Eko Pastoral Care: Membudidayakan Serewangi di Samosir


Departemen Marturia HKBP mengikuti ibadah penanaman pohon buah dan serewangi di HKBP Distrik VII Samosir, tepatanya di HKBP Ambarita Ressort Ambarita yang didikuti oleh jemaat, pelayan penuh waktu dan para calaon pelayan yang sedang praktek lapangan HKBP Distrik VII Samosir pada Sabtu (29/6/2019). Kegiatan ini dimulai dengan kebaktian bersama yang dipimpin oleh Pdt. Rein Justin Gultom (Pendeta Ressort HKBP Ambarita). Penjelasan khotbah yang diambil dari Kejadian 1:11, Tuhan berfirman: tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji. Tuhan telah berfirman akan dunia ini agar diisi dengan tumbuh-tumbuhan, lalu diayat berikutnya yaitu pada ayat 28, beranakcuculah dan kuasailah bumi. Pemahaman menguasai dihubungkan dengan kejadian 2:15, bahwa Tuhan menempatkan manusia di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Kita diajak untuk menguasahakan dan memelihara bukan hanya menguasai secara fisik untuk kepentingan pribadi kita. Belajar dari pengalaman pada tanggal 13 Desember 2018, HKBP Ambarita, khususnya perumaha pendeta resort dan sekitarnya dilanda banjir bandang dari bukit yang berada dibelakang rumah pendeta. Ini tentunya tidak terjadi begitu saya, tetapi ada faktor penyebabnya. Rusaknya lingkungan itu tidak terlepas dari tindakan manusia, jika manusia merusak lingkunganya maka ia sedang merusak dirinya sendiri, sebab mansia tercipta dari tanah. Sehinga teologi melestarikan lingkungan jelas mempertegas hubungan yang baik dengan Allah tidak terlepas hubungan kita dengan alam, kita harus menjauhkan diri dari keserakahan, serta mampu mengingatkan mereka yang merusak lingkungan. Jika lingkungan kita baik dan sehat maka destinasi pariwisata akan semakin maju, turis akan semakin banyak datang, tetapi jika sebaliknya maka turis atau mereka yang ingin ke Samosir tidak mau datang.

Selepas acara ibadah, ibu kadep menyampaikan sambutan pada kegiatan satu hari ini. Pertama, kegiatan ini merupakah salah satu rangkaian dari Eko Pastoral Care. Eko Pastoral Care yang sudah dimulai pada tanggal 2 juni 2019 yaitu ibadah bersama untuk memperingati kelestarian lingkungan hidup. Kedua, kegiatan penaburan bibit ikan di kawasana Danau Toba pada tanggal 18 juni 2019. Ketiga, penanaman bibit pohon dan serewangi dibeberapa distrik dikawasan Danau Toba. Keempat, pada tanggal 30 Juni 2019 ibadah raya bersama sekolah minggu HKBP dalam rangka mengajak jemaat HKBP melestarikan lingkungan mulai dari anak-anak sampai orang tua di HKBP Ambarita. Kelima, seminar sehari pada tanggal 5 Juli 2019 di HKBP Distrik XI Toba Hasundutan yang diharapakan akan kehadiran menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), dimana pada tanggal 27 Juni lalu ibu kadep telah melakukan audiensi kepada ibu Menteri LHK untuk membicarakan kegiatan kita tanggal 5 yang akan datang. Ibu Menteri mendukung kegiatan ini melalui perintah yang disampaikan kepada para staf untuk membantu kegiatan seminar ini. Kemudian, ibu kadep menjelaskan bahwa pentingnya menjaga dan merawat lingkungan hidup dari sisi Marturia, kesaksian kepada alam merupakan tugas kita sebagai orang percaya, sebab pohon adalah kehidupan, air adalah kehidupan, tanah adalah kehidupan, untuk kita marilah kita merawat kehidupan kita bersama melalui lingkungan yang terjaga dan diletarikan.


Salah seorang dosen USU dan juga pemerhati lingkungan hidup mendukung program kelestarian lingkungan hidup di kawasan Danau Toba dengan menanam pohon. Ibu ini dikenal dengan Prof. Dr.Maryani Cyycu Tobing, MS seorang yang peduli dengan kawasan Danau Toba dan memberikan pertahatiannya untuk kelestarian kawasan dengan prinsip pengabdian akan cinta lingkungan. Selain dari pada memberikan bibit pohon, ibu Tobing juga membawa tim untuk mengajarkan pembuatan kompos sebagai pupuk organic bagi tamanan yang sehat. Penjelasan dari ibu Sitorus akan pembuatan kompos sangatlah mudah, prinsipnya adalah bagaimana kita setia dan yakin akan perkejaan kita itu adalah kehidupan bagi kita. Pembuatan kompos ini dapat dioleh dari sampah-sampah rumah tangga kita sendiri. Selanjutnya acara dilanjutkan oleh Pdt. Lisker Sinaga menjelaskan tentang penanaman serewangi. Secara jelas bahwa penanaman serewangi ini cocok didaerah yang tanahnya tidak lembab atau lahan yang kering. Samosir dapat menjadi percontohan penanaman serewangi, tentunya berbicara mengenai hasil sebaiknya ada dulu lahan sekurang-kurangnya 15 Ha. Lahan yang 15 Ha ini akan dikelohan secara bergantian dan sudah dapat mendirikan pabrik penyulingan sendiri di kawasan Samosir ini. 15 Ha ini juga tidak mesti harus disatu tempat, tetapi dibeberapa tempat juga tidak menjadi masalah. Panen pertama akan dilaksanakan pada bulan ke enam dan setelah itu akan dilanjutkan 3 bulan berikutnya dan seterusnya. Serewangi dapat dipanen selama 5 tahun kemudian dapat ditanam kembali seperti menanam pada awalnya. Jarak tanaman serewangi yang baik adalah 1 m x1 m. singkatnya penjelasan dari Pdt. Lisker Sinaga.

Setelah pemaparan materi pembuatan kompos dan penanaman serewangi, acara dilanjutkan dengan penyerahan bibit pohon dan serewangi kepada HKBP Distrik VII Samosir yang dilaksanakan oleh Ibu Kadep kepada Praeses. Begitu juga dari Ibu Prof. Dr. Cyycu Tobing kepada HKBP Ambarita. Tidak lama kemudian, dilangsungkan penanaman pohon disekitar gereja dan sekitar lingkungan gereja, pohon durian, jambu, jeruk dan tanaman buah lainnya. Setelah ditanam, acara makan bersama juga dilaksanakan di depan gereja Ambariita. Maka bersama dilakuka secara tertib dan terartur dan sampah makanan juga dikumpul di dalam satu tong sampah yang ada digereja itu. Acara berakhir dengan baik dan ditutup dengan doa, kiranya penanaman yang dilakukan oleh Departemen Marturia melalui kegiatan Eko Pastoral Care menjadi program yang berkelanjutan dikawasan Danau Toba untuk menjaga lingkungan hidup kita bersama.(JLS)








Pustaka Digital