Renungan Harian HKBP | 24 Maret 2023

Doa Pembuka: Mari kita berdoa! Allah Bapa di dalam Yesus Kristus, kami bersyukur untuk hari baru yang Engkau berikan kepada kami. Terima kasih untuk nafas kehidupan, kesehatan, dan kekuatan yang sejatinya bersumber dari-Mu ya Tuhan. Sebentar, kami akan membaca dan merenungkan firman-Mu, berkatilah hati dan pikiran kami semua, baik yang menyampaikan maupun yang mendengarkan, agar Roh KudusMu menerangi hati pikiran kami, sehingga kami beroleh kekuatan dan pencerahan dalam menjalani kehidupan yang menyenangkan hati Tuhan. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa dan bersyukur. Amin.

 

Selamat pagi Bapak/Ibu, saudara/saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus. Salam sejahtera bagi kita semua. Renungan pada hari ini sesuai dengan Almanak HKBP, diambil dari kitab Galatia 3:26 “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Demikianlah firman Allah.

 

Saudara/i terkasih, saya punya satu pengalaman di bangku Sekolah Dasar. Entah mengapa saya masih mengingat pengalaman itu sampai pada hari ini. Bila saya ingat kala itu, ada teman saya yang orangtuanya bekerja sebagai Polisi maupun Tentara. Jadi sering pada masa itu, apabila mereka dibuat kesal oleh teman saya yang lain, mereka akan berkata bahwa ada pistol atau senjata di rumahnya milik orangtua mereka. Setiap mereka mengatakan kalimat tersebut, teman yang lain pun menjadi takut terhadap mereka.

 

Pengalaman itu terjadi sekitar 30 tahun yang lalu. Bagaimana saya memahami dan meresponi kalimat tersebut pada 30 tahun yang lampau tentunya jauh berbeda dibandingkan hari ini. Sebab, kalimat teman saya itu muncul dari pikiran anak-anak SD yang masih terbatas dalam memahami pekerjaan orangtuanya.

 

Namun saudara/i terkasih di dalam Tuhan Yesus, pengalaman yang saya sampaikan tadi dapat menjadi perumpamaan/ilustrasi bagi kita dalam memahami firman Tuhan pada hari ini.Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Kita, yang sedang mendengarkan renungan ini, yang sepenuh hati beriman kepada Yesus Kristus, adalah anak-anak Allah. Wow! Kita adalah anak-anak Allah, bukan saja anak polisi atau tentara. Bukan saja anak pendeta atau pengusaha. Bukan saja anak pegawai negeri atau pegawai swasta. Kita adalah anak-anak Allah! Bukankah kebenaran firman Tuhan ini sangat membanggakan dan menghiburkan kita semua? Atau, adakah saudara merasa biasa-biasa saja?

 

Saudara-saudari terkasih, saya harap kita tidak lebih membanggakan perbedaan status sosial kita lalu merendahkan kelompok status sosial lainnya. Pengelompokan bedasarkan status sosial ini hanya berlaku bagi manusia. Tidak berlaku bagi Allah. Mungkin ada di antara kita yang pernah lupa diri dan semakin arogan karena harta dan jabatan, padahal perlakuan yang membeda-bedakan seseorang menurut status sosialnya hanyalah buatan manusia berdosa. Kalau meminjam pemikiran seorang sosiolog terkenal bernama Peter L. Berger, dalam bukunya The Social Construction of Reality, perlakuan yang membeda-bedakan orang atas status sosialnya merupakan konstruksi sosial yang dibentuk oleh interaksi manusia itu sendiri.

 

Artinya, kita sesungguhnya mampu membentuk realitas yang lebih baik daripada realitas hari ini. Kita membentuk realitas yang bersandarkan pada kasih Allah yang kekal di dalam Yesus Kristus. Kita bisa membentuk realitas yang baru seperti yang dituliskan dalam Gal. 3:28-29, bahwa tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani; tidak ada hamba atau orang merdeka; tidak ada laki-laki atau perempuan; karena kita semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Bukan berarti Paulus ingin menghilangkan identitas kebangsaan. Bukan! Maksudnya adalah Paulus ingin menyingkirkan perbedaan perlakuan terhadap orang lain hanya karena perbedaan suku. Hanya karena perbedaan warna kulit, bangsa, sosial, dan lain-lain.

Istilah bahasa Batak yang mungkin kita dengar adalah marnida bohi. Kalau kita hidup dalam iman kepada Yesus Kristus, mestinya kita tak lagi pilih kasih dalam mengasihi. Kita tak lagi tebang pilih dalam berbuat baik. Mengasihi semua orang. Berbuat baik kepada semua orang. Tidak hanya mengasihi orang yang kita kenal dekat. Itulah yang dikehendaki oleh Tuhan. Bahkan Lukas 6:33 menuliskan: Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.

 

Saudara/i yang Tuhan Yesus kasihi, saat saudara mendengarkan renungan ini, apakah anda merasa bahwa selama ini anda masih marnida bohi dalam mengasihi dan berbuat baik kepada orang lain? Renungkanlah firman Tuhan hari ini. Kita semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus mengasihi dan berbuat baik kepada semua orang. Mengapa kita masih tebang pilih? Mari, kasihi siapa saja, berbuat baik kepada siapa saja, karena kita adalah anak-anak Allah. Amin.

 

Doa Penutup: Kita berdoa! Allah yang Mahatinggi yang menyelamatkan kami di dalam nama Yesus Kristus, kami bersyukur untuk firman Tuhan yang telah menyapa kami saat ini. Ajari dan mampukan kami ya Tuhan untuk mengasihi siapa saja tanpa melihat kedekatan atau perbedaan sosial di antara kami. Pimpin kami supaya kami menyerahkan hidup kami pada kedaulatan-Mu yang memegang kehidupan kami. Ingatkan kami bahwa Yesus Kristus sudah mengasihi kami sampai mati di kayu salib. Biarlah ingatan itu mendorong kami untuk mengasihi semua orang sebagai tanda bahwa kami adalah anak-anak Allah. Terimalah doa syukur dan permohonan kami ini, ya Allah, di dalam nama Yesus Kristus Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa. Amin.



Pdt. Ferdinand Ricardo Hutabarat, S.Si., S.Si (Teol.)- Pendeta Fungsional di Biro Personalia HKBP

Pustaka Digital