Marpahean Kristus – Minggu I Setelah Trinitatis di HKBP Pematangsiantar & HKBP Pardamean, Distrik V Sumatera Timur

Minggu, 19 Juni 2022, Kepala Departemen Koinonia HKBP, Pdt. Dr. Deonal Sinaga mendampingi Pdt. Dr. Ulrich Moeller, Wakil Moderator UEM melayankan khotbah di HKBP Pematangsiantar (kebaktian pukul 08.00 WIB) dan di HKBP Pardamean (pukul 10.00 WIB). Pdt. Dr. Ulrich Moeller berada di Pematangsiantar dalam rangka menghadiri Rapat Council UEM dan Management Team pada tanggal 19-23 Juni 2022.


Dalam perkenalannya, Pdt. Ulrich menyatakan bahwa kehadirannya di antara jemaat HKBP di Pematangsiantar pada Minggu I setelah Tirinitatis ini adalah sebagai bentuk dari kesatuannya sebagai warga Kerajaan Allah yang telah dipersatukan dalam baptisan bersama-sama dengan orang percaya. Ulrich juga menjelaskan hal ini dapat terjadi tidak lepas dari persahabatannya dengan Pdt. Deonal Sinaga dan Ibu Omega Sitorus ketika bersama-sama melayani di Jerman antara tahun 2008-2015. Pdt. Ulrich juga menyampaikan salam dari Pdt. Annette Kurschus, Ephorus (yang disebut Praeses) Gereja Kristen Evangelikal di Westfalia, di mana Pdt. Ulrich melayani.

Secara khusus Pdt. Ulrich juga menyebutkan rasa duka yang dalam atas kepergian Pdt. Willem T.P. Simarmata yang saat ini masih menjabat sebagai moderator UEM dan yang seharusnya turut serta mengikuti dan memimpin Rapat Council UEM di Pematangsiantar. Namun Tuhan berkata lain, beliau telah dipanggil kembali ke sisi Tuhan untuk mengakhiri penderitaannya di dunia ini. "Dia pemimpin yang baik, dan kita akan merindukannya," Ucap Ulrich.

Kemudian Pdt. Dr. Deonal Sinaga mulai membacakan teks khotbah yang didasarkan pada Galatia 3: 23-29 dan mulai menerjemahkan khotbah yang disampaikan Pdt. Ulrich paragraf demi paragraf. Khotbah diawali dengan mengajukan pertanyaan “Apa arti menjadi seorang Kristen? Kebanyakan orang akan mengatakan, menjadi Kristen adalah percaya kepada Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, menolong sesama, pergi ke gereja dan melakukan kehendak Tuhan. Tetapi apakah itu cukup?”


Pdt. Ulrich menjelaskan khotbah dari Galatia 3: 23-29 dengan sebuah analogi pakaian. Pakaian selain berfungsi untuk melindungi tubuh kita, juga dapat membuat orang yang memakainya terlihat bagus dan menjadi lebih bersinar, sama seperti ketika seorang pengantin memakai baju pengantinya, akan terlihat lebih cantik. Jika pakaian yang dikenakan adalah pakaian tradisional, maka pakaian itu akan dapat juga menunjukkan dari mana asal orang yang memakainya. Dengan singkat dapat dikatakan, melalui pakaian orang dapat segera dikenal, siapa dia yang memakainya. Demikianlah harusnya kita memahami apa arti menjadi Kristen. Pdt. Ulrich melanjutkan, “Ketika kita dibaptis, kita kini memakai Kristus sebagai pakaian kita (mamparuloshon Kristus). Melalui baptisan itu, orang-orang yang sudah dibaptis harus mengakui bahwa Kristuslah yang memimpin hidupnya, (Kristus nama na manggomgomi ahu sian duru sahat tu bagasan ni diriku).

“Salah satu konsekuensi berpakaian Kristus, bebas dari segala sekat, karena kini kita semua menjadi satu di dalam Kristus. Tidak ada lagi orang Yunani, tidak ada lagi orang Yahudi, semua sama di hadapan Tuhan sekarang. Maka bebaskanlah dirimu dari segala sekat yang membuat kita bertengkar, atau bermusuhan, tanpa harus membuat semua hal seragam. Biarkan setiap perbedaan yang ada ini tetap ada tetapi mari bersatu dalam komunitas orang-orang yang sudah berpakaian Kristus.” Ucap Pdt. Ulrih mengakhiri khotbahnya.



Jemaat di HKBP Pematangsiantar dan HKBP Pardamean terlihat bahagia mendengar khotbah. Secara khusus, di HKBP Pardamean, yang dipimpin Pendeta Resort, Pdt. Freska Sinaga, menyematkan ulos kepada Pdt. Ulrich sesuai kebaktian, sebagai bentuk tanda sukacita jemaat tersebut dilayani Pdt. Dr. Ulrich Moeller dan Pdt. Dr. Deonal Sinaga. (DK-NXC)


Pustaka Digital