Renungan Harian HKBP | 7 Desember 2023

Nas: Yehezkiel 45:9

Beginilah firman Tuhan ALLAH: ”Cukuplah itu, hai raja-raja Israel, jauhkanlah kekerasan dan aniaya, tetapi lakukanlah keadilan dan kebenaran; hentikanlah kekerasanmu yang mengusir umat-Ku dari tanah miliknya, demikianlah firman Tuhan Allah. 

Doa Pembuka: Allah Bapa Kami yang berada di kerajaan Surga, kami sungguh berterima kasih kepada-Mu karena begitu besar kasih-Mu yang dapat kami rasakan di dalam kehidupan kami saat ini. Ya Allah, sebentar lagi kami akan mendengar Firman-Mu, berkatilah hati dan pikiran kami, agar kami bisa mengerti Firman-Mu serta melakukannya di dalam kehidupan kami. Terima kasih Tuhan, Di dalam nama Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap syukur.Amin.

Jadilah Pembawa Damai ditengah-tengah Dunia

Dalam perkembangan kita saat ini, umat manusia sudah merasakan kekerasan satu sama lain. Di masa lalu hingga masa kini, sudah banyak kali penindasan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Banyak sekali cerita di Alkitab Perjanjian Lama menjelaskan penindasan yang dirasakan oleh umat Allah yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain. Mereka bukan saja membunuh manusia, bahkan lebih para lagi memperbudak orang tersebut untuk bekerja bagi mereka. Banyak sekali kekerasan-kekerasan yang dirasakan oleh umat Allah di dalam perkembangannya. Mereka juga membunuh satu sama lain dengan cara mereka sendiri. Akan tetapi, pada saat ini pun sudah banyak sekali penindasan dari yang terkecil hingga yang terbesar. Banyak sekali peperangan yang muncul karena keserakahan manusia itu sendiri. Dari yang terkecil misalnya banyak orang yang melakukan pembullyan kepada temannya, karena ia merasa dirinya lebih superior dari orang lain. Ya, begitulah realita dunia kita saat ini, hidup damai hanyalah mimpi belaka, dan susah untuk dilaksanakan. 

Firman Tuhan kita pada saat ini dalam Yehezkiel 45:9 menjelaskan tentang kekerasan dan aniaya. Banyak sekali raja-raja yang melakukan tindakan kekerasan karena melakukan pemerasan berupa tanah pusaka di antara suku-suku Israel. Mereka menganiaya umat dengan mengumpulkan pajak dan memerasnya hingga kering. Pada saat itu, raja sangat memiliki kekuatan yang cukup untuk mengumpulkan upeti kepada mereka dengan kekuatan yang mereka sendiri. Tidak ada kepemimpinan yang adil dan transparan, serta tanggung jawab untuk keadilan bagi umat Allah. Mereka hanya mau menindas, mengeksploitasi atau memeras rakyat untuk keuntungan pribadi mereka sendiri. Biasanya jika masyarakat, jika memperdebatkan soal tanah, hal ini sangat penting, dan akan ada perselisihan yang muncul ditengah-tengah keluarga tersebut. Akan ada penindasan yang dilakukan padahal sama-sama keluarga. Yang paling memiliki pengaruh akan menindas yang lemah lembut karena tidak bisa melakukan apa-apa. Jika mereka memiliki kuasa maka mereka akan melakukan segalanya untuk merebut segalanya yang ada didepannya. Itulah manusia kalau sudah hidup di dalam dosa kerekahan. Tidak ada yang dipikirkan. Semua mau direbut dan diambil.

Yang menarik dari firman Allah disini, dikatakan ”Cukup bagimu” yang dalam bahasa Ibrani disebut sebagai rab lakh yang berarti ”cukup” atau ”lebih dari cukup” yang menyiratkan ide bahwa sesuatu tersebut sudah cukup memadai. Tidak boleh lebih, atau mau merengut segalanya dengan kekuatan yang kita punya. Nah, dari sinilah kita pahami untuk hidup bukan untuk melakukan penindasan, tetapi kita hidup dengan berkecukupan dengan segala yang kita punya. Kita harus mau menjadi pembawa damai dengan memberikan setiap hak-hak orang lain yang mereka punya. Kita tidak boleh merengut hal tersebut. Karena hidup kita sudah lebih dari cukup, kita bisa hidup dengan kesederhanaan, kemewahaan, kehidupan yang begitu tenang, itu bukan karena tangan kita saja, tetapi ada nyata pekerjaan Tuhan di dalam hidup kita. Kita harus mampu menahan diri dengan apa yang kita punya. Kita juga harus beranggapan hidup kita sudah lebih dari cukup. Kita mampu menahan diri sendiri maka kita bisa hidup tanpa serakah. Hidup yang jauh dari penindasan. Hidup yang mau menaladani dengan kerukunan dan keadilan. Contohlah kehidupan Tuhan Yesus yang menampilkan sisi keugahariannya yang tidak berkelebihan, bahkan dia merasa HidupNya sudah lebih dari cukup tanpa melihat sekelilingnya. Orang-orang pada saat itu, berlomba-lomba untuk melihat kemuliaan dunia, akan tetapi Tuhan Yesus mengajarkan kesederhanaan yang tidak mau menindas orang lain. Bahkan Yesus itu sendiri sebagai simbol perlawanan penindasan bagi umat Israel. Maka dari itu, kita pun sebagai umat Allah, harus menciptakan perdamaian dengan melawan penindasan. Penindasan harus kita hentikan dengan perdamaian. Kita harus melawan dengan penuh kasih dan pengharapan, itulah yang terpenting dalam hidup kita. Kiranya Allah memampukan kita untuk melakukannya.

Doa Penutup: Ya Allah Bapa yang bertahta di dalam kerajaan Surga, terima kasih Tuhan atas firman Mu yang Engkau berikan kepada kami, kiranya kami dikuatkan menjadi seorang yang mau membantu orang lain di dalam kehidupan kami sehari-hari, dan kami dikuatkan untuk menjalaninya di dalam kehidupan kami. Kami sadar Tuhan bahwa Engkau pun sebagai gembala sangat menyayangi domba-dombanya yaitu kami. Kiranya Engkau selalu memberikan damai sejahtera kepada kami dalam kehidupan kami sehari-hari. Terima kasih Tuhan, di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus. Amin. 

C.Pdt. Philip Timoteus Nainggolan- LPP I di kantor Departemen Marturia HKBP

Pustaka Digital