Renungan Harian HKBP (Khotbah Evangelium) | 29 Oktober 2023

Syalom dan Selamat hari Minggu. Untuk mengawali Minggu ini, kita akan bersekutu dengan Tuhan melalui Firmannya. Namun sebelumnya, marilah kita berdoa! 

Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, kiranya menyertai hati dan pikiran saudara/i, dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Amin.

Firman Tuhan yang menjadi khotbah buat kita pada Minggu XXI Setelah Trinitatis tgl. 29 Oktober 2023 hari ini, tertulis dalam :

1 Tesalonika 2 : 1-8

Pelayanan Paulus di Tesalonika

1 Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia. 

2 Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat. 

3 Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya. 

4 Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil  kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati  kita. 

5 Karena kami tidak pernah bermulut manis, hal itu kamu ketahui dan tidak pernah mempunyai maksud loba  yang tersembunyi Allah adalah saksi. 

6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus. 

7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya 

8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.

Bapa/Ibu, Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus…

Tema minggu ini adalah “Keberanian memberitakan Injil karena pertolongan Tuhan”. 

Saat membaca surat kepada jemaat Tesalonika ini, kita diajak untuk membayangkan suasana jemaat Tesalonika pada waktu itu. Paulus merasa terganggu akibat pengajar-pengajar palsu dan pengejaran terhadap jemaat Tesalonika yang telah dibinanya. Terlebih ketika peristiwa itu terjadi, Paulus berada jauh dari jemaat binaannya tersebut. 

Memang Paulus sudah mengutus muridnya Timotius, namun laporan-laporan Timotius belum bisa menenteramkan hatinya. Ia masih ingin bertemu dengan jemaat Tesalonika untuk belajar bersama tentang nilai-nilai iman dan harapan dalam perjuangan selanjutnya.

Paulus menyampaikan testimoni berupa kesaksian bagaimana pengalamannya di Filipi, ia di hina dan di aniaya. Namun dengan pertolongan Allah, Paulus tetap mempunyai keberanian untuk menyampaikan Kabar Baik. 

Tantangan, hambatan, kesengsaraan tidak membuat Paulus menyerah untuk memberitakan Kabar Baik, sebaliknya bagi Paulus tantangan itu justru menjadi peluang.

Paulus yang telah mengalami kasih Allah yang besar menggerakkannya untuk pergi memberitakan keselamatan dari Tuhan bagi dunia (Kis.9:15). Sehingga Paulus menyatakan “celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor. 9:16). Paulus menekankan bahwa pelayanannya bukan berdasarkan tipu daya maupun untuk mencari pujian dari manusia, namun karena Tuhan mempercayakan dan menolong Paulus memberitakan Injil. 

Keberhasilan pekabaran Injil semata-mata adalah karena pertolongan Tuhan dan juga semangat kasih Allah yang tertanam dalam dirinya, sehingga segala bentuk rintangan dan tantangan yang dihadapinya dalam pekabaran Injil, dapat dilalui.

Dasar pekabaran Injil yang boleh diterangkan oleh Paulus ini adalah supaya pelayanan yang telah tertanam pada jemaat Tesalonika tidak rusak akibat tuduhan-tuduhan orang Yahudi yang iri tentang dirinya yang menyatakan ajarannya adalah suatu tipu daya, kebohongan dan juga memberikan ajaran dengan maksud lain. Maka di ay. 7, Paulus mengungkapkan sikapnya, yaitu motivasi dalam dirinya untuk memberitakan Injil seperti perbuatan “seorang ibu mengawasi dan merawati anaknya” Bagaimana seorang ibu yang mengasihi anaknya akan mencurahkan kasih sayang dengan ketulusan dan kemurnian yang akan mengarahkan dan mendidik anaknya kejalan yang benar. Motivasi memberitakan Injil tidak lahir dari keinginan untuk menyenangkan hati manusia, tetapi hanyalah untuk menyenangkan hati Allah. 

Jemaat yang dikasihi Tuhan…

Hari ini kita belajar dari Paulus. Sesuai testimony atau kesaksiannya, Paulus mengalami tantangan yang luar biasa, baik saat menyampaikan Kabar Baik di Filipi, Paulus dihina, diseret, dianiaya, dilemparkan ke penjara, kakinya dibelenggu dalam pasungan. Demikian juga saat di Tesalonika, Paulus memberitakan Mesias, yaitu Yesus, ternyata orang-orang Yahudi menjadi iri hati, dan sepakat dengan para penjahat mengadakan keributan dan kekacauan serta menghadapkan Paulus kepada sidang rakyat. 

Paulus dicap pengacau, melawan ketetapan Kaisar dengan mengatakan ada seorang raja lain, yaitu Yesus. Inilah kondisi yang menyebabkan Paulus disingkirkan dengan paksa dari Tesalonika menuju Berea. Paulus sangat rindu sekali dapat bertemu dengan orang-orang Kristen di Tesalonika. Kerinduan ini dinyatakan Paulus pada pasal 2:17 “Tetapi kami, saudara-saudara yang seketika terpisah dari kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu”.

Saudara/i yang dikasihi Tuhan…Kalau kita merenungkan beratnya beban yang dialami Paulus sebagai Pembawa Kabar Baik, saat di Filipi yang lemparkan ke dalam penjara dan dimasukkan ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kakinya dengan pasungan yang kuat, namun Tuhan tidak tinggal diam. Saat Paulus berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah di tengah malam, Tuhan mendengar seru permohonan Paulus dengan terjadinya gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah, dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semuanya.

Demikian juga di Tesalonika, saat Paulus dituduh sebagai pengacau dan mau menghadapkan Paulus kepada sidang rakyat, maka malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus berangkat ke Berea. Apa artinya? Tuhan menolong Paulus, sehingga ada-ada saja jalan keluarnya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!

Melalui perikop ini juga kita belajar bagaimana Paulus menanggapi pemberitaan palsu tersebut, dengan pernyataan bahwa kedatangan Paulus yang pertama kali ke Tesalonika untuk memberitakan Kabar Baik, tidaklah sia-sia.

Berkat pertolongan Allah, Paulus mempunyai keberanian. Walaupun hampir disemua tempat ada perlawanan, banyak orang berusaha membungkamkan dan mencegah Paulus memberitakan Kabar Baik, tetapi hal itu tidak membuat Paulus trauma. Allah telah memberikan kekuatan esktra dan membuang rasa takut di hati Paulus. Terlebih Kabar Baik yang diberitakan Paulus, fokus berita tentang Tuhan Yesus Kristus, dan berasal daripada Allah, bukan yang lain-lain apalagi tentang dirinya. Kristus adalah isi pemberitaan, sedangkan Allah adalah sumber Kabar Baik itu sendiri. Tidak ada pikiran-pikiran yang buruk atau mencoba menipu siapa pun.

Di Mazmur 1:1-6, kita bisa melihat dampak Pembawa Kabar Baik yang benar, terungkap dalam tanda-tanda kebenaran, kasih, ketaatan kepada Firman Allah, maka hidupnya selalu diberkati dan berbahagia. Sebaliknya orang fasik, yang hidupnya tidak tinggal dalam Firman Allah, dan kesukaannya berbuat dosa, akan menerima penghukuman Allah. Oleh karena itu, kita harus punya hasrat, keinginan yang sungguh-sungguh hanya untuk menyenangkan hati Allah. 

Saudara/i...

Kenapa Paulus mampu melakukan itu ? Itu dikarenakan adanya perjumpaan dan hubungan yang erat dengan Tuhan. Pengalaman iman bersama Tuhan yang akan mendorong kita untuk mampu menjadi pelayan dan jemaat yang missioner. Karena jika seseorang tidak dapat menyadari dan mengakui kasih Tuhan dalam hidupnya, bagaimana mungkin dia mampu menyatakan kasih Tuhan kepada sesamanya? Maka dalam nats ini, Paulus ingin menyatakan bahwa kelayakannya memberitakan Injil lahir dari responnya atas kasih Tuhan yang telah dinyatakan atas hidupnya. Sehingga yang dilakukannya hanyalah untuk menyenangkan hati Allah sebagaimana dia telah menjadi saksi akan kasih Allah yang besar. 

Motivasi pelayanan Paulus ini mengingatkan kita akan panggilan Tuhan bagi umatNya untuk menjadi saksi-saksiNya di dunia. Sebagai seorang yang telah merasakan kasih Allah yang besar, maka selayaknyalah kita bersaksi akan kasih yang telah kita terima dari Tuhan. 

Paulus memperlihatkan kuasa kasih Allah telah mengubah pandangan hidupnya, bahwa pemberitaan Injil yang dilakukannya adalah wujud dari respon kasih Allah yang dicurahkan atas hidupnya. Maka kesadaran kita akan kasih Allah pastinya akan mengubah cara pandang hidup hanya untuk kemuliaan Tuhan. Kita akan seperti pohon di tepi aliran air yang menghasilkan buahnya pada musimnya (Mzm. 1:1-6), dan kita memuliakan Tuhan karena kasih Tuhan itu mengaliri kehidupan kita.

Sebagai pelayan maupun orang-orang yang percaya kepada Kristus, kita tidak sedang mencari dan berbuat sesuatu yang akan binasa, tetapi berbuat untuk hal yang kekal. Seperti yang dikatakan oleh Paulus di Galatia 1:10“Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus”.

Maka setiap pelayanan, kasih dan keramahan yang kita lakukan, adalah buah keselamatan yang telah dinyatakan Allah atas hidup kita, dan bukan karena niat yang lahir dari kehendak dan keinginan daging kita. Amin

Doa Penutup: Kita berdoa! Terima kasih ya Tuhan atas Minggu yang baru yang Tuhan hadiahkan untuk kami. Terimakasih juga atas FirmanMu yang telah mengingatkan kami untuk terus menyatakan kabar baik, memberitakan Injil melalui dan di dalam setiap gerak langkah kehidupan kami. Terimakasih, karena Tuhan juga telah memberikan kami kekuatan, kemampuan dan keberanian untuk terus menyatakan kabar baik, ditengah berbagai tantangan dan hambatan, baik yang datangnya dari luar maupun dari diri kami sendiri. Biarlah sepanjang Minggu ini, gaya hidup kami merupakan doa dalam namaMu dan kami senantiasa menempatkan diri dibawah kehedakMu saja dan semua perbuatan kami memuliakan namaMu. Amin.

Pdt. Rostetty Lumbantobing, S.Th – Kabiro Ibadah dan Musik HKBP

Pustaka Digital