Renungan Harian HKBP | 27 Maret 2023

Syalom, selamat pagi Bapak Ibu dan saudara saudari yang dikasihi Yesus Kristus. Sebelumkita memulai segala aktivitas kita di pagi hari ini, Senin 27 Maret 2023 di program acara Marturia. Kami berharap kita semua dalam keadaan sehat dan penuh damai sejahtera menyambut hari yang baru dan pagi yang indah ini dalam penyertaan kasih Tuhan kita Yesus Kristus. Mari kita persiapkan hati dan pikiran kita untuk mendengarkan Firman Tuhan.

Doa Pembuka: Ya Tuhan Allah, Bapa kami yang di surga. kami mengucap syukur atas berkat dan kasih karunia Tuhan yang senantiasa Tuhan berikan bagi kami di sepanjang kehidupan kami. Secara khusus di hari yang baru di pagi hari ini Tuhan mengizinkan kami untuk boleh bersekutu bersama melalui Firman-Mu pada saat ini. Bukalah hati dan pikiran kami ya Tuhan agar kami boleh menerima Firman-Mu serta melakukan Firman-Mu di dalam kehidupan kami sehari-hari. Dalam Kristus Yesus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

Bapak Ibu yang terkasih di dalam Kristus Yesus, Firman Tuhan bagi kita di pagi hari ini yangtertulis dari Kitab Imamat 10 : 10-11 demikian firman Tuhan: ”Haruslah kamu dapatmembedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yangtidaknajis,dan haruslah kamu dapat mengajarkan kepada orang Israel segala ketetapan yangtelahdifirmankan Tuhan kepada mereka dengan perantaraan Musa”. Demikian firman Tuhan.

Bapak Ibu yang terkasih di dalam Kristus Yesus, ayat Alkitab dalambacaan kita hari ini masih relevan bagi sebagian besar orang Kristen atau tidak, tetapi saya melihat bahwa Firman Tuhan yang ditulis dalam Alkitab tentunya masih relevan dengan kondisi di zaman ini, sepanjang kita dapat menarik makna dari ayat Alkitab tersebut. Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, dikatakan bahwa Tuhan berfirman kepada Harun agar Harun dan anak-anaknya tidak minum anggur atau minuman keras (minuman beralkohol) sebelum masuk ke dalam kemah pertemuan(ay. 8-9a). Saya berpikir, ya kalau di Indonesia, rasa-rasanya nggak ada gereja yang punya peraturan seperti itu ya, mungkin kalau di Amerika atau Eropa baru ada, toh minum anggur punkan bisa untuk menghangatkan badan. Tetapi jika kita perhatikan, bahwa sesungguhnya apa yang diinginkan Tuhan bukanlah sekedar tidak minum anggur dan minuman keras lainnya, tetapi dalam arti luas adalah menjaga kekudusan sebelum melakukan pelayanan bagi Tuhan. Hal ini terlihat jelas dalam ayat selanjutnya yang mengatakan bahwa Tuhan ingin agar Harun dan anak-anaknya (yang akan melayani Tuhan dalam kemah pertemuan) dapat mengetahui dan membedakan antara yang kudus dan yang tidak kudus, antara yang najis dan yang tidak najis (ay. 10). Hal ini terutama terkait kenyataan bahwa mereka akan melayani Tuhan yang kudus, dan tentunya mereka juga harus menjaga kekudusan agar mereka dapat layak di hadapan Tuhan, sebab tanpa kekudusan, tidak ada seorang pun yang dapat melihat Tuhan (Ibr 12:14). Hal tersebut berarti pantangan Harun dan anak-anaknya sebelum melayani Tuhan sebetulnya bukan hanya soal minuman keras, tetapi juga hal-hal lainnya yang tidak kudus di hadapan Tuhan. Intinya, Tuhan ingin Harun dan anak-anaknya menjaga diri mereka sebelum mereka menggunakan diri mereka untuk melayani Tuhan. Tidak hanya cukup sampai di situ, Tuhan juga meminta Harun mengajarkan prinsip ini kepada orang-orang Israel, sehingga prinsip tersebut tidak hanya dimengerti oleh Harun, tetapi juga dipahami oleh seluruh bangsa Israel (ay. 11). Bayangkan saja, misalkan kita diundang oleh Presiden dan akan bertemu dengan beliau di Istana Negara, apakah yang akan kita lakukan? Apakah kita akan datang dengan kondisi belum mandi selama tiga hari? Bukankah kita akan memakai pakaian kita yang terbaik dan menyisir rambut kita agar rapi, atau bahkan ke salon terlebih dahulu agar kita terlihat lebih ganteng atau lebih cantik dari biasanya? Jika untuk bertemu dengan manusia saja kita sampai melakukan hal-hal seperti itu, mengapa jika untuk menghadap Tuhan kita tidak mau menyiapkan diri kita dan menjaga kekudusan?

Pada zaman dahulu, orang-orang yang tidak menghormati hadirat dan kekudusan Tuhan, hukumannya adalah mati (ay. 9b). Nadab dan Abihu, anak-anak Harun juga harus mati karenamereka tidak menghormati kekudusan Tuhan dengan cara membawa api yang asing ke dalamkemah pertemuan (Im 10:1-2), Miryam kena kusta ketika mengatai Musa di hadapan Tuhan (Bil 12:10), Raja Uzia tidak menghormati Tuhan dengan membakar ukupan yang seharusnyadilakukan oleh Imam sehingga raja Uzia terkena penyakit kusta (2 Taw26:19). Memangmungkin Tuhan tidak langsung membunuh orang tersebut, tetapi memberikan hukuman penyakit kusta dan masih memberikan kesempatan kedua. Bagaimana dengan kita? Ketika kita melayani Tuhan sudahkah kita menjaga kekudusan kita? Menjaga kekudusan bukan hanya berarti menjauhkan diri dari dosa-dosa kita, tetapi juga mempersiapkan pelayanan kita dengan sebaik-baiknya. Melalaikan mempersiapkan pekerjaan Tuhan juga bisa berarti kita tidak menguduskan diri kita untuk melayani Tuhan. Bagaimana mungkin seorang Hamba Tuhan dapat berkhotbah dengan baik jika ia tidak mempersiapkan khotbahnya terlebih dahulu? Bagaimana mungkin tim musik bisa memainkan musik dengan indah jika mereka tidak pernah berlatih sebelumnya? Jagalah kekudusan sebelum kita melayani

Tuhan, karena Tuhan sendiri telah berfirman “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1 Ptr 1:16). Ada sebuah tragedi yang terjadi bagi keluarga Harun, di mana anak - anak Harun dihukumoleh Tuhan Allah. Di mana pada saat keluarga Harun mengadakan ritual kemah suci, kedua anak Harun sudah dihukum Tuhan secara dahsyat. Mengapa begitu dahsyat hukuman yang ditimpakan Tuhan kepada kedua anak Harun tersebut ? Yaitu karena mereka menajiskan kemah suci dan segala peralatan yang dipakai untuk memuji Tuhan yang ada di dalam kemah suci tersebut. Dengan cara apakah anak - anak Harun ( Nadab dan Abihu ) mencemari kemah suci tersebut ? Yaitu dengan membawa api yang lain, yang tidak Tuhan tentukan untuk dipakai membakar ukupan yang akan dipersembahkan kepada Tuhan Allah. Mereka sebenarnya mengetahui bahwa kekudusan kemah suci dan api yang dipakai untuk membakar kurban persembahan itu tidak boleh dicampur aduk, namun mereka melanggar ketetapan itu. Itulah sebabnya Tuhan Allah menghukum mereka, dan Harun serta keluarga dilarang berdukacita atas anaknya yang dua tersebut. Oleh karena itu, nas kita hari ini mengajarkan kepada kita bahwakita harus dapat membedakan antara kehendak manusia dengan kehendak Allah, dan kalua kita sudah tau, maka haruslah kita ajarkan kepada orang lain, atau pun kepada generasi berikutnya, supaya mereka juga tau tentang yang baik dan yang jahat. Kita akan tau membedakan yang jahat dan yang baik, jika pikiran kita normal, seperti halnya anak - anak Harun yang pikirannya tidak normal lagi karena sudah mabuk oleh minuman keras, maka mereka mencampur aduk apa yang ada di dalam kemah suci tersebut. Kemabukan menimbulkan kehilangan kendali atas diri mereka sendiri, sehingga mereka tidak mampu mengontrol pikirannya, dan akibatnya mereka ini merupakan pelajaran berharga bagi kita, supaya kita jangan mengulangi mengerjakan pekerjaan yang salah. Kejadian yang terjadi dalam keluarga Harun kesalahan seperti yangmereka lakukan. Amin. 

Doa Penutup: Kita berdoa! Ya Bapa kami yang di surga. Kuatkanlah iman dari setiap orang percaya supaya mereka semakin mengerti dan taat kepada FirmanMu. Kami telah mendengarkan firman-Mu kiranya firman-Mu yang telah kami terima dapat bertumbuh dan berkembang di dalam hati dan pikiran kami. Berkatilah segala pekerjaan kami. Hanya di dalam nama anak-Mu Tuhan Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin

Pdt. Krisman Saragi, SPd - Kabag Kategorial Biro Ama - Lansia HKBP