Renungan Harian HKBP | 27 Februari 2024

Shalom bapak/ibu, saudara/i yang seiman, kami berharap kita dalam keadaan sehat pada saat ini. Agar kita kuat melakukan kegiatan kita hari ini, marilah terlebih dahulu kita bersekutu dengan Tuhan, kita siapkan hati untuk saat teduh sejenak.

Doa Pembuka: Marilah kita berdoa! Ya Bapa yang Mahakasih, kami sungguh bersyukur pada hari ini, karena Engkau beri kesempatan kepada kami untuk bangun dari tidur kami. Kami percaya bahwa semua pekerjaan dapat kami lakukan dengan baik hari ini, jikalau Engkau bersama dengan kami. Saat ini kami ingin mendengarkan firman-Mu, berilah hikmat agar kami mengerti akan Firman-Mu dan mampu melakukannya dalam hidup kami. Ampunkanlah dosa kami agar kami layak bersekutu dengan Engkau. Kami sampaikan permohonan ini hanya di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bapak/ibu, saudara/i yang terkasih, firman Tuhan yang memberangkatkan kita menjalani hari ini tertulis di dalam Yehezkiel 33:11 “Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?

Mengapa memilih kematian kalau ada kehidupan?

 

Bapak, Ibu saudara/i yang terkasih, mengingatkan atau menasehati adalah hal yang sering kita lakukan terhadap teman atau saudara kita. Cara mengingatkan orang bisa kita ibaratkan seperti menjatuhkan pulpen, boleh dengan cara keras dan cara yang lembut. Yang harus kita perhatikan adalah walaupun caranya berbeda tetapi tujuannya sama, yaitu pulpen itu harus jatuh. Maka dari itu berhati-hatilah memilih cara mengingatkan atau menasehati orang lain. Demikianlah yang dialami Nabi Yehezkiel. Di umur sekitar 30 tahun Yehezkiel dipilih Tuhan menjadi nabi. Tugasnya sebagai nabi adalah mengingatkan bangsa Israel untuk bertobat. Pengutusan Nabi Yehezkiel ini merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah terhadap bangsa Israel walaupun mereka telah berbuat salah. 

Kita sudah mengetahui bahwa pembuangan yang dialami oleh bangsa Israel ke Babel disebabkan oleh dosa-dosa mereka, dan mengakibatkan mereka  “kehilangan” kemerdekaan nya. Raja Nebukadnezar yang berkuasa saat itu di Bael memerintah bangsa Israel untuk kerja rodi pada bangunan-bangunan besar. Bahkan saat itu mereka tidak dapat lagi menyembah Allah seperti yang mereka lakukan di Yerusalem sebelumnya. Dan hal yang menyedihkan, justru banyak dari mereka yang mengikuti kultus dalam agama Babel. Di tengah-tengah kehidupan bangsa Israel itulah, Allah memanggil Yehezkiel untuk  menjadi penjaga atas bangsa itu, yang bertugas untuk mengawasi, mengingatkan, dan mengajar bangsa Israel. Dia harus menyampaikan apapun yang didengarnya dari Allah kepada bangsa Israel sebagai suatu peringatan. Peringatan nabi Yehezkiel yang disampaikan di masa pembuangan ini bukan mau mengancam; tetapi bertujuan untuk membuat mereka sadar. Memberi kesempatan kepada mereka untuk memilih, bagi siapa yang menaati peringatan itu akan hidup dan barangsiapa yang tidak melakukan peringatan itu akan mati.   

Meskipun Allah membenci orang yang berdosa, namun bukan berarti ALLAH menginginkan kematian orang berdosa itu. Yang Allah inginkan agar umat-Nya mau berbalik kepada-Nya dan tidak mati dalam dosanya. Seperti sabda Tuhan untuk hari ini, “Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup”. Dengan firman ini dapat kita lihat bahwa manusia sangat berharga dihadapan Tuhan. Tuhan menegaskan bahwa dosa manusia itu bukan akhir dari segala-galanya. Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat. Dikatakannya “Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu!”. Bertobat berarti menyesal dan meninggalkan hidup lama, kemudian berjalan menuju hidup baru yang penuh harapan. Dalam Kisah Para Rasul 3:19 dikatakan, bahwa pertobatan akan terjadi apabila kita lebih dahulu menyadari bahwa kita memang salah, kemudian menyesali dosa-dosa yang sudah kita perbuat, barulah terjadi pertobatan yang sebenarnya. Jadi disini kita diminta untuk memilih. Apakah kita memilih berbalik dan bertobat dari dosa atau mengeraskan hati dan tidak mau bertobat? Sekarang, yang harus kita sadari bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita di dunia ini ya bapak/ibu, bisa saja sewaktu-waktu datang malapetaka, sakit penyakit, atau musibah yang tidak terduga, maka itu kita harus sadar dan waspada. Kita tidak tahu kapan hari kematian kita. Janganlah kita mati tanpa ada pertobatan. Allah masih memberikan kesempatan untuk kita mau bertobat supaya hidup. Seperti yang dikatakanNya: ”Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?” Jika Allah saja tidak menghendaki kita mati, mengapa kita harus mati? Mengapa kita memilih kematian kalau ada kehidupan? Pilihlah kehidupan dengan cara bertobat. Inilah yang dikehendaki dalam Yehezkiel 33:11 ini, yaitu bahwa Allah tidaklah menghendaki orang berdosa mati dalam kejahatannya, melainkan Allah menghendaki pertobatan yang membawa pada kehidupan. Lihatlah sampai sekarang Allah masih memberi kesempatan dengan panjang sabar-Nya kepada manusia untuk bertobat agar hidup, maka itu janganlah tunda pertobatan itu.

Bapak/ibu, kasih Allah lebih besar daripada kebodohan dosa kita. Sembari menunggu manusia itu kembali kepadaNya, Allah memberikan peringatan atau nasehat yang disampaikan oleh hamba-hamba-Nya yang dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan, atas kehendak-Nya, mulai dari para nabi, rohaniwan, dan pemerintah. Mengajarkan Firman Tuhan sebagai peringatan bukan hanya melalui kata-kata, yang paling penting adalah mengajarkan apa yang kita lakukan dan melakukan apa yang kita ajarkan. Seperti Nabi Yehezkiel yang menjadi penjaga di tengah-tengah bangsa Israel. Kepatuhannya kepada Tuhan membuat dia menjadi teladan bagi bangsa Israel. Demikian juga dengan kita, yang harus mengambil bagian dalam menunjukkan kasih ALLAH dengan hidup benar di hadapan Allah, sehingga kita mampu menjadi teladan bagi orang lain. Dengan demikian sebagai umat Allah kita harus saling menjaga dengan cara  saling mengingatkan. Tuhan Yesus menasehati kita dalam Lukas 17:3a “Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia”. Maka dari itu kita yang telah menerima pengampunan dosa dari kasih Tuhan Yesus Kristus di kayu salib, maka sudah seharusnyalah kita juga perduli kepada orang yang berdosa. Jikalau ada saudara kita yang berbuat salah, maka kita sebagai saudara seiman haruslah mengingatkannya. Tentunya dengan mengingat, bahwa kita juga adalah manusia biasa yang tidak terluput dari kesalahan juga, dan bisa saja kita jatuh dalam kesalahan yang sama. Maka dari itu seorang yang mengingatkan bukan berarti memiliki kehidupan yang lebih kudus. Jadi ketika kita mengingatkan orang yang berdosa, bukan berarti mau menghakimi mereka, tetapi mengingatkan tentang keselamatan mereka, sehingga mereka terbebas dari penghukuman karena dosanya. Hal ini bukanlah mudah.  Tantangan pastilah ada. Kita mungkin akan dibenci ketika kita menyampaikan peringatan ataupun kebenaran.

Namun jika kita membiarkan orang-orang yang ada di sekitar kita tetap hidup dalam dosa, maka firman Tuhan mengatakan, dosa orang tersebut akan dituntut kepada kita, tetapi apabila kita memberi peringatan kepadanya, maka kita telah melakukan apa yang dikehendaki Tuhan (Bnd Yehezkiel 3 : 18). Tanggung jawab kita adalah menyampaikan Firman Tuhan dengan setia, soal dia melakukan atau tidak, kita serahkan kepada Tuhan. Lakukan apa yang menjadi bagian kita, dan serahkan apa yang menjadi bagian Tuhan. Jadi kalau kita ditolak, janganlah kecewa dan jadi tidak peduli lagi kepadanya. Tetapi selalulah berdoa untuk dia agar di dalam dirinya ada perubahan yang lebih baik lagi dan berkenan dihadapan Tuhan.        Kalau kita memang mengasihi saudara kita, maka kita pasti  menginginkan agar dia memperoleh kehidupan dengan cara meninggalkan kesalahannya dan bertobat. Dalam Ibrani 10:24 dikatakan “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik”. Dengan demikian kita membangun persekutuan yang saling menopang dan membangun di dalam kasih Tuhan. Amin.

Doa Penutup:Marilah kita Berdoa! Terima kasih ya Bapa untuk Firman yang telah kami dengar hari ini. Kami di ingatkan kembali agar kami mau meninggalkan kehidupan kami yang salah, dan berbalik kearah jalan kebenaran yang Engkau kehendaki. Teguhkanlah hati kami agar kami mau bertobat sehingga kami memperoleh kehidupan yang kekal yang Engkau janjikan kepada setiap orang yang percaya kepadaMu. Ajari kami memberitakan Injil Keselamatan itu kepada semua orang, melalui perkataan dan perbuatan kami setiap hari. Ya Bapa, kami juga bermohon agar Engkau lah yang tetap memberi penghiburan kepada saudara kami yang masih berduka, dan memberi kesembuhan kepada saudara kami yang masih sakit. Terimalah doa permohonan kami ini ya Bapa, yang kami sampaikan hanya di dalam Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Kasih setia dari Tuhan Yesus Kristus, anugrah dari Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus yang menyertai saudara sekalian. Amin.

 Pdt. Susi Hutabarat, S.Th- Kabag Ibadah di Biro Ibadah Musik HKBP