Renungan Harian HKBP | 4 Juni 2025

Doa Pembuka: Ya Bapa yang Mahakasih, kami bersyukur atas kasih dan anugerah-Mu yang senantiasa melingkupi hidup kami. Saat, kami datang di hadapan-Mu dengan hati yang rindu untuk mengenal Engkau lebih dalam melalui firman-Mu. Kiranya Roh Kudus-Mu membimbing dan membuka mata hati kami untuk melihat kebenaran dan keindahan hikmat-Mu. Mampukan kami untuk tidak hanya memahami, tetapi juga mengalami sukacita yang Engkau tawarkan. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.


Lukas 10:21

“Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.”

Saudara/i dalam Kristus Yesus, Firman Tuhan hari ini menunjukkan sukacita Yesus yang baru saja mendengar laporan dari ketujuh puluh murid yang diutus-Nya, yang kembali dengan sukacita karena melihat kuasa Tuhan bekerja melalui mereka (Lukas 10:17-20). Respons Yesus terhadap berita ini adalah luapan syukur yang mendalam kepada Bapa.

Yang menarik dari syukur Yesus adalah apa yang Ia syukuri. Ia bersyukur karena Tuhan menyembunyikan kebenaran ilahi dari “orang bijak dan orang pandai”, tetapi justru menyatakannya kepada “orang kecil”. Siapakah “orang bijak dan orang pandai” yang dimaksud Yesus? Mereka adalah orang-orang yang mengandalkan kecerdasan, pengetahuan, dan pemahaman duniawi mereka sendiri untuk memahami Tuhan. Mereka mungkin ahli Taurat, Farisi, atau filsuf yang merasa cukup dengan kebijaksanaan manusia.

Sebaliknya, “orang kecil” atau “anak-anak kecil” mengacu pada mereka yang rendah hati, yang mengakui keterbatasan mereka, dan yang bersedia menerima kebenaran Tuhan dengan iman yang sederhana. Mereka tidak mengandalkan kecerdasan mereka sendiri, tetapi bersandar sepenuhnya pada anugerah Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki hati yang terbuka dan mau diajar.

Pesan penting dari ayat ini adalah bahwa pengenalan akan Tuhan dan kerajaan-Nya bukanlah soal kemampuan intelektual atau status sosial. Bukan pula soal seberapa banyak gelar yang kita miliki atau seberapa tinggi pendidikan kita. Sebaliknya, wahyu ilahi diberikan kepada mereka yang memiliki sikap hati yang benar. Tuhan tidak memilih siapa yang “layak” berdasarkan standar dunia, melainkan berdasarkan kerendahan hati dan kesediaan untuk menerima anugerah-Nya.

Ini adalah kabar baik bagi kita semua! Kita tidak perlu merasa tidak mampu atau tidak cukup pintar untuk memahami Tuhan. Yang dibutuhkan adalah hati yang merendah, yang haus akan kebenaran-Nya, dan yang percaya pada apa yang dinyatakan-Nya. Ketika kita datang kepada Tuhan dengan hati yang seperti anak-anak, dengan kepercayaan penuh, Ia akan mengungkapkan kebenaran-Nya kepada kita.

Mari kita merenungkan: Apakah kita datang kepada Tuhan dengan hati yang rendah hati, seperti “orang kecil,” ataukah kita terkadang mengandalkan pemahaman atau pengalaman kita sendiri? Ingatlah, sukacita sejati dalam Tuhan datang ketika kita membuka diri untuk wahyu-Nya yang sederhana namun mendalam, yang seringkali tersembunyi dari kesombongan dunia.


Doa Penutup:  Ya Tuhan, Bapa kami yang di surga, kami bersyukur atas firman-Mu hari ini. Terima kasih karena Engkau tidak memilih berdasarkan kebijaksanaan dunia, melainkan Engkau menyatakan diri-Mu kepada mereka yang memiliki hati yang rendah hati. Ampunilah kami jika terkadang kami terlalu mengandalkan akal budi kami sendiri dan melupakan kerendahan hati yang Engkau inginkan. Mampukanlah kami melalui Roh Kudus, untuk senantiasa memiliki hati yang seperti anak-anak, yang bersedia diajar, yang percaya, dan yang menerima wahyu-Mu dengan sukacita. Biarlah kami tidak pernah merasa terlalu bijak atau terlalu pandai untuk belajar dari-Mu. Penuhi hati kami dengan sukacita yang meluap karena mengenal Engkau, ya Tuhan langit dan bumi. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.


Pdt. Rut Toman Jaya Nitami Simanullang, S.Th – Pendeta Fungsional di Biro TIK HKBP 

Pustaka Digital