Renungan Harian HKBP | 17 Maret 2024 (Evangelium)
Doa Pembuka: Allah bapa yang kami sembah melalui Yesus Kristus, terimakasih atas berkat dan kasihMu yang senantiasa kami terima di dalam hidup kami. Kami boleh hidup dan beraktivitas hingga saat ini. Untuk itu Tuhan, melalui berkatMu yang menghidupkan kami ini, saat ini kami ingin mendengarkan firmanMu. Berkati dan sertailah kami, agar kami boleh mengerti firmanMu seperti yang Engkau kehendaki, di dalam nama Yesus Kristus, Amin.
Nas: Yeremia 31 : 35-37
▪ ” 31:35 Beginilah firman TUHAN, yang memberi matahari untuk menerangi siang, yang menetapkan bulan dan bintang-bintang untuk menerangi malam, yang mengharu biru laut, sehingga gelombang-gelombangnya ribut, TUHAN semesta alam nama-Nya:
▪ 31:36 "Sesungguhnya, seperti ketetapan-ketetapan ini tidak akan beralih dari hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunan Israel juga tidak akan berhenti menjadi bangsa di hadapan-Ku untuk sepanjang waktu.
▪ 31:37 Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, seperti langit di atas tidak terukur dan dasar-dasar bumi di bawah tidak terselidiki, demikianlah juga Aku tidak akan menolak segala keturunan Israel, karena segala apa yang dilakukan mereka, demikianlah firman TUHAN”.
Bapak, ibu dan saudara-saudari yang terkasih, manusia terkadang memang sangat aneh kelihatannya. Anehnya adalah, ketika manusia berada disituasi yang terpuruk ataupun teraniaya, manusia itu akan berupaya mencari keadilan dan pertolongan. Namun ketika ia sudah terbebas, manusia itu terkadang berhianat dan bahkan menjadi pelaku ketidakadilan tersebut. Tentu ini adalah situasi yang tidak dapat kita terima sebagia manusia. Tentu secara kemanusiaan kita, kitapun begitu enggan untuk menolong orang-orang seperti ini.
Nabi Yeremia sendiri adalah seorang nabi yang diutus untuk mengarahkan bangsa Israel untuk kembali ke jalan yang benar. Tetapi seperti yang kita ketahui, bahwa perjuangan Nabi Yeremia sendiri tidaklah mudah. Sebegitu tekunnya pun Nabi Yeremia untuk mengarahkan dan menasehati bangsa Isarel untuk kembali ke jalan Tuhan. Namun tetap saja bangsa Israel menghiraukan nasehat dan pengajaran Yeremia.
Melihat situasi ini, kita boleh mengatakan, bahwa bangsa Isarel pada saat itu, memanglah sangat keras kepala dengan kebodohan dan keberdosaan mereka. Meskipun mereka sudah berulang kali jatuh kedalam jalan yang salah, demikian juga Tuhan berulang kali mencoba menyelamatkan bangsa itu, melalui nabi-nabiNya, layaknya nabi Yeremia. Namun tetap saja bangsa itu, begitu bebal dan keras kepala untuk mendengarkan nasehat-nasehat Yeremia.
Bapak, ibu dan saudara-saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus, berdasarkan keterangan situasi ini, kita patut mengatakan, bahwa ini adalah sebuah situasi yang tidak adil. Bagaimana mungkin ini menjadi adil bagi Tuhan, ketika ia berulang kali mencoba menyelamatkan bangsaNya, namun bangsa tersebut berulang kali juga menghianati, menyakiti dan bahkan meninggalkan Tuhan.
Secara kemanusiaan kita, tentu kita tidak bisa menerima situasi ini, karena ini memang sangat tidak adil. Ibarat kata, jika kita tarik ke dalam kehidupan kita. Bagaimana mungkin kita tetap sabar? ketika orang yang selalu kita tolong dan kita lindungi, berulang kali juga menghianati dan meninggalkan kita. Seberapa mungkinkah kita tetap bertahan untuk tetap menolong dan melindungi seseorang yang seperti itu?
Bapak, ibu dan saudara-saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus. Tentu Tuhan tidak memiliki pemahaman dan cara yang sama dengan manusia. Sebab inilah yang menjadi kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan di tengah-tengah kehidupan umatNya. Ketika umatNya sudah benar-benar terpuruk, Tuhan tetap setia dan konsisten untuk memberikan pertolongan kepada umatNya, seperti bangsa Israel, yang Tuhan tetap tolong, agar keturunan bangsa itu tidak habis maupun binasa. Seperti yang tersurat di ayat 36, “demikianlah keturunan Israel juga tidak akan berhenti menjadi bangsa di hadapan-Ku untuk sepanjang waktu”. Dan inilah yang menjadi penguatan akan ke konsistenan Tuhan terhadap janjinya kepada umatNya. Janji yang mana? Yaitu Janji antara Tuhan kepada Abraham, yaitu Tuhan akan membuat keturunan Abraham seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut (Kejadian 22: 16-28).
Bapak, ibu dan saudara-saudari yang terkasih, saat ini kita sudah memasuki Minggu Judika “Berilah Keadilan kepadaku”. Melihat situasi dari keterangan teks yang menjadi renungan bagi kita di Minggu, bukankah Tuhan sudah memberikan keadilan yang terbaik kepada umatNya? Tuhan sudah sangat bersikap adil, meskipun umatNya kerap sekali berbuat tidak adil kepadaNya. Untuk itu, apakah yang seharusnya kita lakukan di dalam kehidupan kita saat ini? Tentu kita juga seharusnya bersikap adil di tengah-tengah kehidupan kita ini. Caranya seperti apa? Tentu caranya beraneka ragam. Namun kita boleh memulainya dengan satu cara yang sederhana, yaitu menjadi pribadi yang bertanggungjawab.
Mengapa harus bertanggungjawab? Karena jika kita melihat perkembangan kehidupan manusia di masa kini, kerap sekali, banyak orang yang sudah tidak bertanggungjawab di dalam hidupnya. Seperti dalam ruang lingkung keluarga, banyak orangtua yang tidak bertanggungjawab untuk mendidik anak-anaknya. Orangtua tersebut memiliki harapan dan bahkan tuntutan kepada anaknya, agar anaknya tumbuh menjadi pribadi yang baik dan cerdas, namun si orangtua sangat jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali memberikan contoh yang baik kepada anaknya. Apakah ini tindakan yang bertanggungjawab dan adil?
Jika berlalih ke dalam ruang lingkup masyarakat. Banyak masyarakat yang mengharapkan agar lingkungannya tetap bersih, terawat dan terhindar dari berbagai persoalan maupun kejadian alam. Namun realitanya, kebanyakan masyarakat tersebut atau bahkan seluruh masyarakat tersebut, tidak ada yang mau menjaga kebersihan dan merawat lingkungannya. Contohnya membuang sampah sembarangan, lalu ketika hujan lebat, lingkungan tersebutpun kebanjiran, akibat saluran air tersumbat oleh sampah-sampah masyarakat tersebut. Lalu masyarakat di lingkungan tersebut mengeluh dan bahkan saling menyalahkan. Apakah ini tindakan yang bertanggungjawab dan adil
Lalu jika kita beralih kedalam ruang lingkup pekerjaan. Jika anda adalah seorang atasan yang bertanggungjawab disebuah instansi, lalu saudara mengharapkan seluruh personil yang berada dibawah anda untuk bekerja dengan disiplin dan bekerja keras, agar dapat menghasilkan hasil yang memuaskan. Namun anda sendiri sebagai atasan, tidak mencerminkan sebagai pribadi yang disiplin dan bekerja keras. Apakah ini merupakan tindakan yang bertanggungjawab dan adil? Demikian juga sebaliknya, jika anda adalah seorang pegawai yang bekerja disebuah instansi, anda sudah mendapatkan penghasilan dari instansi tersebut, diberikan fasilitas dan bahkan anda menuntut hak yang lebih lagi. Namun dalam pekerjaan, anda kurang disiplin dan bahkan sering bermalas-malasan. Apakah ini tindakan yang bertanggungjawab dan adil?
Bapak, ibu dan saudara-saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus. Tentu semua tindakan tadi, bukanlah tindakan yang bertanggungjawab dan adil. Jika seperti itu, lalu apakah kita layak menyuarakan keadilan sedangkan kita sendiri, sudah menjadi pelaku ketidakadilan. Oleh karena itu, jika kita benar-benar mendambahkan kehidupan yang adil dan lebih baik di tengah-tengah kehidupan kita, marilah kita terlebih dahulu berlaku adil dengan bertanggungjawab di kehidupan kita. Sedangkan Tuhan saja, yang empunya segalanya, tetap mau berlaku adil, dengan bertanggungjawab menepati janjinya kepada umatNya. Lalu mengapa kita, selaku manusia yang memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, terkadang atau bahkan sering berlaku tidak adil dengan tidak bertanggungjawab di dalam kehidupan kita.
Oleh karena itu, melalui minggu Judika ini, saya, bapa ibu dan saudara-saudari sekalian, mari mempergunakan kasih dan pengampunan yang telah Tuhan berikan kepada kita, dengan menjadi pribadi yang lebih bertanggungjawab lagi di dalam kehidupan kita. Sehingga kita boleh menjadi pelaku yang adil di tengah-tengah lingkungan kita. Dengan demikian, seharusnya kita dan orang-orang yang berada disekitar kita, tidak akan lagi merasa mendapatkan ketidakadilan di tengah-tengah kehidupannya. Dan jika ini terwujud, maka Kasih Tuhan akan benar-benar dapat kita rasakan bersama. Amin.
Doa Penutup: Bapa terima kasih atas penyertaan-Mu di dalam hidup kami. Kami boleh mendengarkan firman-Mu pada hari ini, dengan penuh syukur dan bahagia. Biarlah firman-Mu yang telah kami dengar pada hari ini, dapat menuntun kami, mengajari kami dan menyadarkan kami akan besarnya kuasaMU dan luarbiasanya rancanganMu, di hidup kami. Terima kasih Bapa, di dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.
Pdt. Febri Setiadi Hutapea, S.Th- Staf Biro Kategorial Ama-Lansia HKBP Kantor Pusat HKBP, Pearaja-Tarutung