Renungan Harian HKBP | 31 Oktober 2023

Doa Pembuka: Bapa di sorga, kami mengucap syukur untuk berkat dan penyertaan-Mu bagi kami. Saat ini kami akan merenungkan firman-Mu. Isilah hati dan pikiran kami dengan firman-Mu. Berilah kami hikmat untuk menerimanya. Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin.


Firman Tuhan yang menjadi nas renungan bagi kita pada saat ini adalah nas yang tertulis dalam Ibrani 12: 14.

“Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.”


Saudara-saudara yang terkasih, nas renungan hari ini merupakan bagian dari nasihat supaya bertekun dalam iman. Ada beragam nasihat yang disampaikan yang bertujuan untuk menguatkan pembaca surat ini, yang secara umum menggambarkan penderitaan yang mungkin dihadapi oleh orang-orang percaya. Nasihat-nasihat itu memperlihatkan dengan nyata bahwa hidup sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, tidak selamanya kehidupan itu berjalan mulus. Malahan, karena iman, orang percaya itu bisa saja menghadapi kesulitan atau penderitaan. Yang pasti, surat ini memberikan peneguhan agar sekalipun harus menghadapi penderitaan, orang percaya tidak begitu saja menyerah. Orang beriman harus memiliki ketekunan dan hikmat yang diperlukan untuk bertahan menghadapi tantangan, serta cara hidup yang sesuai sebagaimana harusnya orang beriman.

Nas ini memberi arahan, agar orang percaya berusaha untuk hidup damai dengan semua orang. Artinya, ada upaya yang harus dikerjakan secara proaktif, agar tercipta kehidupan yang damai dengan semua orang. Kita tahu, bahwa hidup damai dengan semua orang, bukanlah perkara gampang. Ada banyak hal yang mungkin menimbulkan gesekan atau perselisihan: apakah itu karena perkataan, pemikiran, perbedaan kepentingan dan lain sebagainya. Karena itu, nasihat yang disampaikan di sini mengatakan: “berusahalah”. Terciptanya keadaan yang damai dengan orang lain, tidak sepenuhnya berada dalam kuasa kita. Karena itu, yang dapat kita lakukan adalah mengerjakan apa yang menjadi bagian kita, yaitu mengusahakan hidup damai itu semampu kita. 

Selanjutnya, nasihat yang disampaikan adalah agar kita mengejar kekudusan. Kalimat ini juga bermakna serupa dengan seruan yang pertama, yakni menekankan upaya yang harus dikerjakan secara proaktif. Kata “mengejar” memberikan gambaran bahwa kekudusan itu adalah sesuatu yang masih harus terus-menerus diupayakan. Perkataan ini sekaligus mengingatkan kita bahwa kekudusan sejatinya tidak berasal dari diri manusia, tetapi dari Allah Mahakudus itu. Allah begitu kudus sehingga manusia yang berdosa tidak layak untuk melihat-Nya. Yesaya misalnya, menyadari bahwa dia yang berdosa akan mati bila bertemu dengan Allah yang kudus (Yes. 6:4).

Saudara-saudara terkasih, seruan yang disampaikan dalam nas renungan ini, bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, namun bukan juga merupakan sesuatu yang mustahil. Mengupayakan kehidupan yang damai dengan semua orang, sekaligus mengejar kekudusan, membutuhkan suatu upaya yang sungguh-sungguh. Tantangan yang mungkin akan dihadapi juga tidak sedikit. Butuh kesabaran, ketekunan, dan mungkin pengorbanan untuk dapat memenuhi seruan ini. Itu sebabnya tidak semua orang mampu melakukannya. Lalu, apakah kita juga termasuk ke dalam kelompok yang tidak mampu itu? Bila kita hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri sudah barang tentu kita tidak akan mampu melakukannya. Kita tak mungkin mengandalkan pikiran kita juga. Harta, jabatan dan relasi pun belum tentu dapat diandalkan untuk mewujudkan semua itu. Namun, bila kita memohon kekuatan dan hikmat dari TUHAN, kita akan dimampukan melakukannya. Sekalipun sulit, banyak tantangan yang mungkin melemahkan, tapi dengan pertolongan TUHAN, kita tentu akan dapat bertahan dan bertekun di dalamnya. Percayalah kepada-Nya. Amin.


Doa Penutup: Terima kasih Tuhan untuk hari yang Engkau berikan bagi kami. Kami bersyukur untuk kasih setiaMu yang Engkau berikan bagi kami. Kami telah mendengarkan firman-Mu, biarlah firman-Mu mengisi hati dan pikiran kami. Kami berdoa kiranya Tuhan memberkati kami agar kami dapat menjadi pembawa kedamaian di tempat di mana kami berada. Dan tuntunlah kami agar kami mengejar kekudusan hidup, sehingga melalui kehidupan kami, nama-Mu senantiasa dipermuliakan. Biarlah kiranya perkataan, perbuatan dan pikiran kami senantiasa tertuju untuk memuliakan nama-Mu. Di dalam nama anak-Mu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.


Pdt. Samuel D. Sigalingging (Kabag. Adm. Departemen Koinonia HKBP)

Pustaka Digital