Renungan Harian HKBP | 24 Januari 2024

Doa Pembuka: Mari kita berdoa! Bapa kami di dalam Surga, segala puji dan hormat kami sampaikan kepada-Mu atas anugerah keselamatan yang Engkau berikan kepada kami melalui anak-Mu, Yesus Kristus. Kami bersyukur atas nafas kehidupan yang Tuhan berikan kepada kami sampai pada hari ini, besarlah kasih setia-Mu kepada kami, ya Allah. Sebelum kami memulai pekerjaan dan pelayanan kami pada hari ini, berilah kami kekuatan sejati melalui firman-Mu yang akan kami baca dan renungkan sebentar lagi. Terangilah hati dan pikiran kami dengan Roh Kudus-Mu supaya kami beroleh pengertian baru di dalam firman-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa. Amin.

 

Selamat pagi Bapak/Ibu, saudara/saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus. Selamat Hari Rabu dan salam sejahtera bagi kita semua. Ayat yang mendasari Firman Tuhan hari ini sesuai dengan Almanak HKBP, diambil dari Ayub 28:24

 

Karena Ia memandang sampai ke ujung-ujung bumi,

dan melihat segala sesuatu yang ada di kolong langit.

 

Ibu/Bapak saudara-saudari yang terkasih di dalam nama Tuhan Yesus, ayat Firman Tuhan hari ini mengingatkan saya pada istilah yang mungkin pernah kita dengar, yaitu the Eye of Providence (mata yang mengawasi segala sesuatu), the All-Seeing Eye (mata yang melihat segala sesuatu), and the Eye of Horus (mata Horus).


Simbol ini banyak digunakan pada budaya dan keagamaan di Mesir, Inggris, India, Amerika. Lalu ada banyak juga kontroversi dan konspirasi yang berkaitan dengan simbol satu mata ini. Apakah Ayub 28:24 berbicara dan ada hubungannya dengan simbol keagamaan kuno tersebut? Meskipun disebutkan bahwa Allah memandang sampai ke ujung-ujung bumi dan melihat segala sesuatu yang ada di kolong langit, tetapi maksud firman Tuhan yang kita baca hari ini jauh artinya dari simbol mata Horus tersebut.


Atau, mungkin saudara-saudari pernah menonton sebuah acara di salah satu Stasiun Televisi Swasta di Indonesia. Mungkin saja ada di antara kita yang mengingat suatu program acara reality show yang menghadirkan drama, konflik, dan percintaan manusia yang saling berinteraksi dengan orang yang punya karakter berbeda dalam sebuah rumah. Interaksi dan komunikasi mereka dengan dunia luar diputus sama sekali untuk beberapa waktu lama.


Ya, program itu disebut Big Brother Indonesia. Program saduran ini juga menggunakan simbol mata yang pupilnya menggambarkan sebuah lensa kamera. Simbol itu mengartikan bahwa setiap gerak-gerik para peserta selalu diawasi puluhan kamera selama 24 jam penuh. Ayub 28:24 juga tidak berbicara tentang hal seperti ini. Seolah-olah kita hidup di atas panggung sandiwara, berinteraksi, dan menjalani suka-duka kehidupan dan Allah hanya melihat-lihat saja di luar sana. Tentu tidak demikian pengertiannya.


Ada dua kata kerja yang dipakai pada ayat ini, yaitu “memandang” dan “melihat”. Kata pertama, yaitu kata “memandang” sampai ke ujung-ujung bumi, memakai kata nabat (baca: naw-bat) atau look dalam transliterasi bahasa Inggris. Tapi kata “melihat” segala sesuatu yang ada di kolong langit, memakai kata ra’ah (baca: raw-aw), atau see dalam transliterasi bahasa Inggris. Memandang dan melihat, look dan see, adalah dua kata yang rasanya punya makna yang sangat mirip. Tapi sebenarnya dua kata ini berbeda arti. Berbeda dengan kata “melihat” atau see, kata “memandang” atau look, tersirat tanda adanya kesengajaan untuk mengarahkan pandangan mata ke suatu arah, benda, atau seseorang.


Hal itu berarti, tidak ada satu hal pun yang ada di bawah kolong langit ini sampai ke ujung-ujung bumi, yang terlewatkan oleh Allah Pencipta kita. Segala sesuatu terlihat dan terpandang pada penglihatan dan pandangan Allah. Karena itulah, sebanyak-banyaknya pengetahuan manusia tentang bumi, langit, dan alam semesta ini, tidak dapat dibandingkan dengan kemahatahuan Allah yang tanpa batas.


Dan kita tahu bahwa dengan pengetahuan saja manusia tidak otomatis memiliki hikmat. Sebab manusia bisa saja berpengetahuan, tetapi karena tidak adanya hikmat, manusia memakai pengetahuannya untuk sesuatu yang jahat dan merugikan manusia dan dunia ini. Bukankah hal itu yang dilakukan oleh J. Robert Oppenheimer dan timnya, para saintis di balik proses pembuatan senjata nuklir pertama dalam Manhattan Project pada era Perang Dunia II?


Namun Firman Tuhan hari ini mengingatkan dan menegur kita. Bahwa manusia membutuhkan hikmat. Tanpa hikmat, pengetahuan yang dimiliki manusia hanya akan membawa kerugian dan kebinasaan bagi peradaban kita manusia. Tanpa hikmat, pengetahuan mendorong kita terburu-buru menegur orang yang salah di hadapan banyak orang sehingga membuat orang tersebut merasa malu dan terhina. Tanpa hikmat, kita menghabiskan banyak uang yang sebenarnya tidaklah menjadi kebutuhan utama kita. Hikmat selalu berbicara tentang kapan sebuah pengetahuan digunakan, di mana sebaiknya pengetahuan digunakan, dan bagaimana pengetahuan itu diterapkan.


Lalu pertanyaannya, dari manakah manusia dapat menemukan hikmat? Bolehkah dari hikmat dunia ini? Boleh saja, tetapi kita ingat Paulus mengingatkan orang percaya dalam 1 Kor. 1:20 bahwa Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan.


Kita membutuhkan hikmat yang sejati dari Allah yang sejati, tetapi sayangnya manusia tidak dapat menemukan Hikmat. Jalan ke sana tidak diketahui manusia, dan tidak didapati di negeri orang hidup (ay.13). Emas murni, Emas Ofir, Permata Krisopras, Permata Lazurit, dan semua barang mewah masa kuno dan masa kini tidak dapat mengimbangi nilai dan keberhargaan dari Hikmat.


Kita bersyukur kepada Tuhan, sebab sebagai orang Kristen hikmat itu berada dan kita temukan di dalam pribadi Yesus Kristus. Hal ini tidaklah berarti kita yang menemukan Hikmat di dalam Yesus Kristus. Tetapi Yesus Kristus sendirilah yang menemukan kita sesuai dengan Injil Yohanes 15:16 yang mengatakan bahwa Yesus-lah yang memilih dan mencari kita. Kita hanya akan berhikmat bila kita berada di dalam Yesus Kristus. Sesungguhnya, takut akan Tuhan Yesus, itulah hikmat. Menjauhi kejahatan itulah akal budi. Amin.

 

Doa Penutup: Kita berdoa! Bapa kami bersyukur atas firman-Mu yang baru saja diperdengarkan bagi kami. Ampuni kami jikalau kami sering menggunakan pengetahuan kami untuk mencelakakan orang lain, melukai teman dan keluarga kami, dan bahkan memperburuk keadaan kami. Tolonglah kami ya Allah, melalui Roh Kudus-Mu yang mengajari dan mengingatkan kami, supaya kami meminta hikmat yang dari Yesus Kristus dalam menggunakan pengetahuan kami supaya kami tidak celaka atau mencelakakan sesama kami. Berkati kami supaya kami dapat menggunakan waktu dengan penuh hikmat dan bijaksana. Biarlah setiap waktu dapat kami maknai, sehingga nama-Mu semakin dipermuliakan melalui hidup kami. Di dalam nama Yesus Kristus Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa. Amin.


Pdt. Ferdinand Ricardo Hutabarat, S.Si., S.Si (Teol.)- Pendeta Fungsional di BSPK HKBP


Pustaka Digital