networking dan usaha solidaritas serta inter-faith grouping yang tujuannya adalah menjangkau yang lebih jauh dari advokasi yang akan diberikan

Ø  Mobilizing, banyak bentuk dari mobilisasi seperti menulis surat ke pemerintah, protest rally, prayer ralling dll

Menjawab rekomendasi WAG, komite advokasi menyaranakan agar gereja mengadopsi code of conduct untuk sexual harassment dan membangun code of conduct untuk menentang diskriminasi.

Menjawab rekomendasi YAG, mengusulkan aktivitas dan implementasinya yang joint program.

Menjawab dari CLM, mengusulkan utnuk melihat outcome dari solidarity visit di Mentawai dan membuat penyesuaian jika diperlukan, selain menlakukan kunjungan kedua ke Mentawai. Hal yang sama direkomenasikan untuk kunjungan Papua, Philipina dan Sri Lanka.

Sehubungan dengan situasi politik yang memanas, direkomendasikan untuk dilakukan annual church leader seminar mengenai visi Kristen yang cinta damai, diverse, pluralistic, inklussif.

C.      Group Committee Diaconia; Facilitator: Irma Simanjuntak

Rekomendasi yang disampaikan working committee diakonia adalah:

Ø  Kesehatan masyarakat dan Keadialan gender melalui menguatkan ministry dari gereja seperti klinik yang mobile sehingga jasa pelayanan Kesehatan bia di akses lebih mudah jika diperlukan, pemberian training untuk mengelola Kesehatan dan jasa Kesehatan berbasis masyarakat, memberikan program yang intensive ke masyarakat terkait Kesehatan mental dan impact negative dari teknologi ke anak anak, mengadopsi code of conduct dari UEM terkait sexual harrassment

Ø  Merespon pada impact dari perubahan iklim dan Ecological Justic, misalnya melalui transfer pengetahuan, skill dan teknologi eko-agrikultur; memperkuat Anggota gereja dalam komunitas mengenai pengurangan dampak bencana alama dan pengelolaan programnya, memberikan training pada volunteer untuk menyiapkan beberapa support dan assistant kepada mereka yang selamat dari bencana; memperkuat jejaring dan kerjasama dengan permerintah, NGO, Lembaga dan yayansan humanitarian , mempromosikan energi yang bisa direnew dan mengurangi penggunaan plastic didalam kegiatan gereja.

Ø  Socio economic justice misal melalui memberikan orientasi program kepada pekerja migrant untuk mendapatkan informasi tentang berbagai macam bentuk human tranfficking dan tentang security pekerja migran sebelum dan sesudah berangkat; mencipatakan capacity building kepada Anggota gereja  mengernai  program yang intensive kepada pekerja migran dan keluarga untuk mengelola keuangan, Kesehatan, couseling dan moral support.


D.     Group Committee Development; Facilitator : Petrus Sugito

Diskusi ada pada :

Ø  Network di pemuda dan wanita perlu ditingkatkan dan dibantu oleh UEM dengan mengirimkan narasumber yang terkait dengan networking dan gereja gereja juga mengirimkan key personnya untuk network.

Ø  Pengembangan dan pemberdayaan wanita dan pemuda, merupakan prioritas dan diperlukan sampai level grass root dan berkelanjutan. Topik yang diusulkan adalah komuniksasi, kepemimpinan, capacity building dan topik yang related lainnya

Ø  Solidarity visit, perlu ditingkatkan, untuk mewujudkan support dan menguatkan antar gereja.  Selain itu adalah meningkatkan kerja sama dan koordinasi dengan pemerintah dan badan legislatif lainnya.

Ø  Tema Asra 2023, perlu ditingkatkan kesadaran profram dan capacity building seperti self empowerment , character development

E.      Group Committee Partnership; Facilitator : Kristina Neubauer, chair : Dr Deonal Sinaga

Rekomendasi dari hasil diskusi sebagai berikut:

Ø  Memiliki data bank yang dapat di akses di UEM website dan atau UEM media lainnya, dimana terdapat informasi mengenai kekuatan dari resources tsb.  Data bank ini sebagai referensi dari gereja untuk memulai inisiatif berkerjasama.  Misal: GBKP memilliki sekolah bisnis manajemen yang diakui ITB, sekolah ini memperlengkapi mahasiswanya dengan ke wira usahaan dalam programnya yang 4-5 bulan.  Sekolah ini terbuka untuk semua Anggota gereja UEM.

Ø  Membangun kerjasama bentuk baru seperti kerja sama yang tematik, kerja sama yang profesi; kerja sama yang trilateral untuk berbagai masalah seperti meningkatkan kesadaran, mengurangi diskiminasi, projek penghijauan dll. Dalam setiap kerja sama selalu berdasarkan nilai nilai kebersamaan, manfaat bersama dan anti diskriminasi.

Ø  Melibatkan generasi muda dalam komite partnership, juga mengintensifikasi capacity building untuk partnership officer dan yang terkait

Ø  Mendorong Anggota UEM di Asia untuk mengikut kompetesi Patnership award yang bertema ‘Climate change’ untuk di GA 2025 di Tanzania

Ø  Komite mendorong mengembangkan hubungan dengan kerja sama dengan sekolah (seminary atau universitas)

Ø  Mendorong UEM member churches di Asia untuk bekerja bersama dan menunjukan solidaritas di gereja GKPM dan membangun projek yang menolong saudara saudara di Mentawai

Ø  Komite mendorong untuk mengfasilitasi aspirasi pemuda untuk membangun Kerjasama

STUDY DAY

Narasumber Pdt Dr Jochen Motte dari Jerman dan Prof Dr Tabita K Kristiani dari Universitas Dutawacana, fokus pemaparan adalah mengenai diskriminasi.

Dalam paparan tindakan yang diharapkan bukan sekedar charity, tetapi bergerak ke empowerment (pemberdayaaan) dan Justice (keadilan).

Pada study day tersebut juga diberikan sharing dari 5 gereja yaitu: Papua, Karo, Sri Lanka, Filipina dan Hongkong yang membuka mata delegasi  agar kita berbuat dan bertindak.

Berdasarkan sharing dan paparan dari nara sumber, apa yang sudah dan akan diperbuat  disiapkan wadah diskusi dengan menjawab beberapa pertanyaan terkait diskriminasi di gereja dan diakonia agar lebih fokus:

1.      Apakah kita mempunyai mekanisme yang sudah siap untuk mengidentifkasikan area dimana ada diskriminasi di gereja dan masyarkat

2.

Pustaka Digital