Renungan Harian HKBP (Epistel) | 19 November 2023

Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran manusia, itulah kiranya memberkati hati dan pikiranmu, dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita yang hidup. Amin.   

Judul Renungan: “JANGAN MELUPAKAN TUHAN”

Nats Renungan: Yakobus 1 : 22 – 25  

[22] Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

[23] Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. 

[24] Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.

[25] Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

Topik Minggu hari ini: “Jangan Melupakan Tuhan!” Itu berarti, kita diminta dan dihimbau untuk selalu mengingat Tuhan. Mengingat Tuhan, bukan hanya mengingat pribadi Tuhan sebagai Pencipta dan Penyelamat. Mengingat Tuhan, berarti ingat akan firmanNya, titahNya, perintahNya dan berusaha melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya seorang anak yang tinggal jauh dari kedua orangtuanya, apakah karena melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (kuliah di Perguruan Tinggi/Universitas) atau karena merantau ke tempat yang jauh untuk mencari pekerjaan; setiap kali rindu atau mengingat orangtuanya, pastilah yang diingat bukan hanya wajah kedua orangtuanya, tetapi juga nasehat-nasehat dan petuah-petuah orangtuanya.

Rasul Yakobus dalam kitab Yakobus menekankan arti pentingnya perbuatan sebagai buah dari iman kita kepada Tuhan. Orang yang beriman harus menunjukkan imannya melalui perbuatan. “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (2:17). Yesus sendiri juga mengatakan: “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan! Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga” (Matius 7:21). Sementara dalam pemahaman iman Kristen, keselamatan itu diperoleh atas jalan iman dan bukan karena perbuatan. Sebab jika keselamatan bisa diperoleh dengan jalan perbuatan, tentu Yesus Kristus tidak perlu datang ke dunia untuk disalibkan. Paulus sendiri mengungkapkan: Karena kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena melakukan Hukum Taurat” (Rm.3:28).Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: orang benar akan hidup oleh iman (Rm.1:16-17).

Secara pemahaman iman Kristiani tentang “keselamatan”, manusia diselamatkan oleh iman, bukan oleh perbuatan. Tuhan Yesus sendiri mengatakan hal itu di Yohannes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya Yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yang disebutkan yang mendapatkan hidup yang kekal adalah mereka yang percaya kepada Dia atau Yesus Kristus. 

Jika Tuhan Yesus sendiri telah menekankan kata percaya dalam Yohannes 3:16, dan kemudian digarisbawahi oleh Rasul Paulus, mengapa Rasul Yakobus dalam surat-suratnya menekankan “perbuatan”? Tidakkah di sini Yakobus bertentangan dengan Paulus, dan dengan demikian bertentangan pula dengan Yesus Kristus? Kita terkejut membaca dalam Yakobus 2:24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.” Ayat ini menekankan perbuatan, dan seakan-akan membantah iman. Mengapa demikian? Sebagai penjelasan, Yakobus menjawab dalam pasal ayat 26 Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian juga iman tanpa perbuatan adalah mati.” Jelas bahwa yang diserang Yakobus di sini bukanlah iman yang sejati sebagaimana yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dan Paulus. Yang diserang oleh Yakobus di sini adalah iman yang palsu, iman yang tidak berbuat apa-apa, lebih tegas: “iman yang mati.” (2:17).

Surat Yakobus adalah nasehat tentang kehidupan praktis Kristen. Karena banyak orang Kristen yang rajin membaca dan mendengar firman Tuhan, bahkan banyak orang Kristen yang memperdalam pengetahuannya tentang Alkitab (firman Tuhan) melalui kursus-kursus Alkitab, bahkan ada yang kemudian masuk ke Sekolah Tinggi Theologia (STT); tetapi tidak melakukan dan tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan. Membaca, mendengarkan dan memahami firman Tuhan, mungkin sangat mudah, yang sulit adalah melakukannya. Itu sebabnya di ayat 22-23 dengan jelas dikatakan oleh Yakobus: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.” Hal ini mau mengingatkan orang Kristen agar jangan seperti orang Farisi, Saduki dan ahli Taurat, yang pintar dalam menghafal ayat-ayat Alkitab, tetapi mereka sering abai dalam praktek atau dalam melakukannya dalam kehidupan sehari-hari; bangga dengan imannya, tetapi tidak berbuat bagi orang lain. Mendengar firman Tuhan sangatlah penting, tetapi tidak cukup hanya mendengar, melainkan harus sampai pada penerapan atau melakukannya. Kalau hanya mendengar tanpa melakukan firman Tuhan, sama dengan menipu diri sendiri.

Iman yang benar tidak boleh disembunyikan. Rasul Yakobus membandingkan iman itu dengan kasih. Iman tanpa perbuatan tidak berbeda dengan kasih tanpa perbuatan. Ia berkata: Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (2:15-17). Amin!

Doa Penutup: Tuhan Allah Bapa kami yang bertakhta di dalam Kerajaan Sorga, yang kami kenal di dalam nama AnakMu Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup. Terimakasih Tuhan untuk FirmanMu yang telah menyapa kami pada hari ini. Berkati dan sertai kami dalam melakukan kehendakMu di dalam kehidupan kami sehari-hari; agar kami dapat hidup seturut dengan kehendakMu. Agar kami dapat menunjukkan sikap dan perilaku hidup yang baik di dalam kehidupan kami sehari-hari, sebagai buah dari iman kami kepadaMu. Jauhkan kami dari pencobaan, dari perbuatan-perbuatan dosa dan kejahatan, yang dapat menjauhkan kami dari hadapanmu. Berkati, sertai dan tolong kami dalam menghadapi berbagai macam kesulitan yang bisa saja terjadi dalam hidup kami. Agar kami tidak hanya mengandalkan diri dan kemampuan kami. Ajar kami untuk senantiasa mempercayakan hidup kami hanya kepadaMu saja. 

Berkati keluarga dan saudara-saudara kami, di manapun mereka berada pada saat ini, agar kiranya Tuhan senantiasa menjaga dan memberkati mereka, supaya di waktu yang akan datang kami dapat bertemu dalam keadaan sehat dan penuh sukacita. Kiranya Tuhan juga berkenan mencukupkan kebutuhan hidup kami sehari-hari. Bila kami menerima berkat dan anugrahMu, ajar dan ingatkan kami untuk senantiasa mensyukurinya kepadaMu. Di atas segala permohonan kami, hapuskan dosa dan kesalahan yang kami perbuat, agar kami layak di hadapanMu. Dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin! 

Pdt. Manaris Rikson Edianto Simatupang, M.Th – Bendahara Umum HKBP