Renungan Harian HKBP | 11 Februari 2024 (Epistel)

Doa Pembuka: Mari kita berdoa! Bapa kami di dalam Surga, kami bersyukur atas nafas kehidupan yang Tuhan berikan kepada kami sampai pada hari ini, besarlah kasih setia-Mu kepada kami, ya Allah. Sebelum kami menikmati hari ini, berilah kami kekuatan sejati melalui firman-Mu yang akan kami baca dan renungkan sebentar lagi. Terangilah hati dan pikiran kami dengan Roh Kudus-Mu supaya kami beroleh pengertian baru di dalam firman-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa. Amin.

 

Selamat pagi Bapak/Ibu, saudara/saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus. Selamat Hari Minggu dan salam sejahtera bagi kita semua. Epistel pada hari Minggu ini, Minggu Estomihi, sesuai Almanak HKBP, diambil dari Mazmur 50 : 1 - 6

 

50:1 Mazmur Asaf. Yang Mahakuasa, TUHAN Allah, berfirman dan memanggil bumi, dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya. 50:2 Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar. 50:3 Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapan-Nya api menjilat, sekeliling-Nya bertiup badai yang dahsyat. 50:4 Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi untuk mengadili umat-Nya: 50:5 "Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!" 50:6 Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim.

 

Ibu/Bapak, saudara-saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus, tahukah Anda bahwa secara umum tingkat kehadiran warga jemaat Kristen di Eropa sudah sangat turun dalam beberapa tahun ini? Kita dapat membaca banyak sekali penelitian tentang hal ini pada situs Pew Research Center. Di Amerika misalnya, lebih dari 50% di antara mereka yang tidak lagi menghadiri ibadah gereja adalah kaum-kaum terpelajar atau berpendidikan tinggi. Sebesar 37% mengaku bahwa ekspresi iman mereka dilakukan dalam bentuk lain, bukan lagi ibadah ke gereja tapi dalam bentuk gerakan spiritual lainnya.

Kita juga bisa melihat bahwa banyak gedung gereja di Eropa yang besar dan indah kini dihadiri hanya sekitar 30 orang dari kapasitas gedung 300 orang. Di Inggris sudah lebih dari 20 gedung gereja yang tutup setiap tahun. Dalam 1 dekade (10 tahun), sudah ada sekitar 340 gedung gereja yang ditutup atau dijual. Hal ini dikarenakan tidak adanya lagi orang yang mau datang beribadah ke gereja.

Bahkan, pada tahun 2018 lalu, hasil penelitian dari Balitbang HKBP telah menemukan rendahnya kepuasan dan kehadiran warga jemaat HKBP menghadiri ibadah Minggu dan kegiatan pelayanan gerejawi. Ditambah lagi data dari BPSK pada bulan April 2023 lalu yang menunjukkan tingkat kehadiran warga jemaat kita menghadiri Ibadah Minggu hanyalah sekitar 32%. Apakah ada sesuatu yang salah yang sedang terjadi di gereja-gereja di dunia, termasuk di HKBP?

Sebagai umat Tuhan, mestinya kita tidak cepat tersinggung dan menutup diri akan data dan fakta-fakta yang ditemukan oleh berbagai badan survei. Kita mestinya melihat data-data itu sebagai masukan yang berharga untuk pengembangan dan peningkatan pelayanan di gereja kita.

Dalam Mazmur 50 yang kita baca barusan, Allah itu Mahakuasa, Ia menguasai langit dan bumi. Dengan pancara api dan sinar-Nya, Ia tidak akan berdiam diri di tahta kuasa-Nya. Ia akan datang mengadili umat-Nya (ay.4). Ia memanggil orang-orang yang dikasihi-Nya yang telah terikat perjanjian darah dengan-Nya melalui pengorbanan darah Yesus Kristus yang mati di kayu salib.

Pertanyaannya kini, adakah kita merasa bahwa kita adalah orang yang termasuk dalam perjanjian darah korban sembelihan Yesus Kristus? Jika ya, maka ada tiga hal yang kita perlu kita perhatikan baik-baik:

1.     Sebagai gembala yang dipercayakan Tuhan untuk menggembalakan umat-Nya, hendaknya kita takut akan Tuhan. Lukas 15:1-7 perumpamaan tentang domba yang hilang menggambarkan betapa berharganya satu ekor domba yang hilang. Betapa Yesus sangat mencari satu domba yang hilang. Apalagi 70% domba yang tampaknya hilang karena tidak pernah lagi hadir dalam ibadah-ibadah Minggu atau kegiatan gerejawi yang kita adakan di Huria, Resort, Distrik, maupun Hatopan. Kita sebagai gembala, kelak akan ditanya oleh Allah sang Hakim yang adil (ay. 6) apa yang telah kita lakukan untuk mencari domba yang hilang, sebab perintah-Nya dalam ayat 5: "Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!"

2.     Sebagai domba yang diselamatkan oleh Tuhan Yesus, kita harus mengenal suara Tuhan kita. Bilamana Ia telah menyelamatkan kita, mestinya kita peka akan suara-Nya yang memanggil kita untuk bersekutu dengan-Nya melalui ibadah, doa, pembacaan firman dan berbagai aksi koinonia, marturia, diakonia yang dapat kita lakukan. Namun kita tidak akan mengenal suara-Nya bila kita tidak terbiasa mendekatkan diri kepada-Nya. Jika kita lebih sering mendengar suara yang lain, kita menjadi tidak peka dan tidak mengenal suara Yesus Kristus yang memanggil kita dalam pimpinan dan perlindungan-Nya.

3.     Mari bekerjasama. Kita tidak boleh saling menyalahkan. Gembala menyalahkan domba atau domba menyalahkan gembala. Adalah lebih baik bila kita bekerjasama dan berkolaborasi mengerjakan tugas pelayanan ini bersama-sama seperti satu tubuh Kristus yang saling menopang satu sama lainnya. Sebab dengan demikianlah Kristus dipermuliakan, apabila kita kuat, kompak, dan bersekutu bersama menyelesaikan berbagai tantangan yang sedang dihadapi oleh gereja masa kini. Amin.

 

Doa Penutup: Kita berdoa. Bapa kami bersyukur atas firman-Mu yang baru saja diperdengarkan bagi kami. Ampuni kami jikalau kami sering malas beribadah ke Gereja dan malas berkomunikasi dengan-Mu melalui doa-doa pribadi yang sebenarnya dapat kami lakukan kapan saja dan di mana saja. Tolonglah kami ya Allah, melalui Roh Kudus-Mu, supaya kami tekun datang kepada-Mu, mendekatkan diri kami pada pimpinan Tuhan. Ingatlah kasih setia-Mu melalui Yesus Kristus yang telah mengorbankan diri-Nya agar kami dapat berkenan di hadapan-Mu yang kudus dan suci. Berilah kami semangat dan ketekunan agar kami semakin giat melakukan pekerjaan Tuhan dalam hidup keseharian kami. Di dalam nama Yesus Kristus Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa. Amin.



Pdt. Ferdinand Ricardo Hutabarat, S.Si., S.Si (Teol.)- Pendeta Fungsional di BSPK HKBP