Kunjungan Pastoral Ke HKBP Hinalang Silalahi, Ephorus Ajak Jemaat Bangun Kesatuan Jemaat dan Berdiakonia Sosial

Hinalang Silalahi 3 Pebruari 2019, Ompu i Ephorus HKBP dalam kunjungan pastoralnya melayani ibadah minggu HKBP Hinalang Silalahi Distrik XI Toba Hasundutan. Jemaat yang berdiri sejak tahun 1901 ini dipimpin oleh Pdt. Sarma Siregar, S.Th sebagai pendeta ressort dengan jumlah jemaat 450 KK dan 18 orang Sintua serta 1 orang Guru Huria Gr. Tumpak Manurung dan 1 orang Bibelvrouw Biv. Formaida Simatupang. Jemaat HKBP Hinalang Silalahi ini merupakan induk dari ressort Hinalang yang terdiri dari 2 jemaat diantaranya HKBP Hinalang Silalahi dan HKBP Lumban Silintong. Setibanya Ompu i Ephorus HKBP di kompleks gereja, Pendeta Ressort bersama para sintua menyambut Ompu i di rumah dinas pendeta ressort. Suasana kegembiraan, canda tawa, menghiasi percakapan dalam kunjungan Ompu i Ephorus ke jemaat ini.

Kami sangat tersanjung, dan senang luar biasa, di tengah – tengah padatnya pelayanan Ompu i, bahkan bukan dikarenakan adanya acara perayaan yang kami lakukan, tetapi Ompu i Ephorus menyempatkan menyapa kami seluruh jemaat di HKBP Hinalang Silalahi, di kampung ini, kata Pendeta Ressort. Hal senada juga demikian diungkapkan seorang Sintua ketika berbincang – bincang Ompu i Ephorus dan Pendeta Ressort. Dalam ibadah tepatnya usai khotbah berkumandang, Pendeta Ressort menyampaikan informasi sumbangan dari Alumni SMA Cendan Duri yang memberikan sumbangan Alkitab sebanyak 150 ex kepada jemaat yang khususnya akan digunakan untuk pelayanan sekolah minggu. Pendeta Ressort mengatakan, sama seperti seorang petani yang tidak memiliki cangkul sama saja dia tidak akan bisa bekerja dan menghasilkan yang berguna, demikian juga kita orang Kristen kalau tidak memiliki Alkitab sama saja hidup kita tidak akan berguna sebab tidak tahu mau berbuat apa dan kemana arah hidup kita. Kemudian Pendeta Ressort memohon kesediaan Ompu i Ephorus menyerahkan secara simbolis kepada utusan parhalado dan jemaat. Ompu i Ephorus HKBP memberitakan Firman dari Mateus 13: 53 – 58 dengan topik Injil yang membebaskan, sementara Pendeta Ressort Pdt. Sarma Siregar, S.Th melayani sebagai liturgist sekaligus melayani sakramen Baptisan Kudus kepada 4 orang anak dari empat keluarga yang turut didampingi Sintua.  

Jemaat HKBP Hinalang ini memasuki usia ke 118 dalam tahun 2019 terhitung sejak tahun 1901 sebagai tahun berdirinya dan mulai sekitar tahun 1998/1999 membentuk ressort Hinalang. Mengingat sejarah, gereja beserta bangunan lainnya seperti rumah dinas berdiri di atas tanah dengan luas sekitar ­­+ 800 Meter yang dipersembahkan oleh Keluarga Op. Abraham Siahaan. Seiring dengan pengembangan pelayanan, jemaat sudah banyak bertambah dan bukan hanya dari 2 marga saja tetapi juga dari marga – marga yang merupakan pendatang ke daerah ini. Sejak menjadi ressort, sudah ada lima pendeta ressort yang silih berganti memimpin ressort Hinalang ini diantaranya, Pdt. Rudolf M. Sitorus, Pdt. Partungkuon Simanjuntak, Pdt. Robinhod Lumbangaol, Pdt. Patar Hutagalung, dan saat ini Pdt. Sarma br. Siregar, tutur St. Siahaan.

Ephorus mengawali khotbahnya dengan menyapa jemaat memberikan salam dari seluruh pimpinan HKBP beserta staff dan pegawai kepada seluruh jemaat dan pelayan. Huria Kristen Batak Protestan demikian khususnya kepada orang Batak, kalau dibandingkan dengan orang Yahudi tidak begitu berbeda sesuai dengan yang dialami Tuhan Yesus di kampung halamanNya. Tetapi sebenarnya, tidak semua demikian sikap orang Yahudi, memang selalu ada saja di satu yang cemburu bahkan membenci kalau ada yang sukses kalau bukan dirinya dan keluarganya sendiri. Seandainya ada orang lain yang sukses dan diketahui banyak orang, tetapi kalau dia justru baginya itu tidak seberapa dan anggap remeh dengan kesuksesan orang lain. Tetapi ada juga yang baik di Yahudi termasuk di kita orang Batak. Sebenarnya yang kurang baik tidak perlu dibahas, tetapi yang baik perlu dibicarakan dan dikembangkan di dalam kehidupan kita. Misalnya, bagi orang Yahudi kesatuan itu sangat penting, baik itu kesatuan marga, kesatuan ajaran dan budaya, serta lainnya. Demikian kita orang Batak juga begitu, sangat penting bagi kita kesatuan dan membentuk kesatuan dimanapun kita berada, baik di marga, kampung halaman, alumni sekolah, tempat kerja, dan tempat tinggal saat ini demikian di daerah perantauan sekalipun. Ini kita pahami sangat bermanfaat untuk menyatukan pemahaman bersama dan bertindak bersama untuk kebaikan, kata Ompu i.

Biasanya ada saja yang langsung cemburu dan tidak suka dengan yang baik, tetapi ada yang sangat senang dengan kebaikan, itu terjadi di kalangan Yahudi dan kita juga orang batak sampai saat ini. Di dalam Firman, kita menemukan sikap yang tidak senang kepada Yesus. Dalam Mazmur 133,  dikatakan alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara – saudari diam bersama dengan rukun. Karena bagi yang demikianlah, Tuhan menganugerahkan berkatNya dan KasihNya. Bukankah itu menjadi gambaran bagi kita, karena kita juga berpengharapan supaya kita menerima berkat, panjang umur, dan lainnya, namun kita harus saling mengasihi dan melakukan yang terbaik, satu hati, satu pikiran, dan lainnya. Jangan kita mengharapkan berkat dari Tuhan kalau kita pun tidak bisa sepikiran dengan sesama keluarga, satu kampung, apalagi satu gereja. Ada banyak terjadi tidak sepaham dengan keluarga sendiri, tidak sepaham dengan semarga, tidak sepaham dengan satu kampung, dan bahkan tidak sepaham dengan tengah – tengah jemaat. Ternyata ini terjadi juga sebelum kedatangan Yesus, sampai kedatangan Yesus, dan kini konteks sekarang. Itu sebabnya Firman berkumandang bagi kita semua dan Firman ini sangat kontekstual untuk masa kini. Firman mengajarkan kepada kita untuk saling mengasihi dengan saling membantu satu sama lain. Karena kita semua tidak sama, baik itu fisik, kemampuan, bahkan juga finansial. Ada yang diberikan Tuhan kepadaku, tetapi tidak ada padamu, ada yang diberikan Tuhan kepadamu, tetapi tidak ada padaku. Seandainya semua sama yang ada pada kita, sama kekurangan dan sama kelebihan, sama pengalaman, sama kekayaan, dan lainnya, saya pikir ini akan menjadi masalah besar. Kalau di kalangan Batak sering terdengar, “ai ise huroha ibana? mahua huroha? Ai hira so tinanda ibana?”, bukan lagi demikian tetapi justru karena ada perbedaanlah sehingga kita saling membutuhkan dan perlu saling membantu satu sama lain. Kita penting bagi orang lain, dan mereka penting bagi kita. Dalam Galatia 6: 10 dikatakan, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan – kawan kita seiman, tutur Ompu i. 

Kini kita telah sampai dalam tahun pelayanan diakonia sosial dengan visi HKBP menjadi berkat bagi dunia. Sering sekali salah memahami, karena dikatakan dunia, sehingga berpikir harus ke tempat yang nun jauh seperti Afrika, dan lainnya, bisa dikatakan langsung dipahami dunia itu secara geografis. Padahal dalam Injil dikatakan, dunia yang dimaksud adalah bukan secara geografis tetapi perbuatan. Dunia dipahami sebagai kehidupan kegelapan. Sehingga menjadi berkat bagi dunia, adalah menjadi berkat bagi sekitar kita, benar di tempat jauh ada yang gelap, tetapi sekitar kita pun ada yang masih hidup di dalam kegelapan, bahkan di tengah – tengah komunitas batak pun masih ada kegelapan. Oleh karena itu, ini yang hendak kita lakukan dalam tahun ini yang kembali ditegaskan dengan Firman hari ini, bukan melihat dan memandang secara negatif, tetapi melihat dan beraksi partisipatif dalam pelayanan diakonia sosial, ada banyak yang hendak ditolong. Ada banyak orang yang miskin, ada banyak yang sakit, dan ada banyak yang punya pergumulan hidup, tetapi Alkitab menjelaskan seorang Perempuan yang membawa minyak zaitun membasuh kaki Yesus, lalu ada yang melihat dan mengatakan, “tumagon doi dilehon tu na pogos”. Tetapi Tuhan Yesus mengatakan, ada di tengah – tengahmu orang miskin. Siapa yang hendak ditolong, ada orang yang hanya memasukkan nasi ke mulutnya pun tidak mau karena malas, ada karena malasnya sehingga maunya hanya meminta – minta saja. Kebetulan di tengah – tengah orang batak pun banyak terjadi demikian, ada perilaku anak – anak yang sering terjadi bagi kalangan dewasa, ada 6 perilaku anak – anak di kalangan dewasa diantaranya, parbencutbencut, pardandi, partangistangis, pangellemellem, pangidoido, panehenehe. Sejak awalnya, sesungguhnya orang batak tidak demikian tetapi belakangan ini justru terjadi. Firman mengajak kita untuk merubah perilaku kita dan bukan untuk dikasihani dan hanya untuk diri sendiri, tetapi bagaimana kita juga berbuat bagi orang lain yang membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu, Firman Tuhan hendaklah kita lakukan dengan kesatuan jemaat, sehati sepikir, karena Tuhan akan memberkati kita semua dengan berkat dan sukacita daripadaNya, kata Ompu i. Usai ibadah tersebut, tak lupa sebagaimana biasanya, kalau jemaat bersama pelayan juga menyempatkan foto bersama dengan Ompu i Ephorus yang kemudian dilanjut dengan berbincang – bincang di ruang konsistori dan di rumah dinas pendeta ressort. Turut hadir juga Pendeta HKBP Ressort Baruara Pdt. Herbet Hutagalung, S.Th beserta Inang. Saat Ompu i Ephorus HKBP hendak melanjutkan perjalanan, khusus parhalado juga berfoto bersama dengan Ompu i di halaman rumah pendeta ressort. (APS)

Pustaka Digital