“Annette: Semangat Gotong Royong Membersihkan Kampung dan Danau sangat rendah”.

“Annette agak mengeluhkan tentang rendahnya semangat kerja gotong royong (membersihkan kampung dan danau)”. Demikian kutipan perbincangan Kadep Marturia Pdt. Daniel Taruli Harahap dengan Annette Horschmann istri Antonius Silalahi di Tabo Cotage Tuktuk Samosir, Senin (25/4/2022).


Anette seorang berkebangsaan Jerman dianggkat menjadi br. Siallagan setelah  menikah dengan Antonius Silalahi penduduk setempat.  Ia seorang penggiat lingkungan dan pemilik Tabo Cottage Tuktuk Siadong Samosir yang sudah terkenal dengan konsep penginapannya seperti penginapan yang ada di Swiss dan jerman yang menawarkan kemewahan dan kenyamanan dengan standard ramah lingkungan.


Ada beberapa poin lainnya yang menarik dan mencerahkan dari bincang-bincang Pdt. Daniel Harahap dengan Annette, diantaranya tentang lingkungan hidup yang harus jadi konteks dan sustainable (keberlanjutan) jadi kata kunci dari segala aktivitas ekonomi dan bisnis, pemerintahan, budaya, pendidikan juga keagamaan. Ibadah dan hidup bergereja yang mendukung keberlanjutan hidup.

“Wow. Itu Alkitabiah sekali. Konsep keberlanjutan itu tidak bisa dilepaskan dari komunitas. Apapun aktivitas kita termasuk bisnis tidak boleh lagi hanya untuk kepentingan dan kekayaan diri sendiri melainkan kesejahteraan bersama,” seru Pdt. Daniel.

Hal yang menarik lainnya dari perbincangan mereka ialah tentang bisnis parawisata tidak lagi sekadar menyediakan kamar (cek in dan cek out) dan makan, melainkan urusan perhatian serius adalah  keramah-tamahan dan pelayanan yang tulus kepada sesama.

“Saya tidak berani omong besar kepada Annette dan para kawan2 pelaku parawisata lain. Namun sebagai salah seorang Pimpinan HKBP saya berani mengatakan bahwa HKBP commit kepada lingkungan hidup dan masyarakat. Sebagai Kepala Departemen Marturia saya akan sekuat tenaga agar HKBP memberikan sumbangsihnya  terutama membangun karakter warga HKBP yang benar-benar mencintai dan menjunjung kebersihan, kehijauan dan keasrian, kejujuran, keramah-tamahan, dan kerjasama. Yaitu praktek dan nilai yang sangat penting untuk memajukan parawisata yang berkelanjutan dan membangun komunitas”, pesan Kadep Marturia.    (P. Sam - B’TIK).

Pustaka Digital