Renungan Harian HKBP | 20 November 2023

Syalom, bapak/ibu saudara/i dan seluruh jemaat yang terkasih di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan di hari ini, alangkah baiknya kita siapkan hati dan pikiran kita, marilah kita mengambil saat teduh sejenak, kita bersatu di dalam doa..

Doa Pembuka: Bapa yang baik, bapa yang kami kenal melalui anakMu Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan juruselamat kami, kami bersyukur untuk kebaikanMu yang mengantarkan kami boleh ada hingga saat ini. Kami bersyukur untuk penyertaan dan anugerah Tuhan melalui kesehatan dan nafas kehidupan yang kami rasakan, sehingga kami boleh melakukan segala aktivitas dan pekerjaan yang telah Engkau anugerahkan kepada kami. Dan itu juga ya Tuhan yang mendorong kami saat ini, supaya sebelum kami melanjutkan kegiatan dan aktivitas kami di hari ini, kami terlebih dulu menyerahkan diri kami untuk mendengarkan firmanMu yang menyapa, mengingatkan, dan menguatkan kami. Karena itu, kami siapkan hati dan pikiran kami sepenuhnya ya Tuhan, kiranya engkau berkati agar kami dapat dengan sukacita menerima Firman Tuhan. kami sambut Kasih setia Tuhan di dalam sukacita. Amin.

Renungan 

Bapak/ibu saudara/i yang terkasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, firman Tuhan yang menyapa kita saat ini, sesuai dengan ayat harian Almanak Gereja kita HKBP, tertulis dalam:

Mazmur 119 : 93,

“Untuk selama-lamanya aku tidak melupakan titah-titah-Mu, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku.”

Bapak/ibu saudara/i yang terkasih, siapa manusia yang tidak ingin hidupnya berbahagia? Kemungkinan besar, pasti semua manusia pada umumnya menginginkan supaya hidupnya dipenuhi oleh kebahagiaan. Akan tetapi hal yang harus kita tahu adalah bahwa kebahagiaan tiap-tiap orang itu berbeda. Maka sering orang sedikit keliru mengartikan yang mana “kebahagiaan” dan mana “kesenangan”. Kebahagiaan jauh lebih tinggi maknanya dari hanya “sekedar” senang saja. Kita bisa senang sesaat ketika kita menerima sesuatu yang kita suka, tetapi kita bisa berbahagia selalu di dalam hidup tidak bergantung kepada situasi atau pengaruh dari keadaan sekitar kita. Sederhananya, kesenangan dipengaruhi oleh apa yang kita terima dari sekitar, tetapi kebahagiaan berasal dari dalam diri kita yang mengalami pengalaman atau hubungan pribadi dengan Allah yang kita percaya.

Mazmur 119 secara keseluruhan adalah pasal terpanjang dalam Alkitab dengan 176 ayat yang menekankan betapa kita harus selalu merenungi, mengimani, dan menghidupi firman Tuhan sebagai landasan hidup kita. Tidak benar jika kita berkata bahwa kita mengasihi Tuhan, akan tetapi hidup kita jauh berjalan menyimpang dari apa yang dikehendakiNya. Mazmur 119 ini diawali dengan kata “berbahagialah”. Berbahagia yang dimaksud bukanlah berdasarkan kepada materi yang didapat atau karena sesuatu yang sifatnya sementara. Akan tetapi, kata “berbahagia” ini merujuk kepada situasi sukacita yang dimiliki seseorang karena hidup berdasarkan firman dan perintah dari Tuhan. Ia berbahagia karena berjalan menurut apa yang Tuhan kehendaki. 

Bapak/ibu saudara/i yang terkasih, sebagai orang Kristen yang telah ditebus oleh Kristus, pada dasarnya memang kita tidak boleh menyimpang dari apa yang Tuhan kehendaki, karena tak jarang itu malah membuat kita jatuh ke dalam situasi hidup yang berat, hidup yang penuh beban, dan tentunya semakin menjauhkan diri kita dari Tuhan. Mungkin saja kita bisa merasa senang walaupun jauh dari Tuhan, tapi ingatlah bahwa itu hanya sebatas kesenangan sementara, bukan kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan yang sejati hanya bisa kita dapat ketika kita hidup bersama dengan Kristus.

Pemazmur dalam ayat ini sangat menekankan fokusnya terhadap Firman Tuhan. Ada banyak kata yang dipakai yang memiliki arti yang sama dengan “titah”, yaitu  firman, hukum Tuhan, ketetapan , ajaran , dan juga perintah. Pemazmur sangat menyadari betapa pentingnya untuk mengingat dan mematuhi perintah-perintah Tuhan, karena itu adalah sumber kehidupan. Pemazmur sangat menyadari apa dampak yang ia terima sebagai hasil dari “menggemari Taurat Tuhan”, yaitu pemazmur jauh dari binasa dan sengsara.

Bapak/ibu saudara/i yang terkasih, dikatakan di dalam nats ini bahwa Tuhan menghidupkan lewat TitahNya. Yang dimaksud dengan menghidupkan bukanlah seperti kondisi “orang meninggal yang dibangkitkan kembali”, akan tetapi maksudnya adalah lebih kepada ketika penyadaran bahwa hidup akan berarti dan memiliki makna hanya ketika kita bergantung kepada Allah dan firmanNya. Sebaliknya, hidup akan serasa “mati” ketika kita hanya bergantung kepada keinginan duniawi dan jauh dari Tuhan. Sederhananya, supaya bisa hidup oleh karena Titah, maka hidupilah Titah itu, berpeganglah kepada firmanNya.

Bapak/ibu saudara/i yang terkasih, di dalam hidup kita ada kalimat yang mengatakan demikian: “membuat janji itu mudah, menepatinya yang susah”. Mengucap janji untuk hidup seturut firman Tuhan sangat mudah, tapi menghidupinya yang butuh perjuangan dan komitmen. Sering manusia hanya bisa berjanji tapi tidak ditepati. Pemazmur dalam nats ini mengungkapkan komitmennya, janjinya, tekadnya untuk tidak melupakan titah-titah Tuhan selamanya, karena ia menyadari dengan benar akan kasih setia Tuhan yang membuatnya benar-benar “hidup”. Maka kita pun, marilah mengingat kebaikan-kebaikan Tuhan yang telah kita terima sepanjang hidup kita dari dulu sampai detik ini, sehingga kita bisa memiliki komitmen dan janji yang sama dengan pemazmur ini untuk tidak melupakan titah-titah Tuhan selamanya dan tetap hidup untuk melakukan yang Ia kehendaki,

Bapak/ibu saudara/i yang terkasih, apa yang bisa kita pegang dari nats ini adalah:

Pemazmur mengajak kita untuk berbahagia, namun bukan hanya dengan harta duniawi, mencari pengakuan dalam jabatan, atau sekedar hanya mengincar pujian dari orang lain. Kebahagiaan menurut pemazmur dapat kita peroleh hanya apabila kita bersedia hidup sesuai dengan hukum, aturan, dan jalan Tuhan.

Kita tidak cukup hanya membaca, mempelajari atau mendengarkan hukum Tuhan saja. Akan tetapi ketika kita mau hidup seturut dengan itu, itulah yang dikehendaki oleh Tuhan. 

Setialah, berpeganglah kepada komitmen untuk hidup menuruti firman Tuhan, karena dari sanalah sumber yang membuat hidup kita “benar-benar hidup”. Kebahagiaan yang sejati bisa kita dapatkan hanya jika kita berpegang kepada firmanNya. Kita berpegang, maka jangan sampai lepas. Kita berjanji dan berkomitmen, maka jangan ingkari. Amin. 

Doa Penutup: Marilah kita berdoa! Kami bersyukur ya Tuhan Allah kami untuk kesempatan yang begitu berharga yang engkau berikan kepada kami. Saat ini kami boleh dan telah bersekutu bersama untuk mendengarkan firmanMu yang telah menyapa kami. Biarlah Tuhan rohMu menguatkan kami untuk menjadi orang yang selalu mengingat kebaikan Tuhan, orang yang berkomitmen untuk hidup berpegang dalam firmanMu, sehingga kami boleh selalu menjadi orang yang bersukacita melakukan perintahMu dalam kehidupan kami. Biarlah hidup kami ya Tuhan menjadi berkat bagi banyak orang, lewat pekerjaan, pelayanan dan seluruh cara hidup kami. Tuhan ajari dan kuatkan kami untuk hidup sesuai dengan kehendakMu. Inilah doa dan permohonan kami, di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin. 

C.Pdt. Frans M. Sormin, S.Th (Melayani di Kantor Departemen Koinonia HKBP)