Renungan Harian HKBP | 14 April 2024 (Evangelium dan Epistel)
Kotbah Evangelium
Doa Pembuka: Terima kasih Tuhan buat penyertaanMu atas hidup kami pada hari Minggu yang Engkau kuduskan ini bagi kami untuk beribadah, memuji dan memuliakan namaMu. Sejenak kami akan mendengarkan firmanMu, kiranya Roh Kudus menerangi hati dan pikiran kami agar dapat menerima dan memahami firmanMu. Dalam Kristus Yesus kami berdoa. Amin.
Renungan
”CAHAYA WAJAH TUHAN MENYINARI KITA”
Nas Evangelium: Mazmur 4:1-9
Ibu, Bapak, Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus.
Apakah kita pernah berada dalam situasi sulit, mengalami tekanan dan dikejar-kejar rasa takut dan mengalami kesusahan akibat ulah orang lain yang membenci atau memusuhi kita? Situasi dalam keadaan tertekan dan penuh kesesakan memang tidak menyenangkan, penuh pergumulan dalam menghadapinya. Hal yang sama disuarakan oleh Daud melalui perikop Mazmur 4:1-9 ini. Tentunya kita sudah mengetahui bagaimana pengalaman kesesakan yang dialami oleh Daud, terutama ketika dia dalam situasi dikejar-kejar oleh para musuhnya yang hendak membinasakannya. Dalam menghadapi berbagai pencobaanyang berat itu Daud menyerahkan segala pergumulan hidupnya melalui seruan permohonan meminta pertolongan kepada Tuhan. Nas khotbah ini secara jelas mengungkapkan seruan doa Daud kepada Tuhan, melalui 2 (dua) permohonan.
Pertama, Tuhan memberikan kelegaan dari berbagai kesesakan. Pemazmur sungguh-sungguh mengalami situasi sulit ketika dia menghadapi para lawannya yang telah melakukan hal-hal yang tidak baik kepadanya, yakni menodai kemuliannya sebagai manusia, melakukan kebohongan demi menjelek-jelekkan keberadaannya. Oleh sebab itu pemazmur berseru-seru kepada Allah dan memohon Allah mendengarkan dan menjawab seruannya. Selain itu pemazmur juga mengharapkan Allah yang akan membenarkannya dalam setiap perkara yang dihadapinya. Hal ini terlihat dalam kata yang dipakai dalam ayat 2, ”ya Allah, yang membenarkan aku”, dimana kata ”membenarkan” adalah terjemahan dari kata Ibrani șidqi dari kata ședeq yang berarti ”kebenaran”. Sehingga pernyataan pemazmur dalam ayat 2a dapat diterjemahkan: ”Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang memberikan kebenaran kepadaku”. Ketika Allah memberikan pembenaran kepada pemazmur, maka dia akan beroleh kelegaan dan jaminan penyertaan Tuhan yang senantiasa melingkupi kehidupannya. Dengan demikian, maka seluruh tindakan para lawannya itu dianggap sebagai perbuatan yang sia-sia (ay. 3), sebab segala yang mereka sangkakan itu hanyalah kebohongan dan fitnah belaka yang kebenarannya tidak pernah dapat dibuktikan. Dalam pegumulannya sebagai manusia biasa, Daud mungkin saja mengalami perasaan jengkel, kecewa bahkan marah tatkala menghadapi perbuatan yang tidak menyenangkan itu, namun dia tetap berusaha untuk tenang, berdiam diri dan menyerahkan segala sesuatu yang tidak menyenangkan itu kepada Tuhan melalui doa permohonannya. Satu hal yang pasti yang menjadi keyakinan diri sang pemazmur adalah bahwa Tuhan mendengarkan seruannya ketika meminta pertolongan, sebagaimana dikatakan dalam ayat 4: ”Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagiNya seorang yang dikasihiNya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepadaNya”. Keyakinan akan penyertaan dan pertolongan Tuhan inilah yang menjadi jaminan yang kuat dalam hidup Daud, bahwa Tuhan mengasihi dan mendengarkan seruannya meminta pertolongan kepadaNya sehingga dia tetap bertahan menghadapi serangan musuh-musuhnya. Satu hal yang penting, dalam segala pergumulannya yang berat itu, Daud tetap bersandar pada kuasa Tuhan yang mampu melepaskannya dari berbagai kesesakan dan tekanan berat dan dia beroleh kelegaan oleh kuat kuasa tangan Tuhan yang bertindak menyelamatkannya.
Kedua, cahaya wajah Tuhan menyinari diri orang percaya. Pernyataan tentang ”cahaya wajah Tuhan” merupakan salah satu bentuk penyertaan Tuhan dalam kehidupan hambaNya. Ketika orang banyak mempertanyakan tentang siapa yang akan memberikan kebaikan, kemakmuran dan kesejahteraan kepada mereka, namun justeru pemazmur mengungkapkan sebuah pernyataan yang tak biasa, yang tak terpikirkan oleh banyak orang, namun merupakan bentuk kedalaman iman yang tak terbantahkan, dengan berkata: ”Biarlah cahaya wajahMu menyinari kami, ya TUHAN!” (ay. 7b, dalam terjemahan NIV dikatakan: ”Let the light of your face shine on us”). Dalam pemahaman pemazmur, cahaya wajah Allah (Ibrani: ōwr pānekā, cahaya wajahMu) menunjukkan keseluruhan eksistensi Allah yang bertindak memberikan keselamatan, kelegaan dan perlindungan yang nyaman terhadap orang-orang yang berseru dan meminta pertolongan kepadaNya. Keselamatan yang diberikan Allah itu menghasilkan sukacita yang tak terhingga dalam diri pemazmur, termasuk juga dalam diri setiap orang percaya, dan jauh melebihi sukacita orang yang kelimpahan gandum dan anggur (band. ay. 8). Sukacita yang berasal dari Tuhan itu sungguh sebuah sukacita yang tiada taranya, sukacita yang tak dapat dibandingkan dengan segala pencapaian manusia di dunia ini. Pada akhirnya, sukacita yang dirasakan pemazmur itu menghantarkannya pada kenyamanan dan ketenteraman hidup yang sebenarnya sehingga dengan perasaan puas dan lega dia berkata pada ayat 9: “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman”. Dari pernyataan ini kita dapat melihat sebuah situasi yang penuh kedamaian, kenyamanan dan ketenteraman yang sepenuhnya, sebab Tuhan telah menjagai dan memelihara kehidupan orang yang percaya dan berharap padaNya.
Ibu, Bapak, Saudara-saudari para pembaca dan pendengar aplikasi Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus.
Sebagai para pengikut Kristus yang hidup di era digital dan internetisasi segala hal pada masa kini, bagaimanakah kita menghadapi berbagai bentuk kesusahan, kesesakan maupun penderitaan yang kita alami? Dalam perjalanan kehidupan, seringkali kita diperhadapkan dengan berbagai situasi sulit, masa-masa penuh kesusahan, kesesakan bahkan penderitaan yang berasal dari orang-orang di sekitar kita. Kita mungkin pernah berada dalam situasi yang tidak menyenangkan sehingga kita merasa gelisah, cemas, kuatir bahkan sampai mengalami frustasi. Bagaimanakah sikap kita dalam menghadapisituasi sulit itu? Firman Tuhan pada hari Minggu ini mengajak kita untuk senantiasa berseru dan memohon pertolongan dari Tuhan, sebab hanya Tuhanlah yang mampu memberikan pertolongan dan kelegaan dari berbagai kesesakan yang kita alami. Pertolongan Tuhan senantiasa tersedia bagi orang yang berseru dan berharap akan kuat kuasaNya, asalkan kita senantiasa percaya dan bersandar pada kuasaNya yang agung dan mulia. Oleh karena pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan sangat cepatnya di era digital sekarang ini, banyak orang yang tidak menaruh harapannya lagi pada kuasa Tuhan, melainkan bersandar pada kemampuan teknologi yang menawarkan berbagai jalan pintas kemudahan dan kenyamanan. Dalam situasi seperti itu maka dengan mudahnya orang dapat terjatuh ke dalam pengagungan dan pemujaan terhadap kemampuan manusia semata. Namun justeru di era yang ditandai dengan berbagai perubahan yang sangat cepat ini kita diajak untuk senantiasa berpegang teguh pada kuasa Tuhan, yang melalui cahaya wajahNya menyinari hidup orang percaya, di setiap tempat dan di segala situasi. Cahaya wajah Tuhan itulah yang membimbing dan menyertai segenap perjalanan kehidupan kita sehingga kita mengetahui jalan yang benar yang dikehendakiNya. Cahaya wajah Tuhan itu dapat kita nikmati melalui keberadaan firmanNya yang senantiasa menjadi penuntun dan pembimbing hidup kita sebagaimana dikatakan dalam Mazmur 119:105, ”FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. Demikianlah ketika Firman Tuhan menjadi pedoman dan penuntun dalam hidup kita maka kita tidak akan kehilangan arah dalam menapaki perjalanan hidup dan setiap langkah kita akan diarahkan seturut dengan kehendakNya. Maka firman Tuhan hari ini mengarahkan hati dan pikiran kita agar senantiasa bersandar pada kuasa Tuhan yang memberikan pertolongan dan kelegaan; demikian juga cahaya wajah Tuhan akan tetap menyinari kita, memandu dan membimbing segenap perjalanan hidup kita, di setiap saat dan di segala tempat. Amin.
Doa Penutup: Ya Tuhan Allah Bapa kami, terima kasih atas sapaan firmanMu pada hari Minggu ini, yang telah mengajarkan dan mengingatkan kami untuk senantiasa menyerukan nama Tuhan yang mampu memberikan pertolongan dan kelegaan ketika kami sedang menghadapi berbagai kesusahan, kesulitan, kesesakan dan berbagai macam penderitaan di dunia ini. Ajarlah kami agar meyakini cahaya wajahMu yang senantiasa menyinari segenap perjalanan kehidupan kami agar kami tidak tersesat dan tidak menyimpang dari jalan yang Engkau kehendaki. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, dengarlah doa permohonan kami. Amin.
Kotbah Epistel
Doa Pembuka: Terima kasih Tuhan buat penyertaanMu atas hidup kami pada hari Minggu yang Engkau kuduskan ini bagi kami untuk beribadah memuji dan memuliakan namaMu. Sejenak kami akan mendengarkan firmanMu, kiranya Roh Kudus menerangi hati dan pikiran kami agar dapat menerima dan memahami firmanMu. Dalam Kristus Yesus kami berdoa. Amin.
Renungan
”CAHAYA WAJAH TUHAN MENYINARI KITA”
Nas Epistel: 1 Yohanes 3:1-7
Ibu, Bapak, Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Berbicara tentang kasih tentunya kita semua telah sering mendengarnya, baik melalui khotbah, nyanyian rohani maupun percakapan dalam kehidupan sehari-hari. Namun pembicaraan tentang kasih itu tidak akan ada habis-habisnya, sebab kasih merupakan identitas kehidupan kita sebagai pengikut Yesus. Demikianlah dalam nas ini, surat yang dituliskan oleh rasul Yohanes kepada para pengikut Yesus, khususnya yang mengalami penganiayaan di masa pemerintahan kaisar Domitianus (90-100 M). Pada masa itu orang Kristen mengalami berbagai penganiayaan dan penderitaan yang hebat dari penguasa yang tidak menyukai pertumbuhan dan perkembangan kekristenan di wilayah kekaisaran Romawi. Oleh sebab itu, di tengah-tengah penganiayaan yang berat, rasul Yohanes mengingatkan tentang betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Allah Bapa kepada setiap orang percaya sehingga kita disebut anak-anak Allah (ay. 1, bahasa Yunani: tekna Theou). Kasih Allah yang sangat besar itu telah menjadikan kita anak-anak Allah yang tidak sama dengan dunia ini, sebab dunia ini tidak mengenal Dia, Allah yang telah menjadikan kita sebagai anak-anakNya; dimana kata ”dunia” (Yunani: kosmos) dalam ayat ini menunjuk pada keadaan atau orang-orang yang tidak percaya pada Allah.
Bagaimanakah status dan perilaku kita sebagai anak-anak Allah? Untuk menjawab inilah rasul Yohanes menerangkan lebih mendalam tentang status dan perilaku kita sebagai anak-anak Allah. Pertama, anak-anak Allah senantiasa menaruh pengharapannya hanya pada kuasa Allah. Pengharapan menjadi ciri orang percaya dan menjadi bagian dari iman kepada Allah, sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 11:1, ”Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Sehubungan dengan pengharapan itulah rasul Yohanes menegaskan bahwa sekarang ini, walaupun kita sudah dinyatakan sebagai anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak. Tetapi apabila Kristus telah menyatakan diriNya kelak, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya. Gambaran yang sangat menarik ini menunjuk pada kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya (parousia) yang menjadi penggenapan dari pengharapan kita dan dalam peristiwa tersebut kita memandang Kristus seolah-olah dalam cermin, maka terpantullah wajah kita, tetapi dengan bingkai ilahi. Rasul Yohanes menggambarkan bahwa sebagai anak-anak Allah, kita akan mempunyai kesamaan yang mengagumkan seperti dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu sambil menantikan penggenapan pengharapan itu maka kita sebagai anak-anak Allah tetaplah menjaga hidupnya dalam kekudusan, yakni hidup kita senantiasa berada dalam keadaan seturut dengan kehendak Allah (band. ay. 3).
Kedua, anak-anak Allah setia menaati perintah Allah dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Dalam ayat 4 secara jelas dinyatakan bahwa perbuatan dosa melanggar hukum Allah, tetapi penulis surat 1 Yohanes ini menekankan bahwa ada hal-hal yang harus kita lakukan dan yang hendaknya tidak kita lakukan. Puncak dari seluruh penjelasan dalam nas ini adalah pernyataan iman anak-anak Allah yaitu bahwa Yesus Kristus telah menyatakan diriNya kepada dunia ini supaya Ia menghapus segala dosa dan di dalam Dia tidak ada dosa (ay. 5, band. 2 Kor 5:21, Ibr 4:15). Oleh sebab itu, kita sebagai anak-anak Allah sekaligus pengikut Yesus Kristus haruslah tetap berada di dalam Dia dan menjauhkan diri dari segala tindakan dosa. Pernyataan ini sekaligus menekankan tentang perilaku anak-anak Allah yang tetap setia menaati perintah Allah, melakukan segala perbuatan yang dikehendaki Allah sehingga dapat terhindar dari segala perbuatan dosa.
Bapak, Ibu, Saudara-saudari para pembaca dan pendengar aplikasi Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Khotbah ini mengajak kita untuk memahami, menyadari dan memelihara status kita yang sangat mulia di hadapan Allah, yaitu sebagai anak-anak Allah, yang dipimpin oleh Roh Allah, sebab kita tidak menerima roh perbudakan yang membuat kita menjadi takut lagi, tetapi kita telah menerima Roh yang menjadikan kita anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (band. Rm 8:15). Dengan demikian sebagai anak-anak Allah kita tidak diperbudak lagi oleh dosa dan kuasa iblis, namun telah hidup berdiam dalam Kristus dan senantiasa setia menaati perintah Allah. Status dan perilaku kita sebagai anak-anak Allah di tengah perkembangan dunia yang semakin maju ini haruslah kita wujudkan melalui perbuatan yang baik, hidup dalam kebenaran, keadilan, kasih, sukacita, damai sejahtera dan segala perilaku yang dikehendaki Allah. Dengan demikian, apapun bentuk godaan, tantangan, kesusahan bahkan penderitaan yang menghampiri kehidupan kita dapat kita hadapi dan menangkan dengan bersandar pada kuat kuasa dan penyertaan Allah dalam diri Yesus Kristus Juruselamat penebus dosa kita. biarlah cahaya wajah Tuhan tetap menyinari kita dan membimbing segenap perjalanan kehidupan kita agar tetap berada dalam Dia, Tuhan dan Juruselamat kita. Amin.
Doa Penutup: Ya Tuhan Allah Bapa kami, terima kasih atas sapaan firmanMu pada hari Minggu ini, mengingatkan dan mengajarkan kepada kami status dan perilaku kami sebagai anak-anakMu. Bimbing dan kuatkanlah kami melakukan yang seturut dengan kehendakMu, baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan kami sehari-harinya.Mampukanlah kami ya Allah, untuk memenangkan segala bentuk godaan, pencobaan, kesusahan maupun penderitaan yang kami alami dalam kehidupan kami, dengan terangMu yang senantiasa menerangi jalan kami. Dengarlah doa kami ini dalam nama Tuhan Yesus Kristus Juruselamat penebus dosa dunia ini. Amin.
Pdt. Herwin P. Simarmata, M.Th. - Kepala Biro Kategorial Ama dan Lansia Kantor Pusat HKBP.