Renungan Harian HKBP | Minggu, 10 Maret 2024 (Evangelium)

Doa Pembuka: Terima kasih Tuhan buat nafas kehidupan dan kesempatan indah pada hari Minggu yang Engkau kuduskan ini bagi kami untuk beribadah memuji dan memuliakan namaMu. Sejenak kami akan mendengarkan firmanMu, kiranya Roh Kudus menerangi hati dan pikiran kami agar dapat menerima dan memahami firmanMu. Dalam Kristus Yesus kami berdoa. Amin.

YESUS HARUS MAKIN BESAR, TETAPI AKU HARUS MAKIN KECIL

Nas Evangelium : Yohanes 3 : 22 - 30

22. Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis.

23. Akan tetapi Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis,

24. sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.  

25. Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. 

26. Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya." 

27. Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.

28. Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. 

29. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. 

30. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. 


Bapak, Ibu, Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus.

Kisah yang dituturkan dalam nas Yohanes 3:22-30 ini merupakan sebuah kesaksian Yohanes Pembaptis tentang pribadi dan karya Yesus Kristus. Injil Yohanes mengisahkan pelayanan yang dilakukan oleh Yesus yang bersamaan waktunya dengan pelayanan Yohanes Pembaptis, sebelum Yohanes Pembaptis dimasukkan ke dalam penjara. Yesus bersama-sama dengan muridNya di tanah Yudea dan Dia melakukan pembaptisan di sana, sementara itu Yohanes Pembaptis melakukan pembaptisan di Ainon, dekat Salim.

Lalu timbullah perselisihan atau perdebatan antara murid-murid Yohanes Pembaptis dengan seorang Yahudi mengenai penyucian, yaitu suatu tradisi pembasuhan menurut adat orang Yahudi (band. 2:6); namun dalam konteks perdebatan ini yang dimaksud adalah soal pembaptisan yang dilakukan oleh Yesus dan Yohanes Pembaptis. Tentu saja menghadapi perdebatan ini, para murid Yohanes datang bertanya kepada Yohanes: ”Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” Pertanyaan sekaligus keluhan para murid Yohanes ini adalah sebentuk kekuatiran mereka tentang semakin banyaknya orang pergi kepada Yesus di satu pihak dan di pihak lain semakin berkurangnya orang yang datang kepada Yohanes Pembaptis. Tentunya mereka tidak suka apabila guru dan pemimpinnya semakin ditinggalkan orang sedangkan jumlah orang banyak yang mengikut Yesus dan mendengarkan pengajaranNya semakin tak terbendung banyaknya. Mendengarkan keluhan dan kekuatiran dari para muridnya, bisa saja Yohanes memakai kesempatan itu untuk mengumpulkan kembali para pengikutnya dan membuat gerakan tandingan untuk menarik simpati orang banyak untuk kembali kepadanya. Namun, dengan rendah hati Yohanes tidak mau melakukan hal itu, dia tidak mau terpancing untuk merespon keluhan para muridnya secara negatif. William Barclay, seorang penafsir Alkitab yang terkenal, menjelaskan bahwa dalam perikop ini Yohanes mengajarkan 3 (tiga) hal kepada para muridnya yang sekaligus sebagai kesaksiannya terhadap pribadi Yesus. Ketiga hal itu adalah: pertama, Yohanes menjelaskan tentang status dan peranannya, bahwa tempat yang dimilikinya memang bukan tempat yang terdepan. Ia diutus hanya sebagai pemberita, sebagai pendahulu yang harus menyiapkan segalanya bagi kedatangan Dia, Yesus Kristus, yang lebih besar. Kedua, Yohanes Pembaptis memberitahu para muridnya bahwa tidak seorangpun yang akan bisa menerima lebih daripada yang Allah berikan. Ketika Yesus, pemimpin yang baru itu, memperoleh semakin banyak pengikut, maka hal itu bukan karena Dia ”mencuri” pengikut Yohanes Pembaptis, melainkan karena Allah memang memberikan mereka kepadaNya. Inilah sebenarnya pengertian dari perkataan Yohanes: ”Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga” (ay. 27).

Ketiga, untuk menjelaskan status dan peranannya, Yohanes Pembaptis memakai gambaran yang jelas dan tentu dimengerti oleh setiap orang Yahudi. Apakah gambaran yang dimaksud? Yohanes menyebut Yesus sebagai pengantin laki-laki dan dirinya sendiri sebagai teman pengantin itu. Salah satu gambaran penting dalam Perjanjian Lama adalah gambaran tentang Israel sebagai pengantin wanita dan Allah sebagai pengantin laki-laki. Perjanjian baru mengambil alih gambaran itu dan berbicara tentang gereja sebagai mempelai wanita dari Kristus (2 Kor 11:2, Ef 5:22-32). Gambaran itu jugalah yang ada dalam benak Yohanes, bahwa Yesus telah datang dari Allah, Israel adalah mempelai wanita dan Yesus adalah mempelai laki-lakinya. Tetapi satu hal yang diminta Yohanes, yaitu bahwa dia adalah teman dari sang mempelai laki-laki itu. Teman mempelai laki-laki, yang dalam bahasa Ibrani disebut shoshben, dalam pernikahan Yahudi bertindak sebagai penghubung antara mempelai laki-laki dan mempelai wanita. Dia mempunyai satu tugas khusus, yaitu menjaga kamar pengantin wanita sehingga tidak ada pengantin laki-laki lain yang bisa masuk. Ketika ia mendengar suara mempelai laki-laki yang sebenarnya, ia akan membukakan pintu baginya serta meninggalkan kamar itu dengan sukacita sebab tugasnya telah diselesaikan dengan baik. Dia tidak akan iri hati terhadap mempelai laki-laki dalam hubungannya dengan mempelai wanita. Dia tahu bahwa tugasnya hanyalah mempertemukan kedua mempelai dan ketika tugas tersebut telah selesai maka dia dengan rela hati bersedia untuk mundur, bahkan hilang dari seluruh arena. Demikianlah halnya dengan Yohanes Pembaptis, tugasnya adalah mempertemukan bangsa Israel dengan Yesus, mengatur ”perkawinan” antara Kristus sebagai mempelai laki-laki dan bangsa Israel sebagai mempelai wanita. Kini, tugas itu telah diselesaikannya dan karena itu dia dengan sukacita mengundurkan diri, tanpa rasa iri hati. Hal ini ditegaskannya melalui kesaksiannya yang luar biasa, dimana dia mengatakan: ” Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (ay. 30), dalam terjemahan New International Version (NIV) dikatakan: ”He must become greater; I must become less”. Yohanes mengatakan hal ini dengan hati yang diliputi penuh dengan sukacita. Beberapa penafsir menegaskan tentang pemakaian kata dalam bahasa Yunani yang dipakai pada kata ”makin besar” (Yun.: auxanein) dan ”makin kecil” (elattousthai) yang biasa dipakai pada gambaran tentang sinar matahari yang semakin terang benderang dan sebaliknya: yang semakin meredup. Berdasarkan gambaran ini para penafsir menekankan suatu titik balik, dimana yang lama (Yohanes Pembaptis) akan semakin berkurang peranannya dan selanjutnya memberikan jalan kepada yang baru, yaitu Yesus Kristus, Sang Juruselamat yang sesungguhnya.

Bapak, Ibu, saudara, saudari yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.

Dari khotbah ini kita memetik pelajaran tentang kerendahan dan ketulusan hati Yohanes Pembaptis, yang mempersiapkan kedatangan dan pelayanan Yesus Kristus di dunia ini. Di tengah-tengah realitas kehidupan duniawi yang dipenuhi dengan berbagai kompetisi, persaingan bahkan perselisihan dan peperangan hanya demi memperebutkan kehormatan, kemuliaan, kedudukan, jabatan, tempat yang paling tertinggi, kekuasaan yang paling besar dan segala hal berbau keduniawian lainnya. Semua orang maunya dinomorsatukan, diakui dan dihargai status dan peranannya. Ketika status, peranan, jabatan dan kuasanya tidak dihormati oleh orang lain sebagaimana yang diharapkan akan diperolehnya, maka akan dapat menimbulkan iri hati, kecemburuan, kemarahan disertai makian bahkan dapat mengakibatkan tindakan kekerasan terhadap orang yang telah merendahkan dirinya itu. Itulah realitas yang acapkali kita saksikan bersama, baik yang disadari atau tidak disadari, secara terang-terangan maupun secara tersirat, secara langsung maupun tidak langsung. Dari khotbah tentang pengakuan Yohanes Pembaptis ini kita dapat memetik pelajaran berharga tentang kerendahan hati Yohanes Pembaptis, yang memahami dan menghayati tugas serta peranannya sebagai perintis jalan bagi pelayanan Sang Mesias sehingga dia dapat menuntaskan tugasnya itu dengan penuh sukacita. Demikianlah halnya dengan kita para pengikut Yesus Kristus pada masa kini, baik sebagai warga jemaat maupun sebagai para pelayan Tuhan, baik pelayan tahbisan maupun pelayan non tahbisan. Kita semua terpanggil untuk memberitakan Injil atau Kabar Baik tentang keselamatan melalui iman kepada Yesus Krsitus. Namun dalam pemberitaan Injil tersebut kita hanyalah sebagai penyampai berita keselamatan itu, maka bukan kita yang harus menonjol atau yang menjadi pusat perhatian, namun Kristuslah yang menjadi pusat pemberitaan dan pusat perhatian dari seluruh pemberitaan kita. Sudah sepatutnya kita mengingat bahwa bukannya kepada kita orang-orang yang mendengar pemberitaan itu harus kita sangkutkan, melainkan harus dan hanya kepada Yesus Kristus. Kita mengajak ketaatan manusia bukan kepada diri kita, melainkan ketaatan hanya kepada Yesus Kristus. Dalam seluruh gerak pelayanan dan aktivitas kehidupan sudah seharusnyalah kita mengumandangkan kesaksian: ”Ia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil”. Terpujilah nama Tuhan, kekal selamanya. Amin.

Doa Penutup: Ya Tuhan Allah Bapa kami, terima kasih atas sapaan firmanMu pada hari Minggu ini, yang telah mengingatkan kami untuk berkomitmen dan penuh dengan ketulusan serta kerendahan hati dalam memberitakan Injil atau Kabar Baik tentang keselamatan oleh Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Yohanes Pembaptis. Ajar dan bimbinglah kami agar dalam seluruh aspek pelayanan kami dalam pemberitaan InjilMu senantiasa mengarahkan hati dan pikiran umatMu tertuju padaMu dan senantiasa setia dalam mendengarkan firmanMu. Kuatkanlah iman kami agar tidak terjerumus ke dalam tindakan penonjolan dan pengutamaan diri kami sendiri, ataupun mencari puji-pujian yang sia-sia bagi keberadaan diri kami; melainkan biarlah seluruh puji-pujian, hormat dan kemuliaan hanya bagiMu saja dan ajarlah kami untuk tetap setia percaya dan mendengarkan suaraMu dan melakukan segala perbuatan seturut kehendakMu dalam seluruh aspek kehidupan kami setiap hari, di manapun kami berada. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, dengarlah doa permohonan kami. Amin.

Pdt. Herwin P. Simarmata, M.Th - Kepala Biro Kategorial Ama dan Lansia HKBP