Renungan Harian HKBP | 29 Desember 2023

Doa Pembuka: Mari kita berdoa! Bapa kami di dalam Surga, segala puji dan hormat kami sampaikan kepada-Mu atas anugerah keselamatan yang Engkau berikan kepada kami melalui anak-Mu, Yesus Kristus. Kami bersyukur atas nafas kehidupan yang Tuhan berikan kepada kami sampai pada hari ini, dua hari lagi menutup tahun 2023, besarlah kasih setia-Mu kepada kami, ya Allah. Sebelum kami memulai pekerjaan dan pelayanan kami pada hari ini, kami rindu merenungkan sebagian dari pada firman-Mu yang memberi kekuatan sejati di dalam hidup kami. Terangilah hati dan pikiran kami dengan Roh Kudus-Mu supaya kami beroleh pengertian baru di dalam firman-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa. Amin.

Selamat pagi Bapak/Ibu, saudara/saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus. Selamat Hari Jumat dan salam sejahtera bagi kita semua. Ayat yang mendasari Firman Tuhan hari ini sesuai dengan Almanak HKBP, diambil dari Pengkhotbah 3:7

Ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara

Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus, tepat sekali kita membaca dan merenungkan kitab Pengkhotbah menjelang akhir tahun 2023. Itu artinya sudah sekitar 363 hari kita lalui di tahun 2023. Mari sebentar kita ingat akan kasih setia Allah yang menyertai mulai 1 Januari 2023. Saya yakin banyak hal yang tidak terpikirkan oleh kita saat memasuki tahun baru 2023 namun akhirnya kita alami, kita lalui, dan kita jalani sepanjang tahun 2023 ini. 

Barangkali ada waktu-waktu saat kita menangis, tertawa, menahan sakit, bersukacita. Ada juga waktu-waktu saat kita merasakan duka karena kehilangan orang terkasih, ada waktu saat kita merasakan benci karena disakiti oleh orang lain atau bahkan oleh orang terdekat dengan kita, ada waktu saat kita mengucap syukur luar biasa atas berkat atau jawaban doa yang akhirnya kita terima dari Tuhan setelah pergumulan panjang.

Untuk segala sesuatu ada waktunya

Ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara. Banyak waktu kita mengalami berbagai pengalaman dalam pasang-surut kehidupan. Namun sekarang pertanyaannya adalah lalu apa? Setelah semua ini kita alami, sedang kita alami, dan nanti akan kita alami, lalu apa?

Pengkhotbah Pasal 1 bertema segala sesuatu adalah sia-sia. Apakah semua waktu yang kita lalui itu adalah sia-sia? Jawabannya tentu: tidak! Jikalau yang kita pikirkan tentang kata sia-sia dalam Pengkotbah Pasal 1 adalah tidak berguna, tidak bermanfaat, tidak berfaedah, maka pengertian kita tidaklah benar. Sebab kata sia-sia dalam Pengkhotbah Pasal 1 itu berasal dari bahasa Ibrani, yakni hebel. Secara sederhana, hebel berarti breath (nafas), breeze (hembusan angin), dan vapor (uap). Jadi sia-sia dapat diartikan sebagai sesuatu yang sebentar saja, tidak terasa, bukan tidak berguna.

Berbeda lagi dengan teolog Gerrit Singgih, Ia pernah mengutip pendapat seorang ahli bernama Michael Fox tentang kata hebel. Menurut Fox, kata hebel menggambarkan hidup sebagai sesuatu yang absurd. Seperti ada jurang yang besar antara apa yang diharapkan dan apa yang dialami manusia. Mirip seperti pekerjaan Sisiphus dalam mitologi Yunani. Sisiphus, secara mitologis diceritakan terus-menerus mengulangi pekerjaannya tapi tidak rampung-rampung.

Namun benarkah hidup kita terasa absurd karena untuk segala sesuatu ada waktunya? Sebenarnya bukan itu yang mau ditekankan dari seluruh kitab Pengkhotbah yang dituliskan oleh Qoheleth sang penulis kitab. Ia ingin menegaskan bahwa Allah, pada saat menciptakan manusia, menempatkan suatu keinginan mendalam ke dalam hati manusia. Sesuatu yang lebih daripada hal-hal duniawi yang bisa kita nikmati dari waktu ke waktu. 

Allah memberikan kekekalan di dalam hati manusia (ayat 11). Inilah yang membuat umat manusia ingin hidup selama-lamanya dan menemukan nilai kekal di dalam dunia. Kegiatan-kegiatan yang kita lakukan di dalam hidup ini, seperti menanam, memanen, merobek, menjahit dan sebagainya, semuanya itu tidak akan pernah memuaskan diri kita sepenuhnya.

Kepuasan dan kenikmatan hidup hanya kita temukan dalam relasi yang benar dan akrab dengan Allah kita melalui Yesus Kristus yang adalah perantara di antara Allah dan kita manusia berdosa. Maka pesan firman Tuhan bagi kita pada hari ini, meskipun segala sesuatu ada waktunya, marilah pelihara relasi kita dengan Tuhan Yesus Kristus, supaya kita merasakan kepuasan dan kenikmatan hidup yang bermakna di tengah waktu yang terus berganti dan beralih.

Doa Penutup: Kita berdoa! Bapa kami bersyukur atas firman-Mu yang baru saja diperdengarkan bagi kami. Ampuni kami jikalau kami sering membuang-buang waktu dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak berguna. Dengan pertolongan dari Roh Kudus-Mu ajari dan ingatkan kami, supaya kami mengucap syukur dan menghargai waktu-waktu yang Tuhan berikan kepada kami. Biarlah mulai hari ini, terlebih 2 hari lagi kami memasuki tahun yang baru, berkati kami supaya kami dapat menggunakan waktu dengan penuh hikmat dan bijaksana. Biarlah setiap waktu dapat kami maknai, sehingga menjadi berkat bagi kami dan banyak orang. Terimalah doa syukur dan permohonan kami ini, ya Allah, di dalam nama Yesus Kristus Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa. Amin.

Pdt. Ferdinand Ricardo Hutabarat, S.Si., S.Si (Teol.)- Pendeta Fungsional di BSPK HKBP