Renungan Harian HKBP | 28 November 2023

Doa Pembuka: Bapa kami yang bertahta di dalam Kerajaan Surga, kami bersyukur untuk kasih setia dan penyertaanMu yang kami terima di hari yang Engkau berikan bagi kami. Terima kasih Bapa untuk sukacita dan semangat baru yang kami peroleh sebagai bekal kami menjalani aktivitas kami satu hari ini. Dan sekarang Tuhan kami akan mendengarkan FirmanMu, kiranya Engkau memberkati hati dan pikiran kami agar kami dapat menerima FirmanMu dan melakukannya di dalam kehidupan kami. Dalam Kristus Yesus kami sampaikan doa kami, Amin.


Renungan: Amsal 12:22 “Orang yang dusta bibirnya kekejian bagi Tuhan, tetapi orang yang berlaku setia dikenanNya.”

Bapak, Ibu serta saudara/i yang terkasih di dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Ada seorang Filsuf Stoa berasal dari Yunani mengatakan sebuah pepatah ‘’kita mempunyai dua telinga dan satu mulut, karena itu kita bisa mendengar dua kali lebih banyak dari pada berbicara’’. Karena sesungguhnya, orang yang pandai bukanlah orang yang banyak berbicara, melainkan orang yang banyak mendengar. Semakin banyak seseorang berbicara dan sedikit mendengar, maka semakin kecil pula dari kata-kata itu yang dapat dipercaya.


Nats kita pada hari ini memperbandingkan dua sikap manusia yang antara lain orang yang dusta bibirnya dengan orang yang berlaku setia. Kita tahu, bahwa Amsal dituliskan oleh raja Salomo yang berisikan nasehat dan pengajaran yang bijaksana. Amsal 12:22 ini menasehatkan agar kita sebagai orang Kristen menyuarakan kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku (Yoh. 14:6), Anak Allah tidak hanya mengatakan kebenaran setiap saat, Dia juga adalah kebenaran itu sendiri. Sedangkan para pendusta, mereka bersaksi melawan Yesus di pengadilan yang berujung pada penyalibanNya, sehingga mereka menghabiskan waktu yang kekal terpisah dari Allah (Wah. 21:8).


Salomo melanjutkan kontras yang dimiliki oleh orang benar yang bijaksana dan orang fasik yang bodoh. Salomo berfokus pada pola bicara mereka yang berbeda. Dia menjelaskan bahwa perkataan seorang pembohong adalah kekejian bagi Tuhan, sedangkan Tuhan berkenan kepada perkataan orang yang bijaksana. Nats ini dengan jelas menunjukkan bahwa sifat dosa merusak diri sendiri dan Allah benar-benar tidak menyukai mereka yang berdusta.


Bagaimana dengan kehidupan kita sehari-hari bapak/ibu dan saudara-saudari yang terkasih, apakah kita menyukai orang yang suka berdusta? Atau apakah kita adalah sipendusta itu? Mari kita renungkan bersama dimanakah posisi kita. Orang seperti apakah yang kita lebih senang bergaul? Sudah pasti rata-rata kita akan menjawab adalah orang yang jujur, orang yang setia, orang yang tidak suka mengarang cerita. Jikapun ada yang memilih tidak suka bergaul dengan orang yang terlalu jujur, maka kita harus menyelidiki kembali apakah pilihan kita itu tepat atau justru menyesatkan diri kita. Orang yang berlaku setia sudah pasti jujur, baik itu setia dalam hal kecil ataupun setia dalam hal yang besar. Tetapi orang yang suka berdusta, sudah pasti tidak setia dan tidak dapat dipercaya. Karena apa yang keluar dari mulutnya bukan lagi sebuah kebenaran.

Kita yang bertindak dengan integritas dan kejujuran akan menyenangkan hati Tuhan. Bertindak dengan setia berarti melakukan segala sesuatu dengan hati nurani yang bersih dan usaha yang tulus melakukan perintah dan ajaran Yesus. Setiap orang percaya pengikut Kristus haruslah orang yang kata-katanya jujur dan dapat diandalkan.


Mungkin kita pernah berada pada situasi yang pelik, dimana ketika kita jujur malah kita semakin dihukum. Kejujuran itu seolah tidak dihargai. Namun kita harus percaya melalui Amsal 12:22 ini, berbicara dengan kejujuran bukan hanya nilai moral, tetapi juga sesuatu yang dihargai oleh Tuhan. Nats ini menekankan pentingnya integritas dalam interaksi kita dengan sesama dan hubungan kita dengan yang Mahakuasa. Mari mulai membangun relasi yang baik dengan sesama yang didasari oleh kejujuran. Kejujuran membawa kita kepada ketulusan, sedangkan dusta akan semakin menenggelamkan kita dalam dosa.


Bapak, ibu, dan saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, melalui nats hari ini, kita disadarkan dan diperhadapkan dengan dua pilihan. Ingin merugikan diri kita dimasa depan atau ingin memetik buah manis dimasa depan. Sekali kita ditemukan berdusta, maka kita akan sangat sulit dipercaya orang lain sekalipun sewaktu-waktu kita jujur. Namun, berulang kali kita jujur dan setia, maka orang-orang akan menaruh kepercayaan dan sukacita bagi kita. Tetapi kita harus ingat, bahwa kejujuran itu harus berulang-ulang dan berlangsung terus menerus. Mari, jangan sampai lelah menjadi orang yang jujur, menjadi orang yang setia, sebab semua kebenaran dan ketulusan yang kita lakukan, dihargai dan berkenan bagi Tuhan. Kiranya kita dimampukan untuk dapat melawan godaan-godaan duniawi dan menjauhkan diri kita dari dusta dan ketidaksetiaan. Tuhan memberkati. Amin.


Doa Penutup: Kami mengucapkan syukur kepadaMu ya Tuhan Allah Bapa kami atas FirmanMu yang sudah kami dengarkan. Kuasailah lidah kami, pikiran kami, hati kami dari dosa yang semakin merajalela dibumi ini. Tuntun kami untuk menjauhi kebohongan, dusta, dan ketidaksetiaan. Sebaliknya ya Tuhan, ajari dan berilah kami kebijaksanaan untuk menjadi orang Kristen yang mencintai kejujuran dan kebijaksanaan. Agar kami dengan berani menyuarakan kebenaran di tengah-tengah dunia ini. Kami mau menyerahkan hidup kami, aktivitas kami sepanjang satu hari ini hanya kepadaMu. Berkatilah kami, dalam Nama AnakMu, Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.


C.Pdt. Jeremy D. Sidauruk, S.Th- Melayani di Kantor Departemen Koinonia HKBP


Pustaka Digital