Renungan Harian HKBP (Evenggelium) | 26 November 2023


Bapa Ibu Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus...

Syalom dan Selamat hari Minggu.

Untuk mengawali Minggu ini, kita akan bersekutu dengan Tuhan melalui Firmannya. Untuk itu, marilah kita berdoa! 


“Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, kiranya menyertai hati dan pikiran saudara/i, dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Amin”


Firman Tuhan yang menjadi khotbah buat kita pada Minggu 26 November 2023, tertulis dalam :


Wahyu 21 : 1 – 4


Langit yang baru dan bumi yang baru

Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru  sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. 


Dan aku melihat kota yang kudus,  Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah,  yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. 


Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah  mereka. 


Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut  tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.

Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus…

Menurut kelender gerejawi, hari ini kita memasuki “Akhir Tahun Gerejawi” yang di HKBP selalu disatukan dengan Minggu Peringatan Orang Meninggal. Dan minggu depan kita akan memasuki minggu-minggu Advent, minggu penantian akan kedatang Yesus. 


Tadi sudah kita dengar nama-nama jemaat yang meninggal sepanjang tahun Gerejawi ini. Namun satu hal yang harus kita ingat bersama, ibadah mengenang orang yang sudah mendahului kita, bukan berarti kita mendoakan keselamatan mereka. Justru kita berdoa untuk mensyukuri arti dan karya hidup mereka yang boleh jadi teladan buat kita yang masih hidup hingga hari ini. Kenapa ? Sesuai dengan konfessi HKBP, bahwa kita yang masih hidup tidak punya hubungan apapun dengan yang sudah meninggal. Dan yang sudah meninggal tidak bisa lagi memberi berkat buat kita yang masih hidup. 


Jadi kalau hari ini kita melaksanakan peringatan akan orang yang meninggal, ini sebetulnya justru berhubungan dengan diri kita sendiri. Melalui ibadah ini, kita hendak diingatkan bahwa kelak kitapun akan meninggal juga. Itu yang dikatakan dengan memento mori (Bahasa Lathin), ingatlah bahwa saudara akan mati juga, kita akan check-out dari dunia ini, walau kapan waktunya dan bagaimana caranya kita tidak ada yang tahu. Namun satu hal yang harus selalu kita ingat, kalau satu tahun berlalu, itu artinya satu tahun umur kita berkurang (bukan bertambah), sekaligus kita sudah semakin dekat ke ajal kita. Oleh karena itu saya kira, sangat perlu kita belajar dari PeMazmur bagaimana bersikap, mempersiapkan diri untuk menghadap Tuhan. Lihatlah di Mazmur 90, 12 peMazmur mengataan “ajarlah kami untuk menghitung hari-hari kami, agar kami memperoleh hati yang bijak” PeMazmur mengemas mementomorinya, penantiannya akan hari kematiannya dengan meminta agar Tuhan terus mengajarinya mengisi hidup ini melalui hati yang bijak. Kenapa ?. Karena peMazmur sadar, bahwa kehidupan di dunia ini sangat terbatas. Ada limitnya, oleh karena itu di tengah waktu/kesempatan yang terbatas itu, perlu disikapi dengan sebaik mungkin, agar tidak satu hari pun dalam kehidupan kita berlalu sia-sia tanpa melakukan yang terbaik. 


Dan ini juga yang hendak diingatkan kepada kita hari ini, bahwa semuanya akan berlalu, dan pada waktunya nanti Tuhan akan datang sebagai hakim, untuk memisahkan orang yang jahat dan benar. Hari-hari ini adalah hari penantian buat kita.  Oleh karena itu perlu persiapan yang baik, karena menanti bukanlah pekerjaan yang mudah. 


Saudara/i… saya kira…pengalaman itu acap menggoda kita di dunia ini. Sehingga banyak orang yang mengira bahwa tujuannya hanya kehidupan di dunia ini saja. Dagangan, harta, istri, jabatan, sering kali menggoda kita sehingga tidak mampu setia dan taat melaksanakan tugas utama yang telah Tuhan berikan kepada kita, karena kenikmatan dunia, kita sering melupakan sorga dan kehidupan kekal.


Kenapa hal itu terjadi ?. Karena banyak orang yang berpikir bahwa cerita tentang kedatangan Yesus yang kedua, tentang penghakiman itu hanya sebagai ancaman yang menakut-nakuti saja, yang belum tentu ada. Tetapi hari ini hendak ditegaskan kepada kita, bahwa pada waktunya hari Tuhan akan datang, dan pada saat itu, Dia akan hadir sebagai hakim yang akan memisahkan yang baik dan yang benar. 


Saudara/i... memang ada dua peristiwa penting dan yang memberi dampak yang sangat besar dalam kehidupan setiap kita, yaitu kelahiran dan kematian. Karena kelahiran maka kita ada di dunia ini, kita belajar, kita bekerja, kita melakukan ini dan itu, menjadi begini, itu karena kita dilahirkan oleh ibu kita.  Kalau kita tidak dilahirkan, maka tidak mungkin kita mengikuti ibadah sekarang. 


Sejajar dengan itu, karena kematianlah maka kita tidak akan ada lagi di dunia ini. Karena kematianlah maka kita tidak bisa belajar, tidak bisa bekerja, tidak bisa melakukan ini dan itu. Tetapi antara kelahiran dan kematian ada perbedaan yang begitu besar dan sangat mendasar. Kelahiran ada dibelakang kita, sehingga tentang kelahiran, kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk memberi arti tentang kelahiran kita sendiri. Namun berbeda  dengan kematian. Karena kematian justru ada di depan kita. Maka kita masih dapat berbuat sesuatu untuk memberi arti dan makna pada kematian kita. Dkl, untuk kematian masih bisa kita persiapkan. 


Hal ini tentulah sangat perlu untuk kita renungkan, karena kematian sebetulnya berimplikasi pada dua kejadian yang sangat besar.  Implikasi pertama, adalah bahwa kalau kita mati, itu artinya kita akan meninggalkan segala sesuatu yang ada pada kita.  Kita akan meninggalkan sanak keluarga, sahabat, pekerjaan, kedudukan, semua harta benda kita, dsb. Untuk selama-lamanya kita akan pergi dari rumah kita bahkan dari dunia ini, dan tidak akan pernah kembali lagi. Saya tidak tau, apa hal ini pernah sungguh-sungguh saudara pikirkan, karena ternyata perpisahan karena kematian itu, adalah perpisahan total dan drastis. 


Oleh karena itu, masaing-masing kita perlu bertanya, apakah kita pernah menilai hidup yang akan kita tinggalkan nanti. Adakah sumbangan yang berguna yang bisa kita tinggalkan nanti untuk sanak keluarga, sahabat dan dunia ini?  Ini perlu untuk kita renungkan dari sekarang. 


Implikasi yang kedua, kalau kita mati itu artinya kita pergi untuk menghadap Tuhan. Bagaimana perasaan sudara tentang hal ini, pakah senang atau malah takut, sungkan, malu, ngeri atau apa ? Dan dari sekarang, silahkan saudara pikirkan, apa yang akan saudara perbuat, begitu saudara bertemu dengan Tuhan ?. Apa kalimat saudara yang pertama kepada Tuhan ? Atau sebaliknya, pernahkah saudara bayangkan, begitu Tuhan melihat saudara, kira-kira apa reaksi Tuhan ? Apakah Tuhan akan tersenyum menyambut saudara, merangkul  dan mempersilahkan saudara duduk dan makan; atau malah sebaliknya Tuhan melotot, cemberut bahkan buang muka. 

Sekali lagi, tolong direnungkan, mumpung masih diberi kesempatan untuk hidup, kita masih bisa mempersiapkan diri untuk menghadap Tuhan. Karena mau tidak mau, siap atau tidak siap, kematian pada saatnya nanti akan datang juga. Tetapi Amos di Amos 4,12 sangat tegas mengatakan “bersiaplah untuk bertemu dengan Tuhan Allahmu...”.  


Ini juga yang dijelaskan dalam nats ini. Disini Tuhan berjanji akan memberikan langit yang baru dan bumi yang baru bagi kita yang percaya kepadaNya.  Langit dan bumi yang lama akan berlalu. Allah mengasihi semua ciptaan dengan cara menopang semuanya itu. Dan, kasih Allah tidak berhenti sampai di situ saja. Dunia yang sudah rusak oleh dosa ini tidak hanya terus-menerus ditopang, tetapi suatu hari kelak akan direstorasi, diperbarui. Inilah tema khotbah kita hari ini “Menyongsong langit dan bumi yang baru”.


Apa saja yang dibarui, itu yang diterangkan dalam nats ini. Pertama, Allah membarui seluruh ciptaan (ayat 1). Ungkapan “langit dan bumi” ini merujuk pada seluruh ciptaan (Kej 1:1; 2:4; Kel 31:17) dan bersifat komprehensif. Pembaruan ini tidak akan terjadi selama yang lama masih ada (ayat 1b “sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama tidak ada lagi”). Yang lama dibinasakan oleh api (2 Pet 3:10-12), sehingga kita dapat memasuki yang baru (2 Pet 3:13). Langit dan bumi yang baru inilah yang disebut surga di masa depan. 


Bahkan di ayat 1c dikatakan, bahwa bumi yang dibarui atau direstorasi tersebut tidak memiliki laut lagi. Dalam mitologi kuno, laut dipandang sebagai tempat yang misterius dan menakutkan. Dewa-dewa yang jahat dan kuat menguasainya. Dalam Kitab Wahyu laut juga berkonotasi negatif. Laut adalah sumber dari binatang yang melawan Allah (13:1-10). Tetapi ketidak-adaan laut di masa mendatang, merupakan bukti kemenangan Tuhan atas semuanya itu.


Pembaruan seluruh ciptaan merupakan konsep yang diajarkan secara konsisten di dalam Alkitab. Nabi Yesaya juga sudah menubuatkan hal ini dalam gambaran yang begitu gamblang (Yes 65:17-25 yang menjadi Epistel Minggu ini). Paulus mengajarkan bahwa yang menantikan pembaruan segala sesuatu bukan hanya orang-orang Kristen, melainkan seluruh makhluk (Rm 8:19-23). 


Kedua, Allah membarui relasi dengan umat-Nya (ayat 2-3). Ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Yekezkiel 36:26 menulis, ”Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan kuberikan hati yang baru dan roh yang baru di dalam batinmu dan aku akan menjauhkan dari padamu hati yang keras dan kuberikan kepadamu hati yang taat”. Allah membarui hati manusia sehingga bisa memperbaiki relasi antar sesama dan dengan seluruh ciptaan lainnya. 


Ketika kita membuka hati untuk Allah dan menginjinkan Dia masuk dalam hati kita, maka hati kita akan diubah menjadi hati yang baru. Allah akan menjauhkan hati yang keras, yang sudah tercemar oleh berbagai macam kejahatan, dan memberi kita sebuah hati yang bersih, dan taat kepada-Nya. 


Dan yang ketiga, Allah meniadakan kerusakan ciptaan (ayat 4). Kita semua sadar bahwa dunia yang sekarang ini bukanlah tempat yang sempurna. Dosa telah mengubah wajah dunia secara signifikan (bdk. Kej 3:16-19). Dosa adalah pintu masuk bagi semua derita. Penderitaan menjadi begitu terbiasa bagi kita. Kehilangan tak terhindarkan. Kematian pun tidak terelakkan. Tidak peduli seberapa baik kualitas kehidupan kita, penderitaan dan kematian pasti akan menghampiri. Tidak ada seorang pun yang kebal kesusahan.


Tetapi di langit dan bumi yang baru nanti, semua carut-marut akibat dosa ini tidak akan ada lagi. Segala sesuatu yang membawa kesusahan dan kesedihan akan berlalu. Allah akan menghapus semua air mata umat-Nya (Why 7:16-17). Kita tidak lagi mengalami hal-hal yang menyakitkan dan kematian.


Saudara/i… ini hendak menegaskan kepada kita bahwa Tuhan merencanakan masa depan yang baru bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Sekalipun untuk mencapai hal itu, terkadang Tuhan membawa kita dalam masa-masa seolah-olah kita ada di padang gurun, tetapi percayalah bahwa akhir perjalanan kita adalah Kanaan yang indah. Jangan menyerah, Tetaplah semangat dan berjalan bersama Dia, sebab Dia akan datang untuk membuat segalanya baru. Hati yang baru, masa depan yang baru dan tempat yang baru. Amin


Pdt. Rostetty Lumbantobing, S.Th (Kabiro Ibadah Musik HKBP)



Pustaka Digital