Renungan Harian HKBP | 22 Maret 2023

Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Marilah kita menyambut firman Tuhan sebagai perenungan kita pada hari Rabu, 22 Maret 2023 ini dengan penuh sukacita. Untuk itu, marilah kita terlebih dahulu bersatu di dalam doa!

Doa Pembuka: Ya Tuhan Allah, kami mengaku bahwa Engkaulah sumber keselamatan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Betapa banyak pergumulan yang kami hadapi di dalam kehidupan ini dan kami bersyukur kepada Tuhan selalu menyertai. Firman Tuhan yang akan kami dengarkan pada saat ini kiranya menjadi kekuatan dan penghiburan kepada umatMu serta tetap bersandar dan mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kami ini. Ya Allah, kami berdoa kepadaMu di dalam nama AnakMu Tuhan Yesus Kristus. Amin

Saudara/i, ayat renungan kita pada hari ini tertulis pada Ayub 33 : 26, demikianlah bunyinya: “Ia berdoa kepada Allah dan Allah berkenan menerimanya; ia akan memandang wajah-Nya dengan bersorak-sorai, dan Allah mengembalikan kebenaran kepada manusia.”

 

Yang menjadi tema renungan kita pada hari ini adalah “Ketaatan dan kesetiaan kepada Allah”. Saudara/i yang terkasih, kita mungkin sudah sering mendengar tentang tokoh Ayub, seorang yang saleh, jujur, kaya raya, serta yang terpenting adalah dia taat dan setia kepada Allah. Dengan ketaatannya dan kesetiannya kepada Allah, Ayub dicobai oleh iblis. Ayub kehilangan harta, kehilangan anak-anaknya, dan mederita penyakit kulit. Tidak hanya itu, Ayub ditinggalkan oleh istrinya dan sahabat-sahabatnya. Walaupun demikian yang Ayub hadapi, ia masih tetap setia dan taat kepada Tuhan Allah.

Ketika Ayub mengalami penderitaan dan para sahabatnya mengetahui keadaan Ayub, maka datanglah mereka untuk menghibur. Keempat sahabatnya itu bernama Elifas, Bildad, Zofar, dan Elihu. Elihu adalah sahabat Ayub yang termuda dan dia berbicara tentang cara Tuhan yang tidak terbatas berbicara kepada manusia, Elihu berbicara mengenai penderitaan. Bagi dia, bahwa penderitaan adalah jalan Tuhan menyelamatkan manusia melalui tindakan-Nya yang tidak terduga. Elihu menyampaikan bahwa penderitaan yang dialami Ayub bukan dikarenakan dosa melainkan cara Tuhan berkomunikasi kepada Ayub.

Kisah Ayub membuat kita merenung perlunya kejujuran dan kesalehan, setia dan taat kepada Tuhan dan sahabat yang menaruh kasih kepadanya.  Dalam penderitaan dan cobaan yang ia hadapi, ia selalu berpegang teguh dalam iman dan percaya kepada Allah. Melalui para sahabatnya terkhusus Elihu yang menguatkannya.

 

Saudara/i, di dalam perjalanan kehidupan kita ini, kita juga kerap sekali diperhadapkan dengan cobaan dan penderitaan serta persahabatan yang tidak sehat juga. Kita diperhadapkan kepada situasi sulit dengan berjalan bersama Tuhan atau kita jauh dari Tuhan. Pertemanan di sekitar kita bisa saja menjauhkan kita dari Tuhan Allah. Kita juga bisa menghujat Tuhan karena beban masalah yang begitu berat yang kita alami. Dengan perenungan ini kita diingatkan bahwa segala harta kepunyaanmu, anak-anakmu, dan istrimu sendiri tidak selamanya kekal abadi karena semua ada masanya, termasuk juga kebahagiaan dan sukacita di dunia ini.

 Saudara/i, melalui kisah Ayub dan sahabatnya, tiba saatnya kita memahami bahwa kekuatan iman yang teguh akan memberikan kita kekuatan dalam menjalani penderitaan itu. Penderitaan Ayub membuat orang yang disekitarnya termasuk istrinya menyuruhnya untuk menghujat Allah. Penderitaan memang sangat tidak disukai siapapun itu, setiap orang yang mengalaminya akan merasakan kesedihan. Ada orang yang melaluinya dengan sendiri tapi ada juga yang memerlukan bantuan seperti Ayub dan sahabat-sahabatnya.

 Saudara/i, marilah kita merenungkan hidup kita sudah seberapa jauh kita memilih untuk tetap percaya kepada Allah dan taat kepada-Nya. Kita adalah manusia yang lemah dan manusia yang tidak luput dari penderitaan yang menghampiri kita tanpa kita tahu kapan waktunya. Oleh karena itu, melalui perenungan ini bahwa penderitaan kita dibentuk menjadi tegar dan berempati kepada sesama yang mengalami penderitaan. Paling utama adalah iman kepada Allah dan percaya kepada Allah bahwa Ia yang memberikan kekuatan bagi kita serta menegur agar kita tidak melupakan Tuhan. Maka dari itu, tetaplah berkomunikasi dengan Tuhan melalui setiap doa-doamu dalam situasi apapun dan bagaimanapun.

 

Doa Penutup: Ya Allah kami di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Kami memuji dan memuliakan namaMu. Beri kami kekuatan yang daripadaMu ya Allah Tuhan kami, agar kami berkenan di hadapan Tuhan dan dapat menerima dan melakukan firman Tuhan sebagai penolong dan pengharapan kami untuk menjalani kehidupan kami. Kami serahkan kehidupan kami kepada Tuhan, kehendakMulah yang terjadi atas kehidupan kami. Amin


Pdt. Sahat Monang S.P. Sagala, S.Th. (Pendeta Fungsional Departemen Koinonia-Biro SMIRNA HKBP)

Pustaka Digital