Renungan Harian HKBP | 29 Maret 2024 (Epistel)

ALLAHKU, MENGAPA KAUTINGGALKAN AKU?

[Ep. Mazmur 22 : 1 – 6]

[1]    Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud.

[2]    Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.

[3]    Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetap juga aku tenang.

[4]    Pada hal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.

[5]    Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka.

[6]    Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu.

Hari ini, umat Kristiani di seluruh dunia melaksanakan ibadah Jum’at Agung, peringatan kematian Yesus Kristus di kayu salib (Jum’at tgl. 29 Maret 2024). Yesus menghadapi penderitaan dan mati di kayu salib untuk menebus dan menyelamatkan manusia dari belenggu dosa dan maut. Manusia berdosa yang seharusnya dihukum, karena dosa yang mereka perbuat; tetapi Yesus mengganti posisi manusia berdosa di kayu salib. Ibarat orang yang berhutang yang tidak mampu (sanggup) lagi membayar hutangnya, kemudian ada orang baik yang bermurah hati yang bersedia melunasi hutang tersebut. Demikianlah Allah memberikan PutraNya Yang Tunggal, Yesus Kristus mati di kayu salib untuk melunasi hutang dosa manusia.

Salah satu kalimat yang diucapkan Yesus dari kayu salib adalah nats dalam Mazmur 22 ini, yaitu ayat 2 “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” Ayat ini dicatat di Matius 21:46 Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani? Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Hal ini menggambarkan jeritan penderitaan yang sangat hebat. Kalau kita memperhatikan dengan cermat apa yang tertulis di ayat 2 ini, seseorang yang mengalami penderitaan luar biasa dan dalam penderitaannya ia berdoa memohon pertolongan Tuhan, namun seakan-akan Tuhan tetap jauh dan tidak menjawab, seakan-akan Tuhan telah membuang dan menolak dia. Tentu hal seperti ini membuat orang yang menderita tersebut tidak tenang, berada dalam kebimbangan dan keragu-raguan. Namun di Mazmur pasal 22 ini, orang yang bergumul dalam penderitaan tersebut tidak meninggalkan Tuhan, dia tetap datang kepada Tuhan dan berseru: Allahku, Allahku!

Sebagai orang beriman, orang yang percaya kepada Tuhan, kita harus yakin dan percaya akan pertolongan Tuhan; karena Tuhan itu baik dan pengasih; Ia tidak mungkin membiarkan anak-anakNya seorang diri dalam menghadapi kesusahan hidup dan penderitaan. Sebagaimana dalam Mazmur 50:15 “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan Aku.” Hal itu juga yang tergambar di ayat 4-6 dalam perikop ini (Mazmur 22:1-6). Tuhan berkuasa menyelamatkan manusia apa pun keadaannya. Dalam hal inilah perlu memperteguh iman kepada Tuhan. Yang berarti, pengharapan akan pertolongan dan kasih sayang Tuhan (bnd: Mzm.121:2).  

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,…!

Kenyataan atau realitas hidup di dunia ini, yang harus dihadapi oleh masing-masing orang adalah kesulitan hidup, pergumulan hidup atau penderitaan. Mana ada orang yang hidup di dunia ini yang tidak pernah menghadapi penderitaan. Banyak jenis atau contoh penderitaan yang terjadi di dalam kehidupan umat manusia. Seseorang bisa saja menderita karena kesulitan ekonomi atau karena hidup miskin, karena bencana alam (mengalami kerugian materi, bahkan ada korban jiwa), karena penyakit, karena peperangan, karena bencana penyakit (seperti Covid 19 yang terjadi tahun 2020 yang lalu), dan lain-lain.

Seseorang juga bisa mengalami penderitaan karena mengalami kegagalan; gagal dalam pendidikan (tidak lulus dari perguruan tinggi atau perkuliahan), gagal dalam usaha atau bisnis, gagal dalam kehidupan rumah tangga (mengalami perceraian), dan lain-lain. Ada orang yang mengalami penderitaan justru merasa bahwa Tuhan meninggalkannya, karena ia sudah berdoa tetapi tidak langsung nyata pertolongan Tuhan dalam hidupnya. Orang tersebut menjadi kecewa, lalu meninggalkan Tuhan, ia pergi ke dukun untuk meminta pertolongan. Bahkan ada yang sampai putus asa dan menempuh jalan pintas, melakukan tindakan bunuh diri. Beberapa tahun yang lalu ada berita di televisi, di mana seorang pengusaha nasional melakukan bunuh diri dengan cara melompat dari kamar hotel; pengusaha tersebut diduga melakukan tindakan bunuh diri karena usahanya mengalami goncangan.

Orang beriman harus menempuh jalan iman, yaitu memohon pertolongan Tuhan. Karena percaya, Tuhan itu baik, Ia Pengasih, Dia adalah Penyelamat. Tuhan punya banyak cara untuk menyelamatkan umat manusia dari kesulitan dan penderitaan yang dialaminya, yang sering tidak dapat dimengerti dan diselami oleh pikiran dan logika manusia (bnd: Yes.55:8-9). Hal itu yang dilakukan pe-Mazmur dalam perikop ini. Kiranya hal ini mengingatkan kita dengan pesan Yesus Kristus di Injil Matius 7:7 “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Kita harus tekun berdoa kepada Tuhan. Dia adalah Bapa kita. Tidak mungkin Dia melupakan kita (bnd: Yes.49:14-15; Mat.6:25,34).

Kalau kita membaca Mazmur pasal 22 ini secara keseluruhan, mulai ayat 1 – 32; kita akan menemukan bahwa doa permohonan pe-Mazmur ini didengarkan oleh Tuhan. Yang pasti, pada akhirnya pe-Mazmur mengalami kasih dan pertolongan Tuhan, sehingga ia bisa luput atau keluar dari kesulitan atau penderitaan yang dialaminya. Itu sebabnya, pe-Mazmur menyampaikan pujian dan syukur kepada Tuhan. Pujian dan ucapan syukur itu dapat kita lihat dan baca di ayat 24-26. [24] Kamu yang takut akan Tuhan, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel! [25] Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar Ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.

Saudara-saudara, kalau saudara mengalami pergumulan, kesulitan atau penderitaan, jangan tinggal diam, jangan pasrah, jangan ragu-ragu; tetapi berdoalah kepada Tuhan, mohonlah pertolonganNya; yakinlah, Ia pasti akan menolongmu. Amin.  

 

Pdt. Manaris Rikson Edianto Simatupang MTh – Bendahara Umum HKBP