Renungan Harian HKBP | 1 November 2023



Doa Pembuka: Bapa di sorga, kami mengucap syukur untuk berkat dan penyertaan-Mu bagi kami. Saat ini kami akan merenungkan firman-Mu. Isilah hati dan pikiran kami dengan firman-Mu. Berilah kami hikmat untuk menerimanya. Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin.


Firman Tuhan yang menjadi nas renungan bagi kita pada saat ini adalah nas yang tertulis dalam Yesaya 46: 4, demikian bunyinya: “Sampai masa tuamu, Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.”


Saudara-saudara yang terkasih. Barangkali nas ini cukup familiar bagi kita melalui salah satu lagu rohani yang menggunakan nas ini menjadi lirik lagu tersebut. Nas ini begitu indah sebagai janji dari TUHAN kepada umat-Nya, bahwa TUHAN akan menyertai umat-Nya itu sampai selama-lamanya. Namun, bila kita melihat letak nas ini dalam Yesaya pasal 46, maka kita akan menyadari bahwa nas ini merupakan bagian dari ungkapan kemarahan TUHAN kepada umat-Nya, bangsa Israel yang jauh pada penyembahan dewa-dewa asing. Dalam situasi itulah TUHAN mengutus hambanya, para nabi, termasuk nabi Yesaya untuk menegur umat itu.

TUHAN melalui nabi Yesaya menyampaikan teguran dengan menegaskan bahwa tindakan menyembah berhala dan dewa-dewa asing adalah suatu perbuatan bodoh. Bagaimana mungkin umat itu menaruh iman mereka pada benda buatan tangan manusia, yang di dalamnya sama sekali tidak ada kehidupan, dan tak mungkin diandalkan. Umat itu berpaling dari TUHAN yang sudah sejak mulanya memperlihatkan kuasa dan kasih-Nya pada umat itu, untuk pergi menyembah benda yang tidak berguna.

Seruan yang disampaikan oleh nabi Yesaya ini menegaskan bahwa TUHAN tidak pernah berubah. Dia tetap mengasihi dan setia sekalipun umat yang dikasihi-Nya itu memberontak meninggalkan-Nya. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia, menjadi kalimat penegasan bahwa kasih setia TUHAN adalah untuk selama-lamanya.

Saudara-saudara yang terkasih, seruan yang disampaikan oleh Yesaya tentang kasih setia TUHAN adalah suatu seruan yang perlu untuk terus diperdengarkan. Godaan untuk berpaling dari TUHAN dialami oleh umat di segala zaman. Kita pada masa sekarang ini juga berhadapan dengan godaan untuk berpaling pada ilah-ilah modern. Banyak hal yang pada zaman ini dapat menjadi “ilah” yang menggoda kita untuk berpaling dari TUHAN yang hidup itu. Banyak orang yang saat ini lebih mempercayakan hidupnya pada harta, jabatan ataupun relasi, daripada mempercayakannya kepada TUHAN. Kemajuan teknologi yang begitu pesat juga membuat banyak orang semakin bergantung pada teknologi itu, dan bukan tidak mungkin, ada orang yang mempertuhankan teknologi itu, baik disadari ataupun tidak.

Hidup setia kepada TUHAN di masa sekarang ini memang banyak tantangan. Bukan hanya godaan ilah-ilah modern, tetapi juga tekanan yang mungkin kita alami dari saudara-saudara kita yang berbeda agama. Meski negara kita menjamin kebebasan beragama melalui Undang-undang Dasar, namun pada kenyataanya, kita sebagai orang Kristen mengalami banyak hambatan dalam beribadah.

Karena itu, kita perlu senantiasa diingatkan bahwa hanya TUHAN sajalah Allah yang patut kita yakini. Tidak ada kuasa lain di dunia ini yang dapat menyamai TUHAN. Dia adalah Allah yang setia. Kasih setia-Nya teruji, tak lekang oleh waktu dan tak bergantung pada keadaan. Sekalipun kita umat-Nya mengalami pasang surut iman, terkadang kita ragu akan kuasanya, bahkan kita mungkin pernah menyimpang dari ketetapan-Nya; namun Dia tetap setia. Janji TUHAN begitu indah: “…aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus…”. Kita dapat berpegang pada janji itu, sebab TUHAN tidak pernah lupa akan janji-Nya. Teruslah berpengharapan pada TUHAN. Setialah sebagaimana Ia setia kepada umat-Nya. 


Doa Penutup: Terima kasih Tuhan untuk hari yang Engkau berikan bagi kami. Kami bersyukur untuk kasih setiaMu yang Engkau berikan bagi kami. Kami telah mendengarkan firman-Mu, biarlah firman-Mu mengisi hati dan pikiran kami, dan menuntun kami mengerjakan pekerjaan yang baik. Kami memohon agar kiranya Tuhan menguatkan kami dan meneguhkan iman kami, agar kami tidak mudah goyah, tidak berpaling dari Tuhan sekalipun kami banyak menghadapi tantangan. Kami percaya Tuhan akan senantiasa menyertai kami. Ampunilah dosa dan pelanggaran kami, di dalam nama Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.


Pdt. Samuel D. Sigalingging (Kabag. Adm. Departemen Koinonia HKBP)


Pustaka Digital