Pimpinan HKBP Bekali 37 Orang Calon Pendeta Yang akan Menerima Tahbisan Pendeta


Sebanyak 37 orang Calon Pendeta yang akan menerima Tahbisan Pendeta pada Minggu (21/7) menerima pembekalan dan bimbingan dari Pimpinan HKBP. Kegiatan ini dimoderatori oleh Pdt Darwin Sihombing STh (Kepala Biro Pembinaan) bertempat di Gereja HKBP Malang.


Sesuai dengan arahan moderator, maka yang menyampaikan pembekalan dan bimbingan pertama disampaikan kepada Kepala Departemen Diakonia Pdt Debora P Sinaga MTh. Kadep Diakonia mengarahkan Calon Pelayan sesuai dengan yang berhubungan dengan diakonia agar Calon Pendeta setelah menjadi Pendeta agar masuk menjadi anggota BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Dengan masuk menjadi anngota BPJS ini sangat membantu dan setaip kecelakaan akibat kerja dijamin oleh BPJS. Terkait dengan pelayanan Diakonia, Kadep Diakonia menyampaikan nas yang mengatakan: "Aku datang bukan untuk dilayani tapi aku datang untuk melayani". Pendeta adalah pelayan yang melayani jemaatnya dan bukan untuk dilayani. Kadep Diakonia juga mengajak bagaimana menggunakan waktu sedisiplin mungkin juga tentang kesenioritasan bagaimana kita menggunakan ini dengan setulus mungkin, bagaimana menjaga kebersihan. Menjelang saat menerima tahbisan besok, Kadep Diakonia mengajak Calon Pendeta untuk lebih banyak merefleksikan diri.


Kepala Departemen Marturia Pdt Dr Anna Vera Pangaribuan dalam pembekalan dan bimbingannya menyampaikan 5 hal: 1. HKBP memiliki daerah peta pelayanan yg sangat luas, di desa, kota, bahkan sampai ke luar negeri. Demikian juga, HKBP memiliki daerah Sending, dimana di daerah sending ini juga Tuhan hadir. Karena itu, kalau kita menerima SK dari pimpinan kita, mari kita terimalah dengan senang hati karena disana juga Tuhan hadir. 2. Pengalaman 3 tahun masa praktek tidaklah sedikit, tetapi dari masa 3 tahun itu bagaimana disiplin rohani. Kadep Marturia mengajak agar berdoalah setiap saat, membaca Alkitab dan bermeditasi agar lakukanlah setiap hari. Dengan berdoa, bermeditasi dan membaca Alkitab maka kita akan kuat dalam pelayanan kita. 3. Kadep Marturia juga mengajak Calon Pelayan yang akan menerima Tahbisan untuk memiliki karakter seorang pelayan yang rendah hati, memiliki tanggungjawab dan disiplin waktu. 4. Seorang pelayan juga hendaknya memiliki dan menggunakan komunikasi dalam pelayanannya, baik kepada jemaat, parhalado, sesama pelaya dan pimpinannya Dengan terjalinnya komunikasi yang baik maka pelayanan akan berjalan baik. 5.  Sebagai pelayan juga hendaknya bersaksi. 


Kepala Departemen Koinonia Pdt Dr Martongo Sitinjak dalam bombingannya mengingatkan kembali arti panggilan. Kita dipanggil sehingga kita berda di tempat ini dan kemudian kita akan diutus. "Besok kalian akan berjanji dengan Tuhan dan janji itu terikat dengan erat. Tali hubungan kalian dengan Tuhan adalah tahbisan (tohonan). Ingotlah poda tohonan itu agar jangan ada orang asing datang memperingatkan kita akibat kesalahan kita. dalam pelayanan, tidak ada yang namanya tempat yang miskin dan kaya, tidak ada tempat kota dan desa yang tersembunyi dihadapan Allah. Kita kini dipanggil untuk memperbaiki dan melayani di gereja dimana kita diutus dan buka kita yang diurus gereja. Oleh sebab itu, hiduplah di dalam Firman Tuhan. Poda Tohonan sudah terimplementasikan dalan Konfessi, RPP, dan di dalam Poda Tohonan Pendeta juga disebutkan pelayanan sakral diberikan kepada Pendeta, demikian juga dalam mengajar Sekolah Minggu menjadi bagian tugas Pendeta, bersikap adil kesemua jemaat, giat mendoakan jemaat, serta tetap setia  menghargai keluarga.  


Sekretaris Jenderal Pdt David Farel Sibuea, MTh DMin dalam bimbingannya menyampaikan bahwa Tohonan itu jauh lebih berharga dari apapun.  1. Tohonan berharga tidak di satu tempat pelayanan tapi di semua tempat pelayanan. Karena tohonan itulah kita dituntut untuk banyak melakukan pelayanan. Oleh sebab besarnya tuntutan pelayanan itu, jangan kau rusak citra tohonanmu. 2. Calon Pendeta yang akan menerima Tahbisan Pendeta diajak untuk berlakulah jujur dalam melakukan manajemen keuangan dan dalam perilaku (moral). 3. Kunjungan Pastoral sebagai jalan untuk mengembangkan pelayanan. 4. Etiket, kerapian dan kebersihan sebagai pribadi yang melekat dalam kehidupan para pelayan. 5. Sekjend juga mengajak Calon Pelayan yang akan menerima Tahbisan Pendeta besok untuk cerdas dalam menggunakan HP dan Medsos, Kecenderungan yang terjadi dalam kehidupan para pelayan dewasa ini adalah lebih banyaknya waktu pelayan memegang HP dr pada Alkitab. Sekjend mengajak untuk memperbanyak mengurus kehidupan jemaat.


Epherus Pdt Dr Darwin Lumbantobing dalam bimbingan dan arahannya menyampaikan mengajak Calon pelayan Pendeta yang akan menerima Tahbisan Pendeta untuk menyanyikan BE No. 467 "Asiniroham Hupuji". Dari nyanyian ini Ephorus menyampaikan bahwa Kita dipanggil dan dipakai untuk pekerjaan Tuhan. Kita dipanggil Bukan karena diri kita tetapi karena Tuhan sudah terlebih dahulu hadir dalam diri dan kita dijadikan hambaNya. Karena kita adalah hambaNya maka kita bukanlah penentu akhor dalam pelayanan kita tapi Tuhan. Ketergantungan kepada Tuhan yang memanggil kita itulah yang mau kita perbuat. Setiap pelayan memiliki latarbelakang, materi dan kecerdasan yang berbeda-beda, tapi Yesus mengatakan "Bukan kamu yang memilih Aku, tapi Akulah yang memilih kamu..." (Yohanes 15:16). Ephorus juga mengajak 37 Calon Pendeta yang akan menerima tahbisan Pendeta baiklah menjalin komunikasi yang baik seperti dalam poda tohonan ketujuh. Perlu ada kerjasama yang baik untuk pelayanan yang baik. Banyak kritikan kepada pendeta muda soal komunikasi yang tidak lancar. Kalau Tuhan memberi kesempatan menjadikan kalian pelayan bukan berarti kalian adalah sempurna tapi karena panggilan pelayanan sehingga kalian diberi kesempatan melayan. Untuk itu kita  menjadi penyemangat, peneguh iman jemaat. HKBP dalam programnya sekarang melakukan Revitalisasi. Kita membutuhkan upaya menghidupkan kembali di bidang Koinonia, Marturia, Diakonia. Revitalisasi ini bertujuan agar kita tidak bangga dengan keberhasilan masa lalunya dan berhenti, tetapi kita mau memacu kepada perkembangan jaman. Kelemahan kita adalah bahwa kita tidak memeprsiapkan siapakah yang akan melayani di bidang Koinonia, Penginjilan dan Diakonia. Sebenarnya ketiga bagian ini berjalan secara simultan dan tidak dapat dipisahkan. Untuk itu mari kita evaluasi diri, dan nantinya kami akan memanggil kalian untuk dilatih dan diperlengkapi untuk pelayanan yang tiga ini sehingga tidak ada ketimpangan dalam pelayanan. Ephorus juga mengarahkan Calon Pendeta yang akan menerima Tahbisan untuk menjadikan kehidupan keluarga menjadi satu tolak ukur dalam pelayanan. Keberhasilan seorang pelayan tidak terlepas dari kehidupan keluarga.


Di ruangan yang lain saat Para Calon Pendeta menerima bimbingan dari Pimpinan, para keluarga Calon Pelayan juga menerima pembekalan dari Ompu Bori didampingi Inang Pdt Basa R Hutabarat MMin (Istri Kadep Koinonia). Ompu Boru memaparkan  tentang bagaimana peran istri/suami pendeta sesuai dengan poda tohonan pendeta.  Patuh kepada Pemimpin sebagai bagian dari pelayanan, bagaimana jemaat mau patuh kepada pelayan kalau kepada pimpinan juga dia tidak patuh. Peran istri/suami sangat penting, karena istri/suami juga bisa menjadi penghalang dalam pelayanan. Ompu Boru juga mengajak untuk selalu menjaga kebersihan. 

Pustaka Digital