Renungan Harian HKBP | 4 Desember 2023

Doa Pembuka: Terpuji dan termuliakanlah namaMu ya Allah, Bapa di Surga, yang kami kenal di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dan yang tetap menyertai langkah kehidupan kami di dalam penyertaan Roh Kudus. Kami bersyukur untuk cinta kasihMu yang terus menerus memperbaharui hidup kami. Pada saat ini, kami hendak mendengarkan FirmanMu. Tuntunlah kami di dalam Roh dan HikmatMu agar FirmanMu selalu menjadi penopang utama di dalam kehidupan kami. Di dalam Kristus Yesus, kami berdoa. Amin.

Firman Tuhan yang menjadi perenungan kita pada hari ini tertulis di dalam Injil Markus 11:25. Firman Tuhan berkata “Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” Demikianlah Firman Tuhan.

Saudara/i yang dikasihi oleh Kristus Yesus, Firman Tuhan yang menjadi perenungan kita pada hari ini adalah perkataan Yesus kepada para muridNya sewaktu mereka sedang berjalan-jalan di pagi hari dan melewati sebuah pohon ara yang sudah mengering. Pohon ara itu mengering setelah Yesus mengutukinya karena sudah tidak lagi menghasilkan buah yang baik. Melalui peristiwa tersebut, para murid diajarkan untuk percaya kepada kuasa-Nya dan mengubah sepenuhnya cara hidupnya sesuai dengan kehendak Allah Bapa di Surga agar berbuah. Pun demikian seluruh orang percaya diminta untuk percaya dan hidup menurut kehendak Allah Bapa di Surga agar berbuah yang baik. 

Cara hidup orang percaya tidak sama dengan cara hidup duniawi. Salah satunya dalam hal berdoa. Yesus mengajarkan agar para muridNya tidak berdoa seperti orang Yahudi pada masa itu yang kerap berdoa dengan cara berdiri di hadapan orang banyak. Namun demikian, Yesus mengenal dan mengetahui isi hati mereka yang sesungguhnya. Isi hati mereka tidak didasari dengan iman yang teguh, ketulusan, dan kedamaian. Isi hati mereka dipenuhi dengan kebencian, kedengkian, dan lain sebagainya. Di dalam isi hati mereka dipenuhi dengan penghakiman terhadap sesamanya, seakan-akan merekalah yang paling benar sedangkan orang lain adalah pendosa yang begitu berat. 

Cara hidup yang demikian tidaklah diperkenankan oleh Allah Bapa di Surga. Oleh karena semua umat dikasihi oleh Allah dan mendapat pengampunan dari Allah. Tidak ada manusia yang lebih benar dibandingkan dengan manusia lainnya. Semua manusia dibenarkan oleh kuasa Allah. Itulah sebabnya, orang percaya diajarkan untuk mengampuni kesalahan orang lain sama seperti Allah Bapa mengampuni dosa-dosa umat-Nya. Jika kita enggan mengampuni kesalahan sesama maka bagaimanakah kita merasa layak menerima pengampunan dari Allah? Allah saja mau mengampuni, masakan kita enggan mengampuni sesama kita? Ketika kita enggan mengampuni kesalahan sesama kita, sesungguhnya kita tidak hanya melukai diri kita sendiri namun juga melukai bahkan menodai cinta kasih dan pengampunan dari Allah Bapa kepada seluruh umat melalui kematian Yesus Kristus di kayu salib.

Saudara/i yang dikasihi di dalam Kristus Yesus, melalui Firman Tuhan pada hari ini kita diajarkan bahwa orang percaya tidak cukup hanya beriman namun ternyata di dalam hatinya masih dipenuhi dengan kebencian, kedengkian, dan lain sebagainya kepada sesamanya. Apalagi ketika ia memanjatkan doa-doanya kepada Allah Bapa di Surga tetapi hatinya dipenuhi dengan kebencian terhadap sesamanya. Di dalam berdoa kita diminta untuk terlebih dahulu mengampuni kesalahan orang lain dan juga mengampuni diri kita sendiri. Artinya, Yesus mengajarkan kita untuk terlebih dahulu menghadirkan kedamaian di dalam berdoa. Damai adalah suatu kondisi hati, jiwa dan pikiran yang menolong kita untuk berpikir, berolah rasa, dan bertindak secara jernih. Air yang keruh tidak akan dapat jernih jika terus berada di wadah yang beriak-riak. Air yang keruh akan dapat jernih kembali jika kita menenangkan wadahnya, membiarkan kotorannya mengendap dahulu, lalu menuangkan air jernih dari proses endapan tersebut ke tempat yang baru. Pun demikian dengan kita, jika kita terus hidup dalam riak-riak kebencian, kedengkian, dan lain sebagainya yang terus memperkeruh relasi kita dengan Tuhan dan sesama, maka sesungguhnya sulit bagi kita menerima pembaharuan hidup dari Allah Bapa di Surga. Oleh karena itu, ampunilah kesalahan sesama seperti Allah Bapa telah mengampuni kesalahan kita terlebih dahulu. Amin.

Doa Penutup: Kita berdoa! Ya Allah, Sang Maha Cinta Kasih dan Pengampun, kami bersyukur untuk FirmanMu pada hari ini. Kami menyadari bahwa kami masih terbatas untuk berdamai dengan sesama kami. Ajarilah dan perbaharuilah hati kami untuk dapat mengampuni sesama kami seperti Engkau yang telah mengampuni kesalahan kami. Di dalam Kristus Yesus, kami sudah berdoa. Amin.

Anugerah dari Tuhan kita Yesus Kristus, kasih setia Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus. Kiranya menyertai kamu sekalian. Amin.

Pdt. Serly Octarina Tampubolon, S.Si (Teol)- Pendeta Fungsional Biro Jemaat HKBP

Pustaka Digital