Renungan Harian HKBP | 29 September 2024
Bapak Ibu Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus...
Shalom dan Selamat hari Minggu.
Untuk mengawali Minggu ini, kita akan bersekutu dengan Tuhan melalui Firmannya, sebelumnya marilah kita berdoa!
Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, kiranya menyertai hati dan pikiran saudara/i, dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Amin.
Evangelium
Firman Tuhan yang menjadi khotbah buat kita pada Minggu XVIII setelah Trinitatis tgl. 29 September 2024 hari ini, tertulis dalam
Mazmur 124:1-8
1. Nyanyian ziarah Daud. Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, biarlah Israel berkata demikian,
2. jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita,
3. maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita;
4. maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita,
5. maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap-luap itu.
6. Terpujilah TUHAN yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka!
7. Jiwa kita terluput seperti burung dari jerat penangkap burung; jerat itu telah putus, dan kita pun terluput!
8. Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.
Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus…
Mazmur 124 adalah ungkapan syukur dan pengakuan akan penyertaan Tuhan yang begitu nyata dalam hidup umatNya. Dalam mazmur ini, Daud berbicara tentang bagaimana Tuhan telah menyelamatkan Israel dari ancaman besar yang bisa menghancurkan mereka. Jika bukan karena Tuhan yang berpihak kepada mereka, mereka pasti sudah binasa di tangan musuh.
Daud menggambarkan betapa dahsyatnya ancaman yang mereka hadapi, seperti air bah yang hendak menenggelamkan mereka, atau seperti binatang buas yang hendak memangsa mereka. Namun, Daud juga menyatakan dengan tegas bahwa Tuhan telah membebaskan mereka. Seperti burung yang terlepas dari jerat, begitu pula Israel diselamatkan oleh Tuhan dari kehancuran.
Saudara/i… berkaca dari pengalaman Daud ini, hal itu juga mengingatkan kita bahwa dalam hidup, kita sering menghadapi situasi yang tampaknya tidak mungkin kita atasi dengan kekuatan kita sendiri. Bisa jadi itu adalah masalah kesehatan, tekanan di tempat kerja, atau pergumulan pribadi yang seolah-olah ingin menenggelamkan kita. Tetapi bagaimana Tuhan menolong dan menyelamatkan umatNya dari bahaya yang besar, demikian juga Dia menolong dan menyelamatkan kita. Dan itulah yang dijelaskan Daud melalui perikope ini.
Yang pertama, Daud menjelaskan betapa rapuhnya kita manusia. Ini yang bisa kita lihat di ay. 1-2 tadi. Dengan jujur Daud mengakui bahwa tanpa campur tangan Tuhan, umat Israel pasti sudah dihancurkan oleh musuh-musuh mereka. Hal ini menjadi cerminan bagi kita bahwa sebagai manusia, kita sebenarnya sangat rentan terhadap berbagai ancaman, baik itu secara fisik, emosional, maupun spiritual. Tanpa pertolongan Tuhan, kita tidak mampu berdiri teguh menghadapi badai kehidupan.
Yang kedua, Daud juga menggambarkan pengalaman nyata dari penyelamatan Tuhan yang mereka alami. Seperti burung yang lolos dari perangkap pemburu, demikian juga umat Israel terhindar dari kehancuran. Ini adalah bukti nyata dari kasih dan kuasa Tuhan yang bekerja untuk melindungi dan membebaskan umatNya dari ancaman musuhnya. Pengalaman-pengalaman seperti ini, tentu menguatkan iman kita, bahwa Tuhan selalu hadir, bahkan di saat-saat yang paling sulit.
Dan yang ketiga, Daud dengan tegas menyatakan bahwa "Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." Ini mengingatkan kita bahwa pertolongan sejati bukan berasal dari manusia, bukan dari kekayaan atau kekuatan, tetapi dari Tuhan yang menciptakan segala sesuatu. Ini sangat penting untuk selalu kita ingat, karena dalam hidup kita, sering kali kita mencari pertolongan dari hal-hal yang sementara dan rapuh. Terlebih di zaman modern ini, kita sering sekali tergoda untuk mengandalkan kekuatan sendiri, teknologi, atau orang lain dalam menghadapi masalah. Namun, Mazmur 124 ini mengingatkan kita bahwa hanya Tuhan yang layak menjadi tempat kita bergantung. Dalam setiap keputusan dan tantangan, kita harus senantiasa memohon pertolongan dan bimbingan Tuhan.
Pertolongan Tuhan bukan hanya sebuah teori atau harapan kosong, tetapi nyata dan berkuasa. Tuhan yang sama yang menciptakan langit dan bumi, juga adalah Tuhan yang mendengar setiap doa kita dan menyelamatkan kita dari bahaya. Dia adalah Allah yang setia, yang tidak pernah meninggalkan kita meskipun keadaan kita tampaknya sangat sulit. Seperti Israel yang diselamatkan dari musuh-musuh mereka, kita juga dapat yakin bahwa Tuhan akan menolong kita dari setiap ancaman yang kita hadapi.
Maka hari ini, marilah kita mengambil waktu untuk merenungkan bagaimana Tuhan telah bekerja dalam hidup kita, mengingat momen-momen di mana kita telah merasakan perlindungan dan penyelamatanNya. Dan biarlah kesadaran ini, membawa kita pada pengakuan yang tulus, bahwa hanya dalam nama Tuhan kita mendapatkan pertolongan yang sejati, serta menguatkan iman kita untuk terus mengandalkan Tuhan dalam segala situasi. Amin.
Epistel
Markus 9 : 38 – 50
Dalam perikop ini, Yesus mengajarkan para muridNya tentang pentingnya menghargai keragaman dalam pelayanan, menghindari segala hal yang dapat membuat orang lain jatuh dalam dosa, dan menjaga kekudusan hidup serta memelihara iman kita agar tetap murni di hadapan Tuhan. Kita melihat bagaimana Yesus menekankan pentingnya bersikap inklusif terhadap orang lain yang juga bekerja untuk Kerajaan Allah, sekaligus menekankan betapa pentingnya menjaga hidup kita agar tetap kudus dan berkenan di hadapan Tuhan.
Melalui nats ini ada beberapa hal yang menjadi pembelajaran sekaligus perenungan buat kita.
Yang pertama, betapa perlunya untuk menghargai keberagaman. Kita sering kali merasa bahwa pelayanan atau cara tertentu adalah yang paling benar, bahkan kita juga mungkin cenderung menghakimi orang lain yang melayani dengan cara yang berbeda.
Seperti Yohanes, salah satu murid Yesus, melaporkan bahwa ada seseorang yang mengusir setan dalam nama Yesus, tetapi orang tersebut bukan bagian dari kelompok mereka. Yohanes ingin menghentikannya, namun Yesus melarangnya. Yesus menjelaskan bahwa siapa pun yang tidak melawan kita, dia ada di pihak kita.
Ini adalah ajakan untuk menghargai keragaman dalam pelayanan dan tidak memonopoli pekerjaan Tuhan. Yesus mengingatkan kita untuk tidak bersikap eksklusif atau merasa diri paling benar dalam pelayanan. Selama orang lain bekerja dalam namaNya dan untuk kemuliaanNya, kita seharusnya bersukacita dan mendukung mereka, bukan malah melarang atau menentang.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali mudah merasa curiga atau merendahkan orang yang berbeda dengan kita, baik dari segi denominasi gereja, cara pelayanan, atau latar belakang budaya. Namun, Yesus mengajarkan kita untuk bersikap inklusif, menghargai setiap pelayanan yang dilakukan dalam nama-Nya, dan melihat hal tersebut sebagai bagian dari Kerajaan Allah. Dan diingatlah, bahwa Tuhan dapat bekerja melalui siapa saja, bahkan mereka yang berada di luar lingkaran kita.
Yang kedua, hendaknya selalu berupaya untuk menghindari penyebab jatuhnya orang lain. Yesus berbicara tentang keseriusan dosa dan pentingnya menjaga diri agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Yesus menggunakan bahasa yang kuat, seperti “memotong tangan” atau “mencabut mata” yang menyesatkan, untuk menunjukkan betapa seriusnya kita harus menangani dosa dalam hidup kita. Dia menekankan bahwa lebih baik kehilangan sesuatu yang berharga di dunia ini daripada kehilangan keselamatan kekal.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi garam dunia yang memberikan rasa dan mencegah pembusukan moral. Namun, jika kita kehilangan fungsi ini, kita menjadi tidak berguna. Garam yang tawar tidak lagi berguna. Hal ini mengingatkan kita untuk tetap setia dalam iman dan menjaga kehidupan yang kudus, agar kita tetap dapat memberi dampak positif bagi dunia sekitar kita.
Sebagai pengikut Kristus, kita harus menjadi teladan yang baik dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Kita juga diingatkan untuk menjaga diri dari godaan yang bisa menjauhkan kita dari Allah, serta mengatasi dosa dengan tindakan tegas dan radikal.
Yang ketiga, betapa pentingnya untuk hidup damai dengan sesama. Yesus menutup pengajaran ini dengan perintah untuk hidup dalam damai satu sama lain. Hidup dalam damai bukan berarti kita harus selalu sepakat dalam segala hal, tetapi lebih kepada bagaimana kita memperlakukan perbedaan dengan sikap saling menghormati dan mengasihi. Dalam perbedaan, kita tetap harus saling mendukung dan menjaga persatuan sebagai tubuh Kristus.
Dari semua penjelasan itu, maka sangat penting untuk: melakukan evaluasi terhadap sikap dalam Pelayanan.
1. Apakah kita pernah merasa bahwa cara kita adalah satu-satunya yang benar dalam pelayanan? Marilah kita belajar untuk lebih inklusif dan mendukung mereka yang juga bekerja untuk Kerajaan Allah, meskipun dengan cara yang berbeda.
2. Pikirkan hal-hal yang mungkin menjadi batu sandungan dalam hidup kita atau dalam kehidupan orang lain. Ambil langkah-langkah konkret untuk menghindari dosa dan menjaga kekudusan hidup.
3. Di tengah perbedaan pandangan atau cara, mari kita tetap mengutamakan kasih dan persatuan dalam Kristus. Cari cara untuk membangun perdamaian dan kerjasama dalam komunitas kita. Amin.
Doa Penutup: Kita berdoa! Tuhan, ajar kami untuk lebih rendah hati dan terbuka dalam melayaniMu. Berikan kami keberanian untuk meninggalkan hal-hal yang bisa menjadi batu sandungan dalam hidup kami dan buat kami menjadi pembawa damai dalam setiap situasi. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.
Pdt. Rostetty Lumbantobing, S.Th – Kepala Biro Ibadah Musik HKBP