The Third International Interfaith Conference

Menindaklanjuti dua pertemuan sebelumnya yang berlangsung di Wuppertal (2017) dan Zanzibar (2019), UEM, kali ini bekerja sama dengan PGI, kembali mengadakan satu konferensi penting untuk menghadapi berbagai permasalahan bersama yang hadir di tengah masyarakat lintas wilayah dan agama. Dengan mengusung judul “The 3rd International Interfaith Conference” kedua lembaga ini berhasil mengumpulkan berbagai pemuka/perwakilan empat agama dan NGO dari berbagai belahan dunia. Tidak kurang, ada 51 peserta yang hadir pada konferensi yang berlangsung sejak tanggal 21-23 November 2023 ini.

Pada hari pertama (21/11), konferensi ini resmi dibuka oleh Direktur Jenderal Bimas Kristen Ibu Dr. Jeane Marie Tulung. Pada sapaannya, Ibu Jeane menyampaikan agar pertemuan ini hendaknya membawa banyak ide baru yang praktis untuk bisa diterapkan pada level akar rumput. Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom dan Sekretaris Jenderal UEM Pdt. Volker Dally. Selain mendengarkan sambutan dari beberapa pimpinan lembaga terkait, pada hari pertama ini juga peserta diundang untuk berdiskusi dan mencari motivasi yang tepat dalam membangun komunitas yang inklusif dan terbuka bagi semua kelompok di masyarakat. Selain itu, peserta juga disuguhi pemaparan berbagai permasalahan dan tantangan global dari berbagai pembicara yang datang dari Indonesia, Tanzania, Jerman, dan dua organisasi besar yaitu World Council of Churches dan Greenfaith. Selain climate crisis, konferensi ini juga banyak membicarakan tentang berbagai permasalahan bersama lainnya seperti intoleransi atau ekstrimisme agama, dan pelanggaran HAM pada kelompok-kelompok minoritas.

Pada hari kedua (22/11), peserta konferensi dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil untuk mendengarkan perspektif dari beberapa regional yang mungkin bisa menjadi inspirasi dalam penyelesaian konflik di tempat asal masing-masing. Diskusi pada kelompok-kelompok kecil ini diharapkan mampu mengangkat local wisdom dalam konteks yang lebih luas sehingga bisa digunakan oleh mereka yang berasal dari regional lainnya. Setelah berdiskusi dalam kelompok kecil, peserta kemudian diundang untuk mendiskusikan semua temuan-temuan mereka tadi dalam diskusi panel yang besar.

Pada hari ketiga (23/11), peserta diundang untuk mendiskusian pesan bersama yang ingin disampaikan kepada khalayak setelah konferensi berakhir. Pesan bersama ini juga nantinya akan dipublikasikan dalam bentuk buku dan akan disebarluaskan. Selaku Koordinator Message Committee sekaligus Sekretaris Jenderal Terpilih UEM, Pdt. Andar Pasaribu menyampaikan: "Konferensi lintas iman bertajuk perdamaian ini menjadi sangat relevan terkhusus ketika konflik yang tengah memanas di timur tengah serta di eropa. Pesan dari konferensi ini sungguh membantu kita sebagai umat beragama mendemontrasikan nilai-nilai luhur agama-agama untuk memadamkan konflik serta mencari titik temu di tengah persoalan kemasyarakat yang pelik ini. Konferensi ini bahkan berhasil mendorong seluruh insan agama untuk bersama berjuang bagi penyelamatan bumi dan generasi mendatang. Bencana alam dan dampak mematikan pemanasan global tidak pernah menanyakan apa agama kita. Siapapun dapat menjadi korban karenanya siapapun dari agama manapun harus bertindak sekarang bagi keutuhan ciptaan." Selain pesan tertulis, konferensi ini juga berhasil menyampaikan pesan perubahan melalui Public Action dalam bentuk penanaman pohon mangrove di Jakarta Utara. Kegiatan penanaman pohon mangrove ini merupakan simbol dari komitmen nyata para peserta untuk merespons secara nyata salah permasalahan terbesar yang saat ini mengancam bumi yaitu climate crisis.



Pustaka Digital