Apakah Keuntungan Kita Menjadi Orang yang Setia kepada Allah?


Minggu (2/6), Kepala Departemen Marturia HKBP Pdt. Dr. Anna Ch. Vera Pangaribuan melakukan kunjungan pastoral ke jemaat HKBP Sihite Ressort Sihite Distrik III Humbang. Pada minggu ini, ibadah di HKBP Sihite adalah minggu keluarga. Dalam kunjungan ini, ibu kadep juga memimpin ibadah minggu keluarga yang dipadukan dengan ibadah yang memperingati pelestarian kawasan dan danau toba. Ibadah peringatan menjaga kelestarian lingkungan hidup ini diprakarsai oleh Departemen Marturia melalui kegiatan Eko Pastoral Care yang dilaksanakan oleh Biro Zending HKBP. pada minggu ini ada enam Distrik yang melaksanakan ibadah peringatan akan kelestarian lingkungan danau toba ini, diantaranya: HKBP Distrik XVI Humbang Habinsaran, III Humbang, VI Dairi, VII Samosir, V Sumatera Timur dan HKBP XI Toba Hasundutan. Sebelum ibadah dimulai, acara lelang dilaksanakan di gereja ini dengan sistem bahan lelang disediakan dari sector yang telah disepakati oleh parhalado dan jemaat. Lelang ini dilaksanakan dengan baik dan lancar, sebab lelang ini tidak menunjuk siapa yang mau, tetapi siapa yang membantu langsung maju kedepan untuk mengambilnya. Hanya dengan waktu sekitar 20 menit, lelang habis dengan lancar diambil oleh jemaat. Hasil lelang ini ditujukan kepada dana pembangunan rumah dinas pendeta resort HKBP Sihite yang saat ini telah berjalan dengan tahap penyelesaian.

Dalam suasana ibadah diminggu keluarga di HKBP Sihite, keluarga duduk sesuai dengan lingkungan masing-masing. Petunjuk lingkungan masing-masing telah disediakan disamping kursi gereja, setiap lingkungan telah terlatih untuk duduk bersama. Disamping itu, ada juga dua persekutuan yang mempersembahkan lagu pujian kepada Tuhan di dalam ibadah minggu ini, yaitu: persekutuan Gemende dan persekutan Ibu Debora. Ibadah dilayani oleh Pdt. Nurhayati Sihombing melayani liturgi, dan Pdt. Dr. Anna Ch. Vera Pangaribuan menyampaikan firman Allah. firman Allah diminggu Exaudi ini tertulis di dalam Daniel 3:21-29.


Pentingnya sebuah kesetiaan atau mahalnya sebuah kesetiaan itu. Kesetiaan terhadap keluarga, kesetiaan terhadap keluarga, kesetiaan terhadap pekerjaan/pelayanan, kesetiaan terhadap janji yang sudah diucapkan. Kesetiaan itu bukan tinggal dikata-kata tetapi justru dalam sikap dan perbuatan yang nyata. Robert Ginnett, seorang peneliti dipusat kepemimpinan kreatif Di Colorado Springs, mendapati bahwa nilai - nilai yang kita klaim sebagai milik kita ternyata tidak begitu sesuai dengan tindakan nyata yang mungkin kita pikirkan. Sebagai contoh seorang eksekutif bisnis yang mengatakan bahwa putrinya yang berusia 5 tahun adalah bagian yang paling berharga dari hidupnya, menyadari bahwa biasanya Ia berangkat kerja sebelum putrinya bangun dan sering pulang kerumah setelah putrinya tidur dimalam hari. Kemudian pada hari sabtu, ia meluangkan waktu bersama putrinya dan mengajaknya pergi ke kantor. Setelah melihat berkeliling, putrinya bertanya, "ayah Inilah tempat tinggalmu? " Ia mungkin menyatakan bahwa putrinya itu penting sekali tetapi tindakannya telah mencerminkan apa yang sesungguhnya ia hargai. Demikian juga dalam hal spritualitas kita. Tuhan meminta kita untuk hidup dalam kesetiaan/ketaatan kepadaNya tanpa syarat. Seringkali kita berseru "Tuhan, Tuhan, padahal tidak melakukan apa yang Tuhan katakan (Luk 6 :46). Yesus menggambarkan dengan pembangunan rumah diatas tanah tanpa dasar, demikian juga perumpamaan orang yang bodoh dan bijaksana. Dalam nas Ini, kita mau belajar dari kehidupan orang yang setia tanpa syarat yakni Sadrakh, Mesakh, dan Abednego.

 

1.Siapakah mereka itu?

Mereka sesungguhnya orang hebat, orang luar biasa, orang yang cerdas, mereka diserahkan oleh raja Nebukadnejar yaitu pemerintah diwilayah Babel. Mereka orang-orang Yahudi yang saleh walau mereka memiliki kedudukan yang tinggi, dapat menikmati banyak hal dari pada orang Yahudi dan orang pribumi lainnya.

2. Kesetiaan tanpa syarat

Kesetiaan kepada Tuhan lebih dari segalanya Bahkan nyawa sekalipun. Mereka telah teruji kesetiaannya ketika Raja Nebukadnezar meminta mereka untuk menyembuhkan patung, mereka tidak bersedia walau konsekuensi sangat berat yakni mereka dimasukkan dalam perapian yang menyala-nyala (ay. 20). Sikap yang tidak berubah untuk tetap setia kepada Tuhan diperlihatkannya dalam ayat 17 - 18, Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu ya raja, tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.

3. Kesetiaan yang tidak sia-sia menjadi kemenangan orang yang beriman dalam Tuhan. Sebagaimana rasul Paulus mengatakan dalam 1 Korintus 15 : 58, "berdirilah teguh jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak akan sia-sia." kesetiaan mereka membuahkan pertobatan :

* Pengakuan raja Nebukadnezar terhadap Allah yang disembah oleh Sadrakh, Mesakh, Abednego (ay 28, "Pinuji ma Debata.. ")

* Hukuman terhadap orang-orang yang menghina mereka karna tidak ada allah lain.

Belajar dari kesetian yang tanpa syarat oleh Sadrakh Mesakh, Abednego, adalah menolong orang percaya tidak sekedar menjadi orang percaya tetapi harus mampu menghadapi tantangan bahkan ancaman sekaligus tidak pernah mengubah kesetiaan itu. Beberapa tantangan yang dihadapi oleh Kristen :

A. Jabatan/kedudukan/Posisi

Seringkali jabatan/ kefudukan/posisi sangat mempengaruhi iman percaya kepada Kristus. Orang Kristen yang tidak kuat iman bisa berobah karena jabatan/kedudukan/posisi lebih penting dari iman itu sendiri. Hal itu sama bahwa orang Kristen seperti itu sudah jatuh pada kehidupan penyembahan kepada Roh materialisme = penyembahan kepada berhala masa kini/moderen.

B). Tertarik dan menikah dengan agama lain.

C). Tergiur dengan tawaran pekerjaan

D). Tergiur dengan tawaran harta kekayaan

E). Tergiur dengan Iptek yang menguasai hidup.

Lima tantangan ini, hendaklah kita sikapi dengan kesetiaan kepada Tuhan tanpa syarat. Dengan suara minggu Exaudi mengingatkan kita bahwa seru-seruan berupa jeritan - jeritan dari dalam diri kita yang disampaikan kepada Tuhan dengan kesetiaan tanpa syarat. Itulah yang sesungguhnya disebut BERIMAN. Dalam kondisi terpuruk sekalipun, tetap kita meyakini Tuhan menyertai sampai akhir hidup kita.


Setelah ibadah. Rombongan ibu kadep marturia dijamu makan di dalam gereja bersama beberapa jemaat. Di dalam jamuan tersebut ibu kadep diberikan ikan mas disertai dengan doa dari parhalado. Makanan dan minuman yang disediakan oleh parhalado dan jemaat sungguh nikmat, tidak hanya makanan yang disediakan oleh parhaldo. Parhalado juga menyematkan ulos kepada ibu kadep sebagai tanda terima kasih dan juga doa untuk kesehatan dan kelancaran pelayanan ibu kadep di tingkat pusat. Kiranya melalui kujungan ibu kadep membawa semangat yang baru dan peningkatan iman parhalado dan jemaat di HKBP Sihite. (JLS)










Pustaka Digital